Gangguan bipolar, sebelumnya dikenal sebagai gangguan manik-depresif, ditandai oleh perubahan suasana hati yang ekstrem, termasuk episode mania dan depresi. Menurut NIMH, sekitar 2.8% orang dewasa di AS mengalami gangguan bipolar dalam hidup mereka (NIMH, 2020). Gangguan ini sering kali memiliki komponen genetik yang kuat, dengan risiko yang lebih tinggi bagi individu yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan ini.
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental
1. Lingkungan
Faktor lingkungan, termasuk stres, trauma, dan dukungan sosial, dapat mempengaruhi kesehatan mental. Lingkungan yang tidak mendukung dapat memperburuk gejala gangguan mental dan mempengaruhi pemulihan.
2. Genetik
Faktor genetik memainkan peran penting dalam kesehatan mental. Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan riwayat keluarga gangguan mental memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan kondisi yang sama. Misalnya, studi twin menunjukkan bahwa jika satu kembar identik memiliki skizofrenia, ada kemungkinan 50% bahwa kembar lainnya juga akan mengembangkan gangguan tersebut (Gottesman, 1991).
3. Psikologis
Faktor psikologis, seperti kepribadian dan mekanisme koping, juga mempengaruhi kesehatan mental. Individu dengan pola pikir negatif atau yang tidak memiliki keterampilan koping yang baik lebih rentan terhadap gangguan mental. Penelitian menunjukkan bahwa terapi kognitif dapat membantu individu mengubah pola pikir negatif dan meningkatkan kesehatan mental (Beck, 2011).
E. Hubungan Antara Mutasi Gen dan Gangguan Psikiatri
Penelitian terkini menunjukkan bahwa mutasi gen dapat berkontribusi terhadap risiko pengembangan gangguan psikiatri. Sebuah studi oleh Sullivan et al. (2012) menemukan bahwa ada hubungan signifikan antara variasi genetik tertentu dan risiko depresi, menunjukkan bahwa faktor genetik dapat mempengaruhi kerentanan individu terhadap gangguan mental. Selain itu, penelitian genetik besar-besaran, seperti Genome-Wide Association Studies (GWAS), telah mengidentifikasi banyak varian genetik yang terkait dengan gangguan psikiatri, memberikan wawasan lebih dalam tentang dasar genetik dari kondisi ini (Cross-Disorder Group of the Psychiatric Genomics Consortium, 2013). Gen yang Terlibat dalam Gangguan Psikiatri :
1. Gen yang Berhubungan dengan Depresi
Beberapa gen telah diidentifikasi memiliki hubungan dengan depresi, termasuk gen SLC6A4 yang mengkode transporter serotonin. Variasi dalam gen ini telah dikaitkan dengan risiko depresi, terutama setelah pengalaman stres (Caspi et al., 2003).
2. Gen yang Berhubungan dengan Skizofrenia
Penelitian menunjukkan bahwa gen seperti COMT dan DISC1 berperan dalam pengaturan neurotransmitter dan perkembangan otak, yang dapat berkontribusi terhadap risiko skizofrenia. Penelitian menunjukkan bahwa variasi dalam gen-gen ini dapat mempengaruhi fungsi kognitif dan perilaku (Miller et al., 2011).
3. Gen yang Berhubungan dengan Gangguan Kecemasan
Gen yang terlibat dalam regulasi neurotransmitter, seperti GABA dan serotonin, juga berhubungan dengan gangguan kecemasan. Penelitian menunjukkan bahwa variasi genetik dalam jalur ini dapat mempengaruhi kerentanan individu terhadap kecemasan (Hariri et al., 2002).
F. Mekanisme Biologis dari Mutasi Gen pada Kesehatan Mental
1. Pengaruh Mutasi Gen terhadap Neurotransmitter
Mutasi gen dapat mempengaruhi produksi dan fungsi neurotransmitter, yang berperan penting dalam regulasi suasana hati dan perilaku. Misalnya, variasi genetik yang mempengaruhi gen yang mengkode transporter serotonin dapat mengakibatkan ketidakseimbangan serotonin, yang berkontribusi terhadap depresi dan gangguan kecemasan. Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan varian gen tertentu lebih mungkin mengalami gangguan ini setelah mengalami stres (Caspi et al., 2003).
2. Peran Gen dalam Perkembangan Otak
Gen juga berperan dalam perkembangan otak, mempengaruhi struktur dan fungsi area otak yang terkait dengan kesehatan mental. Mutasi gen yang mempengaruhi pertumbuhan neuron dan konektivitas sinaptik dapat berkontribusi terhadap gangguan perkembangan, seperti autisme dan skizofrenia. Penelitian menunjukkan bahwa variasi genetik dalam jalur pengembangan otak dapat mempengaruhi risiko gangguan mental (Gogos et al., 2010).
3. Interaksi antara Gen dan Lingkungan
Interaksi antara gen dan lingkungan sangat penting dalam memahami kesehatan mental. Faktor lingkungan, seperti trauma dan stres, dapat memicu ekspresi gen yang berkontribusi terhadap gangguan mental. Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan predisposisi genetik terhadap gangguan psikiatri lebih rentan terhadap dampak negatif dari pengalaman lingkungan (Kendler et al., 2006). Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan kedua faktor ini dalam penelitian dan pengobatan gangguan mental.