Mohon tunggu...
Dwi Kristiawan
Dwi Kristiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Just Human Being

Hello 911, I'm on fire

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kecerdasan Buatan adalah Ancaman bagi Para Jurnalis di Masa Depan?

16 Oktober 2022   17:23 Diperbarui: 16 Oktober 2022   17:34 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan industri media tidak terlepas dari yang namanya perkembangan teknologi komunikasi, karena dalam menghasilkan produk media tersebut menggunakan alat komunikasi dalam prosesnya.

Produk media seperti contohnya berita merupakan salah satu produk media yang menggunakan teknologi komunikasi. Hal ini juga membawa suasana baru pada proses produksi media yang berkecimpung di bidang jurnalistik.

Terlebih lagi diperkuat dengan perkembangan jaringan internet sebagai teknologi digital untuk memenuhi kebutuhan jurnalis, dimana pada saat ini ditunjang oleh teknologi komunikasi yang kini berbicara tentang pemrograman yang memanipulasi algoritma sehingga terjadi proses otomasi.

Era digital yang kita saksikan saat ini merupakan perkembangan jaringan internet yang terdiri dari akumulasi software dan hardware sebagai penunjang teknologi untuk praktik komunikasi dalam jurnalistik.

Mengingat sektor media yang menguasai proses jurnalistik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap proses komunikasi massa. Jurnalisme pertama kali diperkenalkan melalui teknologi media cetak, kemudian radio dan televisi, dan akhirnya teknologi jaringan.

Kecerdasan buatan atau yang kita kenal dengan nama Artificial intellegence (AI) merupakan isu yang sering dibicarakan dalam beberapa tahun terakhir. Secara sederhana, kecerdasan buatan dapat dipahami sebagai kecerdasan robot atau mesin otomatis, seperti yang digunakan pada perangkat elektronik yang kita gunakan sehari-hari (dicoding, 2020).

Beberapa orang khawatir dengan munculnya kecerdasan buatan di dunia kerja. Hal ini tidak terlepas dari ketakutan sebagian orang bahwa manusia akan kehilangan pekerjaan karena digantikan oleh robot. Kekhawatiran ini juga ada di industri media. Transformasi media digital yang cepat menjadi latar belakang ketakutan ini.

Artificial Intelegence (AI) dan robotika atau yang kita kenal sebagai kecerdasan buatan adalah isu global yang akan berdampak pada kehidupan manusia di masa depan, meskipun menawarkan harapan pekerjaan dan peluang bisnis baru belum tentu mengarah pada masa depan yang cerah bagi pekerjaan manusia (Kompasiana, 2019).

Media online yang mengandalkan manusia dalam proses kerjanya akan merasakan dampak yang signifikan, terutama jumlah data yang nantinya akan dijadikan sebagai basis kerja AI di dunia digital (Haryoputro dkk, 2015).

Saat ini, ruang redaksi media konvensional sudah akrab dengan proses pengumpulan berita, produksi dan distribusi berita. Aktivitas tersebut semuanya dilakukan oleh manusia. Kehadiran AI atau kecerdasan buatan dalam proses tersebut memungkinkan terjadinya perubahan dengan mengganti perannya dari segi fungsionalitas.

AI mampu mengembangkan gaya jurnalisme baru yang menuntut para pembaca agar dapat memahami teks konten tanpa menafsirkan informasi. Keberadaan AI yang berfungsi seperti editor menempatkan status beberapa editor dan radakur dalam bahaya.

Faktanya, AI memungkinkan pengumpulan data dalam bentuk matriks dan algoritma berbasis perintah, yang kemudian dapat ditulis dalam bentuk cerita naratif, dan kemampuan untuk mempublikasikan data berita sebagai berita, semuanya secara otomatis.

Kehadiran AI di ruang redaksi dapat menimbulkan bias, terutama bagaimana proses validasi yang berjalan dengan baik dalam pengelolaan redaksi harus digantikan oleh AI. Sangat menarik jika kita melihat bagaimana bias yang tercipta pada AI dalam praktik jurnalisme ruang redaksi.

Kecerdasan buatan menggeser peran manusia dalam jurnalistik dimasa depan?

Dapat dikatakan bahwa peran manusia dalam jurnalisme secara perlahan digantikan oleh proses otomatis dan robot.

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak perusahaan media yang "mempekerjakan" jurnalis robot untuk mengungkap tren dan wawasan tersembunyi melalui analisis data besar dan merekamnya dalam bentuk naratif tanpa keterlibatan manusia.

Associated Press (AP) adalah salah satu organisasi berita pertama yang menggunakan AI pada tahun 2014, bermitra dengan startup bernama Automated Insight untuk menggunakan AI untuk menghasilkan artikel atau berita tentang laporan keuangan perusahaan.

Pada tahun yang sama, Los Angeles Times mulai membuat peringatan gempa otomatis menggunakan algoritma komputer yang diambil dari pusat data USGS (United States Geological Service).

Washington Post pada tahun 2016 juga memulai penggunaan sistem kecerdasan buatan yang dinamakan heliograf, dengan tujuan memproduksi berbagai artikel dan informasi termasuk laporan-laporan singkat mengenai Olimpiade Rio de Janeiro (AW Utoyo, A Putranto, 2022, hal. 87).

Contoh lain yaitu seperti pada Beritagar.id, walaupun Robotorial menjadi teknologi Nature Language Generation (NLG) yang menggantikan wartawan dalam menulis berita dan mereka tidak merasa terancam dengan kehadirannya.

Robotorial mengambil tugas jurnalis menulis artikel statistik dan berulang, memungkinkan jurnalis lain untuk menulis artikel yang bersifat analitis dan mendalam.

Dalam mencari data, para wartawan Beritagar.id masih harus turun ke lapangan untuk mencari berita yang lebih serius, yang membutuhkan wawancara, dan harus memverifikasi data terlebih dahulu.

Penggunaan kecerdasan buatan hanya sebatas membantu melaporkan dan menulis berita yang tidak memerlukan konfirmasi sumber berita, seperti liputan pertandingan sepak bola.

Wartawan manusia di dapur redaksi dapat meningkatkan liputan investigasi mendalam mereka, memungkinkan media online Beritagar.id tidak hanya fokus pada peringkat penulisan, tetapi juga pada kualitas berita yang diterbitkan.

Manfaat ekonomi yang besar dari penggunaan robot diharapkan dapat meningkatkan daya tarik bagi pemegang saham perusahaan media.

Bisa dibilang, pengenalan kecerdasan buatan atau robotrial ke dalam fungsi jurnalisme tradisional, seperti bercerita dan jurnal investigatif, merupakan ancaman serius bagi masa depan jurnalisme manusia profesional yang misi utamanya adalah melestarikan demokrasi.

Dampak dari pergeseran peran dalam jurnalisme

Hadirnya kecerdasan buatan ini, pasti memiliki dampak yang positif dan juga dampak negatif. Dampak positif dari adannya kecerdasan buatan dalam jurnalistik adalah untuk menangani tugas-tugas tersebut, pekerja manusia dapat memfokuskan waktu mereka pada pekerjaan yang membutuhkan kemampuan kognitif, sesuatu yang tidak dimiliki mesin AI.

Dampak negatifnya dari hadirnya kecerdasan buatan dalam dunia jurnalistik adalah terjadinya Pemutusan Hubungan kerja bagi para pekerja. Karena kecepatan AI dalam membuat berita yang ringan bisa dibilang sangat luar biasa cepatnya.

Dalam satu bulan biasanya hanya 200-300an artikel, tapi dengan hadirnya kecerdasan buatan dalam jurnalistik maka dalam sebulan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jurnalisme dapat membuat hingga ribuan artikel (AW Utoyo, A Putranto, 2022, hal. 88).

Hal tersebut bisa juga menjadi salah satu pemicunya PHK kepada para pekerja, karena beberapa puluh karyawan dapat dikalahkan hanya dengan sebuah program. Namun tidak bisa dipungkiri, berita yang dihasilkan oleh AI atau kecerdasan buatan ini masih bisa dibilang belum sempurna.

Kesimpulan

Manusia, jurnalis, dan ilmuwan komputer masih akan dibutuhkan untuk robot mekanik, kecuali robot menjadi lebih pintar di masa depan untuk secara aktif menemukan berita, memeriksa penelepon, mengatur logika, dan menulis berita secara otomatis.

Informasi kini semakin banyak disebarluaskan, dan masyarakat hanya mengkategorikan informasi yang akan diperoleh dan memilih media yang akan digunakan untuk memperoleh informasi tersebut.

Dalam hal ini produk berita yang dibuat oleh robot tidak otomatis menggantikan peran manusia dan mendapatkan kepercayaan dari manusia sebagai konsumen berita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun