Tadi pagi, sambil seruput kopi, membaca kemajuan ilmuwan China mengujicoba internet 6G. Â
Gila bener ini !. Transfer data 1 Terra cuma dalam 1 detik memakai 6G.
Teman-teman bisa nggak membayangkan, bakal sehebat apa ini ?.
Saya sebulan ini kerja full WFH karena ada Virus Omicron, isteri nonton drakor di VIU, anak sulung training BCA di rumah, anak bungsu sekolah SMP 20 Jakarta dengan PJJ di rumah. Penggunaan internet Indihome sebulan tidak melebihi 400GB. Jadi kalau dibandingkan dengan akses 6G tadi, 3 keluarga seperti diriku bisa disuplly kebutuhan internetnya sebulan hanya dalam waktu 1 detik oleh 6G.
Ketika Indonesia mulai mengubah layanan 2G menjadi 3G di tahun 2008, saya kagum dengan kemajuan yang dihasilkan. Dengan 3G orang sudah mulai chatting memakai BlackBerry, mengirim email lewat handphone masing-masing. Keren sekali melihat email bisa masuk sendiri ke hape dan ada notifikasinya.
Lalu di sekitar tahun 2014, Indonesia masuk ke layanan 4G. Buat saya, prestasi pembangunan Presiden Jokowi bukan pembangunan di jalan Tol, tapi justru di pembangunan 4G. Setahu saya dulu di masa menteri Tifatul Sembiring, penataan frekuensi kacau sekali. Nggak akan bisa menjalankan 4G.Â
Menteri-nya Jokowi yang bernama Rudiantara membenahi kekacauan ini, dan akhirnya provider Indonesia bisa menggelar 4G. Disinilah mulai kita lihat ada Gojek, Gofood, Traveloka, dan unicorn-unicorn bermunculan. Kita mulai mengenal aplikasi banking. Kita melihat orang sudah jarang antri lagi di ATM, semua memakai aplikasi banking.Â
Sadar atau tidak, kita berubah semasa ada 4G. Hormat saya untuk Presiden Jokowi dan menteri Rudiantara. Untung saja kita cepat mengadaptasi 4G, sehingga ketika ada Pandemi kita sudah siap dengan zoom meeting, dan bahkan sekolah bisa dilakukan secara PJJ.
Bagaimana kalau Indonesia nanti sukses menggelar 5G ? Ini bakal mengubah budaya kita lagi.
Infrastruktur 5G nanti akan mengubah dunia kita seperti film Back to The Future yang kita tonton di tahun 1990-an. Mobil tanpa supir (Driverless) memerlukan koneksi 5G. Kita akan melihat mobil jalan sendiri, dengan supir yang sedang tertidur di belakang kemudi. Lalu akan ada GoDrone, dimana kita pesan makanan tapi diantar memakai Drone-drone yang beterbangan langsung ke rumah kita. Era 5G ini juga eranya Metaverse, dimana kita bisa nonton, jalan-jalan dan sekolah di dunia virtual. Saya berpikir bioskop akan bubar kalau orang sudah terbiasa nonton di dalam Metaverse ini.
Nah ini, sekarang China sedang mengujicoba 6G. Bakal seperti apa dunia kalau era 6G ini diterapkan ?
Jadi ingat waktu kuliah di kampus dulu. Pak Jamhari di Elektro UI mengatakan bahwa prediksi pembuat chip seperti Intel, mengatakan kelak di tahun 2025 kita akan memiliki chip dengan jumlah koneksi 100 miliar, sama dengan jumlah neuron di otak manusia. Artinya, komputer harusnya sudah bisa berpikir dan belajar seperti manusia.Â
Komputer sehebat ini, dengan dukungan 6G yang mampu melakukan transfer data 1Terra perdetik konon akan digunakan negara China untuk menangkal serangan apapun dari angkasa dan bahkan luar angkasa. Jadi komputer diberi otoritas untuk defense, mirip dengan SkyNet di film Terminator.Â
Era 6G ini adalah eranya robotic, dimana kita akan melihat robot dimana-mana melayani kita makan. Robot akan masak, mengantar makanan di restoran, mengobati orang sakit, dan semua robot ini terkoneksi satu sama lain dan saling belajar seperti kaum Borg di film Star Trek.
Dunia akan berubah, teman-teman. Semoga kita masih ada di dunia untuk melihat itu semua.
Dwi Malistyo.
Source:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H