Wajahmu tak ubahnya rembulan yang benderang di langit kelam
Bagai purnama senyum cahayamu lembut membuai diri
Terhenyak aku dari lamunanku begitu dalam
Dikau begitu memesona tiada cela bak bidadari
Duhai, Rembulanku..
Begitu hebatnya kah langit itu? Dikau selalu bersemayam di atas sana
Gemintang bak dayang-dayang berkumpul padamu menambah anggun perangaimu
Duhai, Rembulanku..
Akankah dikau turun menjumpa rindumu di bawah ini?
Pandangku tak pernah berpaling, wajahku mendongak ke langit, senyumku bak pelangi melukis di bawah singgasanamu
Rembulanku..
Ulurkan sebentar tanganmu yang lembut tiada kasarnya itu ke bawah, biarkan si perindu ini menggapai sebentar, membelai betapa bagai sutera amat berharga di negeri seberang
Rembulanku..
Jangan dikau bersembunyi diri di balik mega gelap, tak sudikah wajahmu bertatap rindu ini? Atau telah jijikkah dikau pada gurat wajahku ini? Atau silaukah dikau karena cahaya mata ini?
Rembulanku..
Perindu tak pernah berhenti, ia akan tetap mengembara, hingga bersua dengan yang terindukan
Atau ia akan mati menjadi abu, terbang dan berhenti pada kerinduan yang abadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H