Mohon tunggu...
Dwi Lestari Wiyono
Dwi Lestari Wiyono Mohon Tunggu... Buruh - Pekerja di industri Food and Beverage yang menyukai dunia kepenulisan

Dwi Lestari atau Dwi Lestari Wiyono adalah seorang Pekerja - Penulis – Sajak – Cerita, serta menjadi bagian dari NaDi Collection Series @nadicollectionseries (instagram akun) sebuah seni dalam tumbler. Dwi pun bisa dijumpai: Facebook : Dwi Lestari Wiyono (Dwi) Instagram: @dwilestariwiyono

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sepotong Kuas XIV

6 Mei 2024   05:52 Diperbarui: 6 Mei 2024   13:48 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Dwi Lestari Wiyono 

Oleh : Dwi Lestari Wiyono

Apa makna dari sebuah keyakinan? Apa makna dari sebuah kepercayaan? Jalanan berdebu yang kutapaki belumlah usai. Aku masih mencari, masih mencari walau meraba. Mengapa banyak sekali pemahaman di negeri ini? Mengapa banyak sekali kepercayaan? Tidak bisakah kita mengenal hanya satu Tuhan. Tidak bisakah kita mengenal hanya satu keyakinan. Beragam, amat beragam kepercayaan dan keyakinan di negeriku. Aku tidak boleh mengeluh, aku tidak boleh menghujat. Hargai, hargai itu sebagai bentuk toleransimu. 

***

"Siapa? Ada siapa di balik ragamu?" 

 

***

 

Aku tak mengerti dan tak memahami pula bagaimana semesta awal bermula. Aku tak mengerti, tak memahami. Mengapa banyak orang harus menumpahkan darah hanya demi sejengkal tanah? Bukankah ini semua titipan Tuhan? Kau konyol Mikael ini masa kini. Masa di mana semuanya harus kau takar dengan nominal. Dengan nominal Mikael. Aku mendebat ketidakadilan. Aku mendebat kecurangan dan hal-hal yang bertentangan dengan kemanusiaan. Aku munafik, aku munafik sejati. Berapa banyak darah yang menetes di tanganku? Berapa banyak penyumbat telinga yang harus kubeli hanya untuk sedikit meredam suara lolongan para korbanku? Kau pikir sudah berapa banyak? Berapa banyak aku berkorban demi nama baik keluargaku kau pikir? Aku berkorban karena akulah yang terpilih. Aku terpilih. 

 

***

 

"Mikael, habiskan susumu nak. Ibu sengaja menghangatkannya untukmu. Bukankah kau sangat menggemari susu hangat dengan tambahan sedikit cokelat. Mikael, Mikael ..., Ada apa denganmu nak?" 

 

Ibu Ratih Kasih sosok yang takkan mungkin tergantikan, bagiku ia adalah segalanya. Aku ingat bagaimana ia mengasihiku selama ini, belaiannya, kecup lembut bibirnya di keningku kala mengucapkan selamat tidur padaku. Aku rindu, rindu padamu Nu. 

 

***

 

Ini New York - USA, saat ini aku menjejakkan kakiku di sana. Iblisku hebat kuakui, ia mampu membuatku melanglang buana tidak hanya Asia tapi seluruh dunia bisa kujelajahi berkat dirinya. Ia Tuhanku, ia penasehatku, ia pembimbingku. Aku mengabdi padanya dan menyerahkan diriku sebagai imbalannya. Kau tahu, terkadang aku tak mengenali diriku. Ada sosok lain di sana. Ini diriku, akan tetapi ada ingatan lain yang mengendap dalam otakku. Serasa diri ini bukan diri ini seutuhnya. Seperti ada yang ingin merebut raga ini. Ada yang ingin memaksa masuk mengganti diri ini seutuhnya. Iblisku bercerita mengenai dirinya yang ingin kembali menjadi manusia, ia bertanya padaku, bolehkah dirinya memakai ragaku atau setidaknya meminjam ragaku untuk alasan tertentu. Gila! Iblisku benar-benar gila! Ia mengatakan bahwa ia harus menyelesaikan sebuah misi, sebuah misi antara dirinya dan Tuhan yang ia sembah. Aku tentu saja menentang keinginannya. Kita sudah sepakat mengenai batasan usiaku. Kita sudah menyepakati sebuah perjanjian yang sudah tersegel. Bersikaplah kasatria, bahkan bila kau Tuhan sekalipun. 

 

***

 

Seorang kasatria dan petarung, ahh ... sialan aku belum bisa memecahkannya. Di mana pria asing itu di mana? 

"Papa, Mengapa Nenek Eyang meninggalkan kita begitu cepat? Padahal aku belum banyak mengenalnya. Mengapa Papa?" 

Pertanyaan putraku sontak membuatku terperanjat, lamunanku terhenti. 

"Nicholas, ada masa di mana kita harus meninggalkan dunia ini. Ada masa di mana kita harus kembali ke sisi-Nya sebagaimana yang Ia kehendaki." 

"Tapi papa, Apakah kita bisa membeli sebuah nyawa? Nego Ia Papa, nego Ia agar membawa Nenek Eyang kembali ke sisi kita. Aku rindu Nenek Eyang Papa. Aku menginginkan Nenek." 

"Nicholas ...." 

Kau tidak bisa membeli nyawa dengan harta duniamu. Kau tidak bisa menego Tuhanmu hanya karena kau adalah penyembahnya. Sadarilah posisimu, kau hanya seorang hamba bukan Tuhan. Bahkan bila kau bergelar Tuhan sekalipun suatu saat tepat pada masanya kau akan menemui ajal sebagaimana yang ditetapkan oleh Tuhan yang berada di atasmu. Ada Tuhan di atas Tuhan. Ada Pencipta di atas Pencipta. Syukuri dirimu meski kau hanya seorang hamba. Syukuri dirimu meski kau tak memiliki gelar Tuhan. Mikael selesaikan misimu, temukan ia dan sudahi perjanjianmu dengan ia yang kau sebut sebagai Tuhan. Semangat Mikael mentari masih bersinar dan jam pasir belumlah menyusut. 

"Nicholas, Nicholas sayang, saatnya sarapan nak." 

 

bersambung ... 

 

(2017/2024)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun