Mohon tunggu...
Dwi Marfuji
Dwi Marfuji Mohon Tunggu... Administrasi - Runner, pingin hidup sehat dan syukur manfaat buat orang lain

Sesantai gambarnya...\r\n\r\n@dwimarfuji

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Untuk Ketenangan dan Kedamaian, Hindari Mentalitas Jalan Pintas

19 Desember 2016   09:36 Diperbarui: 21 Desember 2016   01:12 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup yang tenang merupakan idaman semua orang. Hidup tenang bukan melulu tentang apa saja yang kita sudah capai, bukan tentang seberapa banyaknya uang ditabungan, bukan pula tentang seberapa jauh tempat yang pernah kita singgahi namun pernahkah menayakan  pada diri tentang seberapa banyak manfaat diri ini untuk orang lain, seberapa jauh ikut memikirkan kesejahteraan orang tua kita, saudara, tentangga, anak terlantar, anak yatim, korban bencana yang bisa jadi mereka berada tidak jauh dari tempat tinggal kita. 

Ketenangan berbeda dengan kesenangan, ketenangan hati hingga terasa damai akan terwujud dengan sebuah proses yang benar, tak ada jalan pintas untuk hal ini. Jalan pintas hanya akan membuat manusia gelap mata, hingga tak menghiraukan cara-cara yang ditempuh, bahkan untuk menggapai sebuah tujuan akan menghalalkan berbagai cara. Padahal untuk mencapai titik kebenaran tujuan haruslah dibarengi kebenaran niat sekaligus kebenaran proses. 

Tak ada keraguan, kebenaran mutlak wewenang Sang Pencipta, berusaha menemukan jalan pintas dengan menghalalkan semua cara membuat manusia kehilangan sisi-sisi kemanusiaannya. Mentalitas jalan pintas melukai berbagai pihak dan ujungnya akan menimbulkan konflik, permusuhan, perpecahan hingga kondisi-kondisi yang tentunya tak diinginkan bagi sebuah tatanan kemasyarakatan, kebangsaaan.

Manusia pada mulanya adalah satu, hingga Sang Pencipta mengujinya dengan perbedaan baik bentuk, warna, rupa, pemikiran hingga manusia berbeda-beda dalam memaknai ini  sebagai hadiah ataupun musibah. Sang Pencipta memberikan kebebasan akan hal itu, keagungan dan keadilan-Nya sangat jelas dalam hal ini.

Ada pepatah Jawa "sapa nandur ngunduh" yang bermakna siapa yang menanam akan menuai, apapun yang ditanamnya, baik berupa kebaikan ataupun keburukan pasti akan dituai hasilnya kembali oleh sipenanamnya. Tak berbeda dengan teori Ilmuwan modern abad ini, hidup serupa memantulkan bola, jenis bola apa yang dilemparkan akan kembali dengan jenis yang sama kepada sipelemparnya.

Akhirnya, meskipun tidak panjang namun tulisan ini juga masih menjadi bahan perenungan bagi penulis pribadi, sebagai pemuda biasa yang belum bisa sepenuhnya terbebas dari mentalitas jalan pintas. Mungkin satu saat nanti. Semoga

Sahabat kompasianermu, dwi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun