Saat ini sedang berlangsung PPDB DKI jalur Zonasi di Jakarta.Â
Situasi sosial media ramai sekali. Di twitter saya melihat banyak twit berisi pertanyaan, komplain, hingga cercaan dari orangtua yang anaknya ketendang selama seleksi. "Ini PPDB apaan ? Anak saya kalah dengan yang tua-tua di jalur Zonasi !, ini adu nilai atau adu tua ?", demikian beberapa twit yang lewat di beranda saya. Orangtua kecewa karena anaknya yang berusia 14 hingga 15 tahun tidak dapat masuk SMA Negeri akibat kalah tergeser dengan calon siswa yang berusia 17, 18 bahkan 20 tahun.
Memang selama tiga tahun ini di Jakarta, ada jalur Zonasi untuk masuk sekolah negeri. Dan kuotanya sangat besar, yaitu 50% dari daya tampung sekolah. Dan uniknya, jalur Zonasi ini sama sekali tidak memasukkan variabel nilai apapun pada seleksinya. Semua murni diambil dari jarak rumah ke sekolah yang diambil dari data server Dukcapil.Â
Sistem PPDB akan menentukan, apakah RT dan RW tempat tinggal si anak merupakan Zona Prioritas satu, dua atau tiga. Dan biasanya orangtua yang anaknya di Zona Prioriotas tiga akan ngomel karena banyak yang kena tendang calon siswa yang usianya lebih tua.
Perubahan sistem seleksi siswa dengan Zonasi ini jelas merupakan goncangan yang besar sekali bagi orangtua, karena negeri kita selama berpuluh-puluh tahun menerapkan seleksi berdasarkan nilai. Perlu adaptasi cukup lama agar kita dapat menerima dan mengikuti proses ini.
Ngomong-ngomong, benarkah seleksi dengan sistem Zonasi tanpa nilai ini yang diinginkan oleh Pemerintah dan DPR kita ? Ya benar. Kita bisa lihat beritanya di sini: Komisi X DPR Setuju Sistem Zonasi untuk Hilangkan Status Sekolah Favorit
Ada pemikiran dan perenungan panjang dari Pemerintah kita untuk menata ulang sistem Pendidikan kita. Inilah sekarang yang sedang dialami oleh orangtua dan siswa-siswi yang akan melanjutkan sekolah. Saya tidak ingin menilai bagus atau tidaknya menurut pemikiran saya.Â
Saya hanya ingin menebak, bagaimana kira-kira hasil pengubahan sistem ini di masa depan ?. Tebakan saya adalah, di tahun 2023, SMP-SMA Favorit di Jakarta akan punah !. SMA top seperti SMA 8, SMA 48, SMA 39, SMA 28 dan lain-lain tidak akan menjadi favorit lagi. Sekolah favorit negeri akan punah !.
Lho, kenapa demikian?
Alasannya jelas. Tujuan Pemerintah dan DPR sama, yaitu sekolah favorit negeri harus hilang !. Itulah alasan nilai ujian tidak lagi digunakan sebagai parameter penentuan seleksi masuk SMP dan SMA negeri. Pemerintah murni memakai variabel lain seperti sertifikat kejuaraan Karate, atau sertifikat Pengurus OSIS untuk jalur Prestasi dan jarak Rumah-Sekolah untuk jalur Zonasi.
Kalau sekolah negeri favorit akan punah, apakah artinya tidak akan ada lagi sekolah favorit di Indonesia ? Oh tidak begitu. Kelak sekolah-sekolah Swasta yang akan menjadi sekolah favorit menggantikan sekolah negeri. Ini adalah peluang bagi semua sekolah Swasta di tanah air untuk mengisi celah. Kelak pertarungan sekolah-sekolah favorit akan terjadi di sekolah Swasta.
Jalur Zonasi yang saat ini lebih memberi prioritas pada anak yang relatif tua dan rumahnya dekat dengan sekolah, akan menggeser anak-anak usia muda ke sekolah Swasta.Â
Peringkat sekolah Swasta akan naik. Dan ini sudah terjadi di beberapa negara yang menerapkan sistem Zonasi seperti Indonesia. Saya pernah membaca, di China, sekolah-sekolah favorit adalah milik swasta. Dan untuk seleksi masuk ke sekolah favorit swasta ini, calon siswa harus rela menginap di hotel-hotel dekat sekolah agar tidak tertinggal jadwal ujian. Alumni-alumni sekolah swasta favorit ini jugalah yang nantinya akan banyak masuk ke universitas-universitas favorit.
Maka di masa depan, kalau ingin bersekolah di sekolah favorit, harus di sekolah swasta. Dan tentunya orangtua harus mengeluarkan biaya yang besar. Tapi kalau ingin tanpa biaya, ya bisa di sekolah negeri milik Pemerintah, dan ini diatur sesuai Zonasi tempat tinggal calon siswa.
Menutup tulisan ini, saya hanya ingin mengatakan kepada pembaca, selamat bernostalgia bagi alumni sekolah-sekolah negeri favorit. Kebetulan saya juga pernah bersekolah di salah satu sekolah favorit negeri itu. Kelak sekolah negeri favorit tidak akan ada lagi. Dan kita hanya bisa mengenangnya lewat memori, foto atau tulisan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H