Mohon tunggu...
Dwi Nurcahyo
Dwi Nurcahyo Mohon Tunggu... Buruh - Pekerja Swasta

Lebih memilih untuk berdiam diri menyaksikan tayangan sepakbola ketimbang berbicara dengan seekor kambing kolot

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Football It's Coming Home bersama Southgate?

13 Juli 2024   06:16 Diperbarui: 13 Juli 2024   06:21 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dicaci tidak tumbang dipuji tidak terbang

Sepertinya kata-kata di atas pantas ditujukkan kepada Gareth Southgate. Sepanjang awal turnamen Euro 2024 bergulir, sudah banyak cacian bahkan serta makian di media sosial kepada Timnas Inggris terutama pelatih kepala mereka. Ini wajar terjadi, apalagi jika kita menilik skuad Inggris di edisi Euro kali ini sangat mewah. Beberapa pemain yang dipanggil juga sedang moncer di klubnya masing-masing. Namun nahas, sepanjang berjalannya babak grup, Inggris tidak menunjukan hasil yang sepadan.

FASE GRUP

Inggris mengoleksi 5 poin dan bertengger sebagai pemuncak klasemen, akan tetapi dengan skuad senilai 1.52 milliar euro mencetak hanya 2 gol dalam 3 pertandingan itu seperti sebuah ironi. Foden, Saka, Kane  maupun Jude Bellingham melempem di fase grup, walaupun Bellingham dan Kane sama-sama mencetak gol, namun performa mereka jauh di bawah ekspetasi. Bahkan tim yang berada di grup C merupakan tim yang bukan 'menakutkan'.

BABAK GUGUR

Melawan Slovakia, Swiss dan Belanda menjadi ujian yang sangat berat bagi Saka cs. Terlebih melawan Slovakia di 16 besar, mereka harus banting tulang empot-empotan hingga injury time sebelum Jude Bellingham menyamakan kedudukan satu menit jelang laga bubar. Dan belum lagi melawan Swiss di perempat final. Ini merupakan pertandingan menegangkan bagi Inggris di Euro kali ini. Gol dari Breel Embolo memukul keras Inggris. Kegaduhan sempat terjadi di lini tengah dan depan Inggris, namun pada akhirnya sepakan keras dari Bukayo Saka di luar kotak penalti membuka lebar harapan Inggris sehingga pertandingan sampai di babak pinalti.

Beruntung Inggris punya Jordan Pickford. Pinalti Manuel Akanji ditepis dengan mudahnya. Tak pelak dengan tepisan tersebut Inggris melenggang ke semifinal.

Di babak semifinal jalan Inggris tidaklah mudah. Belanda berada di titik tersebut dengan reputasi yang cukup bagus. Walaupun sempat mengalami kesulitan di babak fase grup, Belanda tampil meyakinkan di babak gugur. Buktinya Belanda dapat mencetak 5 gol di fase  tersebut sebelum melawan Inggris. Kritikan pun datang menerjang. Southgate pun percaya setelah menyingkirkan Swiss di perempat final, keadaan di dalam tim membaik dan hal itu lah yang memotivasi tim untuk tampil lebih percaya diri di melawan Belanda. 

“Ada perubahan yang jelas. Saya sangat tertarik (karena) sebagai seorang pelatih, terkadang kamu perlu mengambil langkah mundur dan mengamati. Salah satu kekuatan kami selama tujuh atau delapan tahun terakhir adalah berkurangnya rasa takut dan berkurangnya hambatan,” tutur Gareth Southgate dikutip Goal.

"Namun saya pikir pada awal turnamen, ekspektasi yang dibebankan cukup berat dan tentu saja, suara dari luar lebih keras daripada sebelumnya. Aku merasa kami tidak bisa menempatkan diri kami di tempat yang tepat dan, pada akhirnya, yang mengesankan adalah bahwa para pemain berjuang keras." lanjutnya.

"Mereka mendapatkan hasil yang baik dan menemukan cara untuk menang. Saya merasa hal tersebut berubah setelah kami masuk ke babak sistem gugur dan tentunya di babak perempat final. Menurut saya, kami melihat versi yang lebih baik dari kami saat menguasai bola, lebih bebas.” tutup pelatih kelahiran tahun 1970 tersebut.

Versi terbaik Inggris apa yang diucapkan Southgate ada benarnya. Melawan Belanda merupakan gameplay terbaik Inggris selama gelaran kompetisi. Inggris mampu bermain aktraktif, berani menyerang, berani melakukan created chances lebih banyak. Inggris mampu mendominasi pertandingan sampai pada akhirnya tendangan Ollie Watkins membuat negara kincir angin itu balik kanan dari Jerman. Inggris melaju ke final dengan senyuman lebar.

KESIMPULAN

Suka tidak suka. Mau tidak mau Southgate merupakan pelatih Inggris kedua yang mampu membawa The Three Lions menginjakkan kaki di semifinal Piala Dunia setelah Alf Ramsey pada tahun 1966. Bahkan setelah Inggris keok di babak semifinal Euro 1996, Inggris sama sekali tidak pernah berada di semifinal. Southgate lah yang membuka 'keran' tersebut pada tahun 2018, kala Inggris melaju mulus ke semifinal Piala Dunia sebelum dibekuk Kroasia. Southgate membuka secercah harapan bagi publik Inggris. Rumor media yang memberitakan berlebihan tentang Inggris nampaknya bukan suatu yang berlebihan, akan tetapi sebuah kenyataan. 

Secara langsung, Southgate adalah pelatih hebat yang pernah Inggris punya! 

"ONE MORE! ONE MORE!" tutur Southgate seusai pertandingan melawan Belanda

Pencapaian Southgate bersama Inggris.

2018: Semifinal Piala Dunia

2019: Semifinal UEFA Nations League

2020: Final Euro

2022: Semifinal Piala Dunia

2024: Final Euro (on going)

Referensi: https://www.transfermarkt.com/england/startseite/verein/3299

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun