Mohon tunggu...
Yunita Indriani
Yunita Indriani Mohon Tunggu... -

simple, penyuka bintang\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bunga Tidur "Gubernur dan Pengusaha Muda"

25 Juli 2013   13:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:03 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang itu rencananya saya berkunjung menemui pak gubernur hanya ingin sekadar meminta tanda tangan sekaligus ingin melihat bagaimana kinerjanya yang kata orang beliau itu sangat bagus. Ya, benar semuanya nampak bagus dari perangkat kerja pelayanannya sangat memuaskan. Di sana bukan hanya saya yang berkunjung melainkan wartawan yang secara diam-diam menguntil melalui kamera yang ingin dijadikan sebagai bahan berita yang bila dipublikasikan akan mendapat rating tinggi. Maklum masyarakat sangat mengagumi pak gubernur ini.

Selanjutnya di pojok kira ada pelayan administrasi yang sedang mengurusi data saya. Ah, kebiasaan di negara ini tak lain adalah menyelipkan uang semata-mata supaya beres. Namun, di gedung itu semua tak menerima pemberian apapun. Katanya itu sudah menjadi kewajiban kami, melayani masyarakat adalah tugas kami.

Saya terkaget. Andai di Indonesia semua PNS berpikiran seperti itu mungkin pertumbuhan Indonesia dalam mengatasi korupsi ataupun kemiskinan akan menurun. Setelah itu saya pun berjalan-jalan disepanjang gedung itu. Semuanya sangat bersih tempatnya, tak ada seorang pun yang merokok, dan pengunjung yang ingin membereskan data antri dengan tertib. Sangat tertib dan rapih sekali.

Setelah urusan saya selesai. Saya menarik kesimpulan bahwa beliau benar-benar seorang pemimpin yang mengagumkan tak heran masyarakat sangat menghormatinya.

Selanjutnya Sesuai dengan agenda selanjutnya bahwa pada siang itu saya akan bertemu dengan teman saya bernama Zia. Dia gadis periang, energik, juga smart. Kita bertemu pada acara pameran lukisan. Sebenarnya saya tidak tahu kalau saya akan dipertemukan dengan sahabatnya Zia, ia adalah pengusaha muda. Dan pada akhirnya kita menikmati lukisan itu secara bersama-sama dan setelahnya mencari cafe hanya sekadar bertukar kata.

Ruangan cafe itu cukup berkelas, pengunjungnya pun bukan sembarang terlebih diiringi musik klasik. Saya sangan suka musik klasik. Kemudian saya mengamati bola mata Zia dan bola matanya. Pada pertengahan cerita akhirnya pengusaha muda itu begitu ramah dengan terbukanya ia menceritakan kehidupannya. “Saya seperti ini berkat kerja keras dan memiliki mimpi. Ah, tak perlu dijelaskan. Semua pun tahu jika ingin nama kita indah diantara sederet nama yang berkeliaran tentulah kita harus bekerja keras mengukir nama itu sedemikian rupa dan menjadikannya sebuah nama yang memang ternama dan indah. Ah, itu hanya sekilas perjalanan saya. Tapi yang ingin saya ceritakan hanyalah kisah cinta saya dengannya”, bola matanya yang sedari begitu tenang nampak berkaca. Ia pun mengaduk kopinya dan meneguknya dengan sangat pelan.

Kita terdiam, Zia nampak begitu antusias sedangkan saya hanya mengikuti kemana arah bola mata itu berputar. Ya, kemudian ia melanjutkan cerita. “Sebenarnya ada hal yang ingin saya ceritakan. Dan sejujurnya saya orang tipikal orang yang tak pernah bercerita tentang kisah percintaan saya. Tapi, entah kenapa melihat kalian rasanya hati saya ingin bercerita. Baiklah, saat itu saya berusia 22 tahun, di mana bisnis saya sedang naiknya. Gadis itu, seorang yang sabar ia tak pernah menuntut apabila saya telat memberi kabar padanya. Pada suatu malam di tanggal yang sangat istimewa.

Gadis itu berniat untuk memberikan kejutan pada tanggal istimewa saya. Ya, setiap orang pasti memiliki tanggal istimewa. Entah itu, hari kelahiran, wisuda, dan yang lainnya. Kebetulan tanggal itu adalah tangal kelahiran saya. Semulanya saya hanya diberikan kabar melalui pesan singkat bahwa saya harus datang di malam hari pada suatu tempat. Kala itu malam begitu hening, dan tempat itu begitu asing. Saya pun melihat sendiri dengan dua bola mata saya bahwa ia sedang menyalakan api pada kayu, yang kayu itu ia simpan diantara kayu lain. Tapi, dilaur dugaan api itu menyebar kesuatu tempat drastis. Dan saya menyaksikan sendiri bahwa ia telah terbakar oleh api bersama kayu itu. Saya sendiri saat itu begitu kaget”.

Kemudian ia melanjutkan cerita,”Emm.. Signal di sana begitu jelek. Tak ada yang bisa saya tolong, dan air pun sangat sulit sebab tempat itu begitu asing terlebih hari itu malam hari. Kejadian itu membuat saya menjadi seorang pengecut, seorang laki-laki yang tak berguna. Saya hanya bisa menatapnya, ia merintih kesakitan, kulitnya yang halus terbakar sudah. Tak banyak kata-kata yang saya dengar namun beberapa kata masih terekam ‘Selamat ulang tahun..’, ucapnya. Saat kejadian itu imajinasi saya seolah-olah terbawa pada kenangan tentang psikopat saya, tentang kekerasan saya padanya, namun ia begitu sabar dan sempat saya menyuruhnya untuk mengabrosikan kandungan yang ada pada rahimnya, namun ia menolak.”

Kita terdiam. Seorang pengusaha muda yang terlihat sopan ternyata memiliki sifat psikopat. Kemudian ia tersenyum dan matanya kembali berkaca. Ia pun melanjutkan ceritanya,” Selang beberapa menit akhirnya saya bergegas pergi dan mencari bantuan. Setelah banyak pemadam kebakaran yang berdatangan. Rupanya, ia tlah tiada. Tentang ketiadaanya di Tv menjadi topik utama. Entah mungkin karena saya adalah pengusaha muda yang cukup di kenal. Kau tahu saat ini hati saya merasa kosong dan sedikit gila. Adalah hal yang paling tak berguna dalam hidup ini apabila tidak bisa membahagiakan untuk orang-orang yang sangat kita kasihi. Ia seorang gadis yaang sabar yang tak dapat kutemui di mana pun”

* * *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun