Bukan hanya Dirga yang sudah tidak sabar menikmati hujan. Di bawah tanah sana, rupanya ada yang menggeliat bangun dari hibernasinya. Biji kacang, koro, umbi-umbian dan sayur mayur mulai sadar kalau waktunya sudah tiba. Air hujan yang membasahi mereka memberi kekuatan sehingga mereka bisa memulai kehidupan baru. Tunas baru muncul di atas tanah. Â
"Ibu sedang apa?" sambal mengusap-usap matanya Dirga mendekati Ibunya yang sedang di kebun sebelah rumah.
" Ayo Le, bantu Ibu. Ini biji-biji kacang, koro sudah mulai tumbuh tunas barunya. Ini gizinya banyak Le kalua dibuat masakan."
"Kenapa tidak dibiarkan tumbuh besar dan nanti bisa berbuah banyak saja, Bu?" sambal berusaha membantu mencabut tunas-tunas kecil itu, Dirga mengatakan idenya."
"Ini tumbuhnya tidak beraturan, jadi dicabut saja. Nanti akan ditanami bibit baru. Kalau menanamnya dengan jarak yang teratur maka akan tumbuh dengan baik."
 Setelah cukup banyak memanen tunas kacang-kacangan, Dirga diajak Ibunya untuk ke dekat pagar dimana ada kayu lapuk yang sudah lama teronggok. Ternyata musim hujan juga membuat jamur tumbuh di pohon lapuk tersebut. Ada jamur tiram dan jamur kuping di kayu sebelahnya. Dirga senang sekali membantu Ibu memanen jamur-jamur itu. Pasti Ibu akan membuat "botok" yaitu jamur yang dicampur dengan kelapa muda dan dibungkus dengan daun pisang. Lalu dikukus bersamaan pada saat mengukus nasi.
Tak lupa Ibu juga memetik beberapa daun kemangi yang juga mulai tumbuh bersama pohon bayam dan kenikir di sebelahnya. Betapa senangnya bisa memperoleh bahan makanan pendamping nasi dari kebun sendiri.
Terlihat juga para tetangga yang mulai menggemburkan tanah pekarangannya agar cukup subur ketika bibit-bibit sayuran nanti ditanam. Semua terlihat bersemangat dengan datangnya hujan. Hujan berarti harapan baru untuk menjemput rizki.
Makassar, 10-10-2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H