Mohon tunggu...
Dwi Nurcahyo
Dwi Nurcahyo Mohon Tunggu... Buruh - Pekerja Swasta

Lebih memilih untuk berdiam diri menyaksikan tayangan sepakbola ketimbang berbicara dengan seekor kambing kolot

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pemenang Itu Ada di Dalam Diri Pep

13 Juni 2023   08:05 Diperbarui: 13 Juni 2023   08:08 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Pihak klub telah memtuskan bahwa diakhir musim nanti Frank Rijkaard tidak akan menduduki jabatan pelatih dan posisinya akan diisi oleh Josep Guardiola." Itu adalah pernyataan yang diberikan oleh presiden klub Barcelona, Joan Laporta pada tahun 2008 silam. Bisa disebut kala itu Laporta selaku presiden klub melakukan perjudian kelas kakap dengan menunjuk Pep yang masih minim pengalaman melatih.

Namun siapa sangka, musim pertamanya sebagai pelatih El Blaugrana berbuah manis. Barcelona asuhan Pep menggondol semua trophi. Baik itu domestik dan juga internasional. Bahkan dengan itu ia menjadi pelatih pertama di dunia yang meraih sextuple dan membawa Barcelona menjadi tim Spanyol pertama yang meraih treble winners.

Semenjak Pep menukangi Barcelona, Barcelona menjadi tim yang menakutkan bagi raksasa-raksasa Eropa lainnya. Total 14 piala yang Pep dapati bersama Barcelona. Cukup fantastis. Sebab torehan seperti itu hanya dapat diraih oleh Sir Alex Ferguson dan juga Jose Mourinho. Nama Pep mulai diagung-agungkan. Kepergiannya dari Barcelona pada akhir musim 2011/2012  menjadi tanda tanya besar ke manakah "Pak Plontos" itu berlabuh.

Musim 2013/2014 menjadi jawaban dari segenap tanda tanya ke manakah ia akan mendarat. Bayern Munchen menjadi jawaban dari segenap pertanyaan-pertanyaan. 

Para penggemar Bayern pun berharap tuah Pep di tanah Jerman itu. Bayern yang musim sebelumnya menggondol treble winners bersama Jupp Heynckes tambah-tambah menaruh ekspetasi besar kepada Pep. 

Selama tiga tahun membesut Die Bayern, Guardiola sukses di kancah domestik, namun gagal di kancah internasional. Para fans Die Roten mungkin sudah "biasa" apabila timnya mendapatkan trophi domestik. Mereka mengharapkan lebih seperti apa yang Pep lakukan bersama Azulgrana; mereka menginginkan si kuping besar kembali berlabuh ke Alllianz Arena. 

Kritik tajam pun datang ke Pep. Banyak yang menilai Pep tidak dapat sukses sama seperti di Barcelona lantaran tidak mempunyai pemain hebat seperti Lionel Messi, Xavi Hernandez ataupun Andres Iniesta. Segala kritikan itu menghujam dirinya. Namun Pep menghiraukan kritikan mengenai itu.

Setelah pergi dari Bayern Munchen, Pep langsung menandatangi kontrak bersama Manchester City di musim 2016/2017. Pep juga sekaligus membuktikan kritikan banyak orang untuk melatih tim di Liga Inggris yang konon kabarnya menjadi liga dengan persaingan tersengit di muka bumi. 

Di musim pertamanya menahkodai The Cityzens, netizen yang mencibir dan mengkritik Pep pun harap maklum. Lemari trophi Man City kosong di musim itu. "Musim ini merupakan sebuah pembelajaran bagi saya," Tutur Pep kepada Mirror.

Namun di musim selanjutnya, tsunami piala terjadi di Etihad Stadium. Rival dari Manchester United tersebut tidak berhenti-berhenti meraih trophi di setiap musimnya. Yang paling terbaru, Manchester City merengkuh Liga Champions dan menjadi tim Inggris kedua setelah Man United (1999) yang meraih treble winners.

Ingat betul saya tatkala Pep kalah di final Liga Champions melawan Chelsea. Pep berkata, "Jika kita tidak menang (UCL), saya akan gagal." Dan apa yang Pep takuti benar terjadi, Man City gugur di final oleh gol tunggal Kai Havertz. Semusim berselang, Man City harus kandas secara menyakitkan oleh Real Madrid. Gol Rodrygo Goes dan Karim Benzema menjadi mimpi buruk bagi Pep. Namun demikian, pelatih berkebangsaan Spanyol itu sama sekali tidak menyerah.

Kedatangan Erling Haaland ke Manchester Biru membuat kekuatan City bertambah kuat. dan belum lagi Haaland sudah mencetak 50 gol di semua kompetisi diawal kedatangannya ke Etihad Stadium. Guardiola pun makin pede. SemHinifinal Liga Champions musim ini menjadi bukti shahih bahwa Man City kandidat terkuat untuk mengangkat piala tersebut. 

Real Madrid yang notabene mempunyai DNA UCL harus dibuat gigit jari tatkala terbantai dengan agregat 5-1 di semifinal. Melihat pertandingan di leg kedua yang berakhir dengan kemenangan City dengan empat gol tanpa balas, mengukuhkan bahwasannya akan ada jawara baru di UCL edisi kali ini. Tanpa mengkesampingkan Inter, Man City jauh di atas kertas layak, dan benar saja. Papan skor menunjukan hasil 1-0 untuk kemenangan City di final.

Trophi pertama The Cityzens di Liga Champions. Trophi ketiga Pep di Liga Champions setelah terakhir kali ia raih 12 tahun silam.

Pep menunjukan bahwa ia bukan manajer kaleng-kaleng. Walaupun sindiran dan cibiran mengarah ke dirinya, Pep buktikan semuaya dengan piala-piala yang ia raih setiap musimnya. Hingga tulisan ini dibuat, Manchester City saat ini masih dapat meraih sextuple. Torehan yang Pep lakukan dahulu semasa di Barcelona.

Ditunggu Pep, piala-piala selanjutnya!

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun