Mohon tunggu...
Dwi Meilani Hasmiyatni
Dwi Meilani Hasmiyatni Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru hobi menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Strategi Mencapai Urgensi Kompetensi Sosial Emosional dalam Pembelajaran

4 Maret 2023   20:50 Diperbarui: 4 Maret 2023   20:59 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Strategi Mencapai Urgensi Kompetensi  Sosial dan Emosional dalam Pembelajaran 

Oleh Dwi Meilani Hasmiyatni, S.Pd.

Pendidikan holistik merupakan pendidikan yang mengembangkan seluruh potensi siswa secara harmonis, meliputi potensi intelektual, emosional,  fisik, sosial, estetika, dan spiritual. Perkembangan murid secara holistik ini sangatlah penting untuk disadari oleh guru. Pembelajaran yang dilakukan murid kita lakukan di kelas atau di sekolah  bukan hanya pembelajaran yang mengarah pada intelektual saja tetapi juga pembelajaran yang memperhatikan fisik, emosional, sosial, dan karakter apa yang terlihat,terdengar, terasa oleh murid. 

Dalam praktik pengajaran di kelas, pengajaran holistik ini tidak semua guru terapkan dalam pembelajaran. Guru dalam proses yang dilakukannya di kelas masih banyak melakukan pembelajaran yang mengarah pada intelektual saja dan terkadang mereka lupa untuk menguatkan aspek fisik, emosional, sosial, dan karakter apa yang terlihat, terdengar, terasa oleh murid dalam pembelajaran karena bagi mereka aspek-aspek tersebut akan didapat oleh murid dari pengalaman tanpa harus dikuatkan dalam pembelajaran. Hal tersebut pada akhirnya berdampak perkembangan sosial dan emosional murid menjadi lemah.

Perkembangan sosial dan emosional para murid kita masih lemah indikatornya dapat kita lihat apabila di sekolah masih kita temukan meningkatnya jumlah kasus perundungan, tawuran, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, pernikahan usia dini dan kehamilan di bawah usia, murid  yang memiliki motivasi belajar  rendah hingga putus sekolah, murid dengan gangguan emosional seperti stres, kecemasan, depresi, bahkan kasus bunuh diri pada usia remaja. Berdasarkan hal tersebut,  maka, pembelajaran yang dapat menumbuhkan kompetensi sosial dan  emosional murid adalah sebuah urgensi untuk kita implementasikan di pembelajaran dalam proses pendidikan kita. 

Sebagai pendidik dan tenaga kependidikan yang memilih untuk menjadi pendidik, yang mendampingi murid di sekolah sepanjang hari, kita patut memikirkan bagaimana menuntun mereka untuk mencapai kodratnya, bagaimana membimbing mereka agar dapat mengeksplorasi dan mengaktualisasikan seluruh potensi dalam dirinya setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat, hingga dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaannya.

Di sinilah letak urgensi pembelajaran sosial emosional untuk mendorong tumbuh kembang murid secara holistik. Pembelajaran yang mampu menciptakan pengalaman belajar bagi murid untuk menumbuhkan dan melatih lima kompetensi sosial dan emosional yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Di sini, sebagai guru kita perlu mengeksplorasi pembelajaran sosial emosional melalui empat indikator yaitu, pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, serta penguatan kompetensi sosial emosional pendidik dan tenaga kependidikan melalui keteladanan, proses belajar, dan kolaborasi dengan seluruh komunitas sekolah.

Pembelajaran sosial emosional merupakan pembelajaran yang bertujuan melatih kompetensi sosial emosional peserta didik sehingga tercapai keseimbangan antara kompetensi akademik dan sosial emosional yang dapat mengantarkan mereka menjadi individu-individu yang selamat dan bahagia. Kesadaran akan  proses pendidikan yang dapat menuntun tumbuh kembang murid secara holistik ini harus menjadi perhatian guru.

Pembelajaran sosial dan emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat: (1) Memahami, menghayati, dan  mengelola emosi  (kesadaran diri); (2) Menetapkan dan mencapai tujuan positif  (pengelolaan diri); (3) Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial); (4) Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi); (5) Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)

Urgensi pembelajaran sosial dan emosional, yaitu peningkatan kompetensi sosial dan emosional, terciptanya lingkungan belajar yang lebih positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah. Untuk mencapai urgensi tersebut, maka diperlukan kerangka sistematis dan kolaboratif pembelajaran kompetensi sosial dan emosional CASEL.

Kerangka pembelajaran CASEL (Collaborative for Academic and Social Emotional Learning) adalah sebuah kerangka pembelajaran sosial emosional yang didirikan tahun 1995 oleh sekelompok pendidik, psikolog, di antaranya Daniel Goleman (perintis konsep kecerdasan emosional) untuk mengupayakan pembelajaran lima kompetensi sosial emosional dalam dunia pendidikan.  Lima kerangka kompetensi sosial dan emosial Casel tersebut di antaranya meliputi:

  1. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun