Apakah itu Anxiety, dan bagaimana itu anxiety  ?
Okey, pertama mari kita bahas secara gamblang, apakah itu anxiety.
Anxiety atau kecemasan adalah kerakteristik kepribadian dalam menangggapi situasi tertentu dengan respon stress (Edelman, 1992).
Freudian dalam Feist (1998) menjelaskan tentang kecemasan adalah sebuah kondisi yang tidak memyenangkan bersifat emosional dan sangat terasa kekuatannya, disertai sebuah sensasi fisik yang memperingatkan seseorang terhadap bahaya yang sedang mendekat. Ketidaksenangan dari kondisi ini sering kali samar-samar saja dan sulit untuk ditegaskan namun kecemasan itu sendiri selalu dapat dirasakan.
Kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi individu yang berkenaan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan objek ancaman yang tidak begitu jelas (Sudrajat, 2008).
Gejala kecemasan secara garis besar dapat dikelompokan menjadi 2, pertama gejala yang bersifat fisik yaitu  gangguan sistem saraf, berdebar debar, sesak nafas, berkeringat, telapak tangan dan kaki dingin, kelelahan fisik, sakit kepala, mulut kering dan pencernaan tidak sempurna. Kemudian yang kedua gejala yang bersifat psikologis yaitu tidak mampu memusatkan perhatian, perasaan sensitif (mudah merasa malu dan tegang, mudah khawatir dan takut, tidak tenang dan cepat bingung, bersikap pesimis dan tidak percaya diri dan merasa tidak bahagia.
Kecemasan tidak selalu berkonotasi negative, ada juga kecemasan yang positif, mari kita kenali ciri dan tandanya.
- Kecemasan yang negative
- Kecemasan yang berbentuk negative adalah ketika kecemasan itu mengarah ke destructive, merusak semangat, merusak mental dan merusak perilaku. Penderita kecemasan  memiliki motivasi yang menurun sering malas-malasan, ogah-ogahan dan istlah anak zaman sekarang "mager", kecemasan pun dapat merusak mental seseorang dengan adanya fikiran yang berbentuk negative tersebut, over thingking, memikirkan hal yang belum terjadi, kekhawatiran berlebihan dan lain sebagainya, dengan demikian semua hal ini termanifestasi dalam sebuah perilaku, yang menjauhi objek kecemasan, pada banyak kasus akan melukai diri sendiri atau self harm.
- Kecemasan yang positif
- Konatasi positif disini adalah, ketika respon kecemasan itu akan melahirkan sebuah perilaku yang positif. Kecemasan positif ini dapat meningkatkan motivasi seseorang, pengingat diri serta alarm akan cepat tanggapnya terhadap sesuatu hal sehingga akan bermanfaat pada yang bersangkutan. Contoh paling simple adalah kecemasan yang dirasakan oleh individu ketika menjelang ujian, pada kecemasan yang positif hal ini akan memicunya untuk belajar dan mengulang kaji materi yang sebelumnya telah dipelajari, sehingga akan mengurangi rasa cemasnya dan membuatnya merasa aman ketika menghadapi soal-soal ujian.
DSM IV dalam Kaplan sadock menyebutkan gangguan kecemasan meliputi : gangguan panik dengna dan tanpa agoraphobia, agoraphobia tanpa riwayat gangguan panik, fobia spesifik dan social, gangguan obsesi kompulsi, gangguan stress pasca traumatic, gangguan stress akut, gangguan kecemasan umum, gangguan kecemasan karena kondisi medis umum, gangguan kecemasan akibat zat, dan gangguan kecemasan yang tidak ditentukan.
Lantas apa yang harus diakukan ketika kita terserang kecemasan. Berikut tips dan triknya
- Kenali bentuk kecemasannya
- Untuk dapat mengenali kecemasan yang kita rasakan membutuhkan ketenangan, tanpa mencapai ketenangan mustahil gangguan cemas yang ada dalam diri seseorang dapat dikenali. Ketenangan tersebut bisa datang dengan cara diciptakan oleh individu yang bersangkutan. Salah satu cara untuk dapat menciptakan ketenangan adalah menghadirkan rasa rilexs, latihan rileksasi yang kontinu dan terjadwal harus dilakukan. Pada beberapa kasus latihan rileksasi otot yang lebih cocok, pada kasus yang lain latihan rileksasi menggunakan audio yang lebih banyak kemajuan, jadi tergantung kondisi individu yang bersangkutan.
- Sadari dan terima rasa cemas tersebut
- Ketika individu sudah mengenali rasa cemas yang ada pada dirinya, ia akan dapat menerima rasa cemas tersebut sebagai sebuah rasa yang menjadi bagian dari dirinya.
- Kenali fikiran yang muncul
- Ketika individu telah dapat menerima rasa cemas tersebut, maka ia akan dapat dengan mudah mengenali fikiran yang muncul, biasanya didominasi oleh over thingking atau fikiran negative. Kemunculan fikiran negative ini secara tiba-tiba dan tak terkendali sehingga akan termanifestasi dalam sebuah perilaku yang disebut sebagai simptom.
- Membalik fikiran tersebut menjadi positif
- Setelah fikiran negatif tersebut dapat dikenali maka catat dan lakukan checklist akan frekunsi kemunculannya, segera setelah itu balik pemikiran tersebut menjadi positif. Agar memudahkan pemikiran positif tersebut terus m uncul dalam pemikiran seseorang lakukan checklist sama seperti melakukan checklist pemikiran negative sebelumnya.
- Terus munculkan pemikiran positif
- Jangan biarkan pemikiran negative kembali lagi, dan usahakan terus memunculkan pemikiran positif. Sering terjadi pemikiran negative tersebut muncul lagi, dan hal itu manusiawi, terima dan balik pemikiran tersebuat (menjadi positif)setiap kesempatan kemunculannya.
- Berefek pada ketegangan fisik
- Ketika individu tersebut mampu untuk membalik pemikiran negatifnya menjadi positif akan berdampak pada perilaku atau simptom dari kecemasan tersebut, ia akan merasa lebih tenang dan lebih nyaman dan keluhan fisik yang selama ini ada akan berangsur akan berkurang dan hilang.
- Kapan harus mengunjungi ahli
- Ketika poin di atas tidak dapat dilakukan oleh seseorang, sedangkan simptom atau keluhan terus muncul dengan frekuensi yang semakin banyak dan durasi yang semakin bertambah, maka itu adalah alarm bagi seseorang bahwa ia harus segera berkunjung pada seorang ahli yang professional dalam menangani keluhan  yang dirasakannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H