Mohon tunggu...
Dwi Lestari Wiyono
Dwi Lestari Wiyono Mohon Tunggu... Buruh - Pekerja di industri Food and Beverage yang menyukai dunia kepenulisan

Dwi Lestari atau Dwi Lestari Wiyono adalah seorang Pekerja - Penulis – Sajak – Cerita, serta menjadi bagian dari NaDi Collection Series @nadicollectionseries (instagram akun) sebuah seni dalam tumbler. Dwi pun bisa dijumpai: Facebook : Dwi Lestari Wiyono (Dwi) Instagram: @dwilestariwiyono

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sepotong Kuas XX

17 Juli 2024   12:13 Diperbarui: 17 Juli 2024   22:22 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Dwi Lestari Wiyono 

Oleh : Dwi Lestari Wiyono
 

"Terimakasih karena kau telah bersedia untuk menatapku."

"Iblis ...."
 
***
 
Apakah kau tahu bagaimana bunyi dan rupa musim semi? Apakah kau tahu bagaimana bunyi dan bentuk gemericik tetesan hujan kala tumpah, jatuh ke bumi? Dan apakah kau tahu ...? Aku menatap langit yang tak berbatas. Aku menatap langit yang nampak seolah tak berpenghuni, bersih. Angin berdesir, burung kecil berceloteh ringan tanda itu telah tiba. Sebuah tanda sinyal untuk segera mengakhiri masa ini. Sebuah tanda sinyal untuk segera menyudahi masa. Aku mencintai iblisku. Aku mengasihi iblisku. Seburuk-buruk dirinya, ia telah memberikan kejayaan, kemakmuran bagi keluargaku. Seburuk-buruk dirinya, ia telah membantuku mempertahankan keluargaku yang tersisa. Aku ingin menjadi penyejuk. Aku ingin menjadi pengobat bagi diriku sendiri. Tidak ada yang dapat kupercaya secara penuh. Tidak ada yang dapat membuat hati ini tersentuh, terketuk untuk pertama kalinya, tidak ada atau belum. Adakah. Ku hitung waktuku ... ku hitung jedaku, ini masanya.
 
***
 
"Mikael, bila kau ingin membunuhku, memusnahkanku bunuh aku, musnahkan aku dengan cara yang anggun."

"...."
 
***
 
Langit, bumi bersatulah kirimkan aku sesuatu yang tidak terduga. Sesuatu yang kau inginkan, kau rindukan tidak akan muncul dengan sendirinya. Ini dunia nyata, masa kini, bukan dunia di mana semua yang kau inginkan bisa terwujud hanya dengan satu kata; abrakadabra. Ini dunia nyata, masa kini, bukan dunia di mana masa lalumu berasal. Hadapi kenyataan bersikaplah sebagaimana adanya cari ia bila kau memang benar-benar menginginkannya. Cari penawar itu meski kau harus menyeberangi lautan sekalipun. Asia, Eropa bahkan ujung kutub nan jauh di sana temukan ia bila kau benar-benar menginginkannya. Kau ingin menemukannya, Bukan membunuhnya `kan? Jangan bunuh aku dengan tatapanmu. Jangan bunuh aku dengan kata-kata yang menghujam jantungku. Jangan bunuh aku. Ku mohon.

"Kau yakin ia orangnya Mikael?"
 
***
 
Apa gunanya hatimu? Apa guna kepekaan yang kau miliki? Mengapa sampai detik ini kau belum mumpuni? Mengapa kau sampai detik ini masih merabanya? Kau tak yakin dengan hatimu? Kau tak yakin dengan kekuatan, anugerah, berkat yang kau miliki? Kau tak meyakininya. Belum pernah.
 
Sesuatu akan menjadi amat berharga bila sesuatu itu hilang, lenyap begitu saja di depan matamu. Hargai hidupmu, hargai kesempatan yang kau miliki selama kau masih memilikinya.

(+) : Bagaimana bila mereka memandang rendah sesuatu yang ku anggap berharga?

(--) : Indahkan itu, tanyakan pada dirimu, pada hatimu, apakah sesuatu itu pantas untuk kau pertahankan, kau anggap berharga.

(+) : Bagaimana bila sesuatu itu hal yang dianggap menyalahi keyakinan yang kumiliki?

(--) : Tuhannya kau atau mereka?
 
Negeri Timur di mana itu? Cina, Beijing, Tibet, atau negeri dimana kisah seribu satu malam bermula. Apa yang dimaksud Negeri Timur? Apa itu hanya sebatas kata bukan petunjuk? Lautan luas, biru, bergelombang. Lautan luas, biru, bergelombang, namun anehnya aku tak menemukan bayang jejakmu di sana. Kau pergi bersama abu yang ditebarkan tempo lalu. Kau pergi meski aku bukan bagian dari dirimu. Nenek ... Mikael memaafkan.
 
Tatap aku dengan hatimu. Tatap aku dengan keyakinan yang kau miliki. Tidak semua yang tampak tampil sebagaimana mestinya. Kenali kemurnian dengan hatimu. Kenali kebenaran melalui suara yang Tuhan bisikan padamu. Tuhan takkan pernah berbohong, Benar bukan?
 
***

"Mikael, Kapan pertama kali kita bersua? Kau mengingatnya?"
 
Pemutus perjanjian itu sudah kutemukan. Ini semua adalah campur tangan Tuhan dan berkat alam yang senantiasa membantuku. Pemutus perjanjian itu telah kutemukan. Ini semua berkat dirimu iblis.
 
Waktu menyempit, waktu memuncak. Hadapi waktumu dengan gagah. Hadapi waktumu dengan penuh keberanian. Tidak ada yang salah dengan waktu. Tidak ada yang salah dengan perputarannya.

"Adik ... ternyata itu kau."

"Kakak."
 

-SELESAI-
 
(2017 /2024)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun