Mohon tunggu...
Dwi P Sugiarti
Dwi P Sugiarti Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang yang ingin tetap produktif menulis

Contact me : dwiewetensch@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tragedi Bintaro, Jogja, dan KAI

30 Oktober 2024   22:33 Diperbarui: 30 Oktober 2024   22:35 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu saya  menonton salah satu cuplikan film di YouTube berjudul Tragedi Bintaro. Dalam cuplikan itu, saya melihat tentang potret transportasi kereta api zaman dulu dimana para penumpang rela berdesak-desakan bahkan ada yang duduk di atas gerbong. Cuplikan film ini mengingatkan saya pada pengalaman pribadi saat pertama kali naik kereta api.

Dulu waktu masih duduk di bangku SMP sekitar tahun 2000-an, bapak pernah ngajak kami (saya, ibu dan saudara) untuk nyobain naik kereta. Kebetulan rumah kami tak jauh dari stasiun Prupuk. Hanya berjarak sekitar 5 km dari rumah. Saat itu pikiran bapak cuma ingin sekedar nyobain salah satu transportasi umum ini. Maklum, bertahun-tahun tinggal di dekat stasiun tapi malah belum pernah nyobain naik kereta. Saya yang belum pernah naik jadi ikut antusias. Siang itu bapak bilang,
"Nanti kita turun di Stasiun Kroya saja ya, habis itu balik lagi pulang."
 
Awal kami naik ke kereta, saya sudah merasa tidak nyaman. Hal ini lantaran kami tak memperoleh kursi sehingga terpaksa kami duduk lesehan di lantai salah satu gerbong. Rasa tidak nyaman terus berlanjut sebab sepanjang perjalanan banyak pedagang asongan yang menjajakan dagangannya. Saat sampai ke stasiun tujuan, ada perasaan lega yang saya rasa. Untungnya saat naik kereta arah pulang,kami memperoleh kursi meski tetap harus berdesak-desakan.

KAI dulu VS sekarang


Jika pemandangan semrawut sering tampak, baik di stasiun ataupun dalam kereta kala itu, namun tidak dengan sekarang. Sejak 2009, PT KA (sebelum berubah jadi PT KAI), mulai membenahi sistem dalam moda transportasi ini. Hingga turut mengubah pemberlakuan sistem tiket dimana tiket berupa kartu elektronik mulai diberlakukan. Mulai saat itu hanya penumpang bertiket  yang boleh masuk stasiun dan naik kereta api sesuai tujuan tiket. Upaya ini dimaksimalkan untuk meminimalisasi adanya atapers (penumpang nakal yang senang di atap gerbong).
Tak hanya itu pada tahun 2014, KAI access diluncurkan agar masyarakat bisa langsung memesan tiket hanya melalui aplikasi di smartphone.

Bolak Balik Jogja Naik Kereta

Saat memutuskan pindah ke Jogja Hal yang membuat kami bingung saat ingin mudik ke kampung halaman suami di Majalengka adalah pilihan moda transportasi. Sebab kami harus menggunakan moda transportasi umum. Pilihan menggunakan bus agaknya begitu beresiko mengingat jarak tempuh yang jauh apalagi kami punya dua anak balita.
Akhirnya, dengan pertimbangan yang panjang kami memutuskan untuk naik kereta.

Lama tak pernah lagi naik kereta karena masih teringat dengan pengalaman beberapa tahun silam, Alhamdulillah, moda transportasi ini terus mengalami kemajuan dan jauh lebih baik.

Tahun 2021 saya beberapa kali naik kereta karena bolak-balik Jogja-Cirebon atau Jogja-Prupuk. Saya begitu menikmati perjalanan meski harus menempuh 4 hingga 5 jam perjalanan. Beragam layanan mulai dari pemesanan tiket, taksi, bus dan lain-lain, kini cukup dengan satu aplikasi. Tak hanya layanan mobile beragam layanan dalam kereta juga makin memudahkan penumpang. Layanan dalam stasiun juga tak kalah menarik. Saya yang punya anak balita merasa nyaman saat menunggu jadwal keberangkatan.  Anak-anak nggak rewel karena beberapa stasiun tersedia Playground indoor seperti yang ada di stasiun Lempuyangan. selama di perjalanan anak-anak juga tidak rewel
 
Saya dan suami juga sering merekomendasikan ke keluarga untuk menggunakan kereta api jika mau mampir ke Jogja atau hendak keluar kota.  

Hampir tiga tahun setia menggunakan kereta api, PT KAI tidak berhenti melakukan pembenahan. Hal ini tentu membuat saya penasaran apa yang ingin terus dibenahi. Rupanya Pak Didiek Hartantyo selaku Dirut PT KAI adalah salah satu orang yang punya visi besar. Beliau juga orang yang selalu mengutamakan pelanggan dalam hal pelayanan. Dalam sebuah wawancara podcast beliau punya impian besar pada KAI yakni "The Next Level m Wajah KAI Baru".

Semoga tercapai ya, Pak apa yang menjadi impian Bapak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun