Dari seluruh platform yang sudah saya sebutkan, semuanya memiliki fungsi yang sama pada umumnya, yang terpenting adalah konten visual yang disajikan layak atau tidak untuk dinikmati publik. Sebenarnya, dari permasalahan konten visual adalah sama halnya dengan membicarakan selera makanan setiap orang, beda lidah beda rasa. Karena pada dasarnya konten visual disajikan untuk dinikmati dengan indera pengelihatan yaitu mata, beda mata beda cara pandang, persoalan makna dan maksud dari karya visual tersebut bergantung dari bagaimana kreator dan penikmat menafsirkannya, namun saya pribadi lebih sering menjelaskan maksud dari karya visual yang saya buat agar pesan dari sebuah karya itu tersampaikan dengan baik tanpa harus ada penafsiran dari lain kepala. Jadi, yang harus di perbaiki dari konten yang saya suguhkan ke ruang publik sebenarnya adalah bukan pada kontennya, namun rasa malas pada diri sendiri untuk lebih rajin membuka dan mengetahui trend konten visual yang sedang ramai di perbincangkan agar konten visual yang saya suguhkan tidak 'itu - itu saja' atau 'kuno'.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H