Oleh : Dwi Lestari Wiyono
Â
Aku tak tahu apa itu dusta
Aku tak tahu apa itu kelam
Yang terpenting bagiku adalah kau tak menyakitiku ataupun mengusikku secara keseluruhan
Lainnya, aku benar benar sungguh tak peduli
Kau boleh mengganggapku makhluk anti sosial, egois, maupun sebutan lainnya, aku tak peduli
Bagiku amatlah penting menghargai ruang pribadi seseorang; baik, buruk seseorang biarlah itu menjadi urusannya
Kita tidak perlu bersusah payah hanya untuk menjernihkan suatu persoalan, itu bukan urusanku, aku sama sekali tak peduli.
Â
(+), "Ia ingin membunuhku. Ia ingin memusnahkanku."
Â
Ada banyak kategori dalam membunuh. Mana yang kau maksud ...?
1. Pembunuhan karakter
2. Pembunuhan terselubung
3. Pembunuhan terencana
Mana yang kau maksudkan kawan? Dalam setiap kategori kita bisa menjabarkannya secara luas. Terlalu rumit dan terlalu memakan tempat. Pada intinya bila seseorang benar-benar ingin membunuhmu berdoalah dan mohon keajaiban dari Yang Kuasa. Berdoalah agar Ia membalikkan keadaan. Yang seharusnya benar menjadi benar dalam arti sebenarnya, yang salah dibukakan pintu mata hatinya agar menyadari kesalahannya atau kalau memang ia benar-benar kelam berdoalah semoga secepatnya kebusukannya tercium. Apalagi yang bisa kita lakukan selain memohon keajaiban dan pertolongan (perlindungan) dari Yang Kuasa.
Â
(+), "Kasusku berbeda. Aku memiliki bidak untuk digerakkan. Kasusku berbeda secara fisik atau secara nyata katakanlah aku berpengaruh dan memiliki kuasa, hanya saja ... aku merasa ada yang tidak pas dalam hal ini. Aku sudah berkonsultasi dengan beberapa orang yang ahli di bidangnya. Namun tetap saja aku merasa kurang puas. Kira-kira, apa penyebabnya? Boleh ku tahu ...?"
Â
Kita memiliki dunia. Kita menggenggam dunia. Di sisi lain ada mereka yang hanya bergantung pada apa yang mereka punya. Hari ini mereka makan besok itu rahasiaNya. Kau pernah mendengar ungkapan itu? Kita tidak pernah tahu dengan siapa kita berbicara.
Â
(+), "Aku bukan seseorang yang memiliki kepekaan yang tinggi. Aku hanya terkadang mengikuti naluri hatiku. Mereka bilang ini warisan, turunan dari leluhurku."
Â
Bersyukurlah bagi mereka yang memiliki kelebihan. Entah itu anugerah titipan dari Yang Kuasa atau itu adalah sesuatu yang sengaja kau pelajari sebagai kekuatan, benteng, penjaga (pelindungmu). Bersyukurlah.
Â
(+), "Aku tak mengerti, Mengapa ia berbohong?"
Â
Ada hal lain yang mungkin tak bisa di ungkapkan melalui kata-kata. Ada hal lain yang memang harus terkubur dan menjadi rahasia untuk selamanya. Bila kau menemui hal seperti itu telitilah dengan hatimu. Kau akan tahu dan menemukan jawabannya bila kau benar-benar meneliti dengan hatimu. Hargai kehidupan dan ruang pribadi seseorang. Simpan rahasianya seperti engkau menyimpan rahasia terdalam hidupmu. Simpan dalam sebuah kotak tertutup. Jangan hakimi ia. Jangan sudutkan ia. Ingat! Kita bukan pemegang palu, sang penentu. Hargai mereka walau belum tentu mereka menghargaimu seperti engkau menghargai mereka. Yang Kuasa itu tidak tidur. Benar bukan?
Â
(+), "Kau terlalu berteori. Sebenarnya, Siapa itu Yang Kuasa? Ia Sang Pencipta atau mereka yang memiliki uang dan kuasa? Tuhan itu maknanya luas bisa Tuhan di bumi, bisa ...."
Â
Bukalah matamu
Bukalah duniamu Â
Kenali hatimu Â
Kenali jiwamu
Bukalah dan kenali mereka sebelum mereka meninggalkanmu tanpa kau sadari
Kesalahan ada untuk diperbaiki
Kesalahan ada untuk disadari
Maafkan aku malaikat mautmu yang menjemputmu lebih awal
Jangan salahkan aku
Jangan cerca aku dengan kata-kata kotormu
Kotak ini tertutup rapat tepat saat raja sang waktu menghentikan waktunya Â
Selamat jalan dan mimpi indah,
Sayonara, kali ini dari balik bilik rahasiamu.Â
(2017/2023)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H