Mohon tunggu...
Dwikorahardo Histiajid
Dwikorahardo Histiajid Mohon Tunggu... profesional -

Saya bukan orang pintar dan bukanlah seorang penulis, Saya bukan sarjana. Namun ijinkanlah saya untuk belajar menulis. Saya adalah Senior Art Director di sebuah perusahaan EO, sebelumnya di Advertising Agency dan Food Supplement. Sebelumnya juga pernah sebagai editor di pets magazine, marketing dan trader perdagangan berjangka, di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Celana Dalam Anti Perkosaan

2 April 2010   03:42 Diperbarui: 4 April 2017   16:26 2969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Humor khusus dewasa…

 

Ini adalah cerita humor yang sebenarnya sudah lama, namun tidak ada salahnya saya ceritakan lagi.

 

Ehemm…, alkisah ada seorang raja yang mempunyai permaisuri yang sangat cantik dan super sexy, secantik dan se-sexy putri Rania – permaisuri Raja Jordania. Pokoknya ini permaisuri too hot to handle banget, deh. Siapapun yang melihatnya pasti ngeces alias ngiler berat. Kalah deh tuh anjing, ngilernya. Tapi sayang sekali, bahwa kecantikan, ke-sexy-an dan kedudukannya yang tinggi sebagai permaisuri raja, tidak diimbangi dengan moral dan perilaku yang baik. Si permaisuri ini adalah wanita yang manja, genit, ganjen, centil, erotis, seronok, nakal, kegatelan dan sangat haus sex. Tipe cewek yang juga ngiler berat kalau ngelihat cowok ganteng dan macho. Nggak boleh ngelihat ada cowok jidat licin sedikit, radarnya langsung naik, matanya langsung membelalak dan mulutnya langsung menganga, persis kucing kampung lapar yang nggak ketemu makanan seminggu, terus ngelihat daging empal gentong yang baru digoreng, yang harumnya ngeledek hidung, nggak tahan ingin segera menerkamnya. Cowok-cowok ngelihat si permaisuri? Ngeces. Permaisuri ngelihat cowok-cowok? Ngeces juga. Jadi saling ngeces-ngecesan. Klop, deh.

 

Tapi sang raja tidak marah dengan kelakuan permaisurinya yang sangat keterlaluan tersebut. Malahan sang raja sangat arif dan bijaksana, sangat pengertian dengan kekurangan perilaku permaisurinya itu, sangat mencintai dan menyayanginya. Dan oleh karena itulah sang raja rela tidak mempunyai selir-selir tambahan lagi selayaknya raja-raja lainnya. Lha bagaimana bisa mau menambah selir lagi? Untuk meladeni dan menservis permaisurinya yang satu ini saja, sang raja sudah kewalahan. Untuk memenuhi hasrat sex permaisurinya yang menggebu ini saja, sang raja sudah kewalahan bin gempor bin babak belur bin babak pinal.

 

Oleh karena masih nggak puas-puas juga, bisa jadi si permaisuri gatel tersebut meneropong kesana-kemari, pergi kesana-sini, mencuri-curi waktu lengah sang raja, untuk mencari emcol alias em-el colongan, demi melampiaskan hasratnya yang menggebu. Dan sebenarnya sang raja tahu kalau permaisurinya pergi berburu emcol kemana saja. Namun karena rasa sayang dan cintanya yang begitu dalam kepada permaisurinya, yang bisa dilakukannya adalah; berupaya semampu mungkin untuk bisa membatasi sepak-terjang emcol permaisurinya. Walaupun dengan terpaksa ia harus memotong ‘burung’ orang-orang yang nekad mengacak-acak ‘ladang’-nya alias em-el dengan permaisurinya itu. Masih untung orang-orang itu tidak dipenggal kepalanya. Hal itu memang harus dilakukannya demi menjaga kewibawaan dan harga diri seorang raja, serta kewibawaan dan citra baik kerajaan. Selain untuk mengurusi kerajaan, waktu sang raja juga banyak tersita untuk mengurusi permaisurinya yang unik ini.

 

Tapi sebenarnya, laki-laki yang dipotong ‘burung’-nya itu, hidupnya lebih sengsara dibanding orang yang langsung dihukum mati. Lho kok bisa lebih sengsara? Ya iya lah…, sebab percuma saja hidup, kalau ‘property’-nya yang sangat berharga tersebut, yang menjadi symbol hidup laki-laki, sudah tidak ada lagi. Jangankan sudah putus, yang masih nyantol namun sudah tidak berfungsi lagi saja, laki-laki merasa sudah mati, kok. Jadi, nggak punya ‘burung = mati.

 

Secara moral, biar bagaimanapun juga sebagai seorang suami, mana rela kalau istrinya dicicipi sana-sini oleh orang lain. Terlebih lagi secara hierarki, masak iya sih ada seorang raja yang memperbolehkan rakyatnya mencicipi permaisurinya dengan bebas seenaknya? Apakah pantas? Itu kurang ajar namanya.

 

Suatu hari, sang raja harus pergi untuk suatu urusan penting kenegaraan selama satu minggu, berkunjung ke kerajaan lainnya, yang tidak bisa diwakilkan oleh staff-nya yang lain. Harus raja sendiri yang datang. Namun ia kepikiran permaisurinya terus. Bingung, bagaimana dan siapa yang akan menjaganya nanti? Mau menyuruh pegawai istana? Sang raja juga nggak begitu percaya, apakah mereka bisa dipercaya atau tidak.

 

“Masih ada gue disini aja, bini gue udah sebegitu liarnya, apalagi kalau gue pergi? Wahhh…! Bisa jadi tempat pesta sex nih istana gue! Bakalan banyak pejantan yang bikin kotor istana gue, nih.” Kata sang raja dalam hati.

 

Akhirnya sang raja memanggil penasehat pribadi raja dan menyampaikan kekuatirannya tersebut. Penasehat memahami kegelisahan sang raja, lalu berpikir sebentar, dan ahaa…! Ketemulah sebuah ide cemerlang! Penasehat menyarankan agar raja membuatkan sebuah celana dalam khusus, yang terbuat dari besi untuk permaisurinya itu.

 

“Lho, kok celana dalam besi?”

 

“Iya yang mulia, ini untuk menjaga permaisuri paduka selama paduka pergi nanti. Karena ini celana dalam dibuat secara khusus. Ada gemboknya. Begitu dipakaikan, orang lain tidak akan bisa membukanya, kecuali paduka sendiri yang bisa membukanya. Oleh karena itu, paduka yang harus terus membawa kuncinya.”

 

“Cuma begitu aja? Nah kalau kalau permaisuri mau pipis atau mau pup, bagaimana?”

 

“Jangan kuatir yang mulia. Di tengah depannya dan di tengah belakangnya disediakan lubang untuk pipis dan untuk pup, kok.”

 

“Lho?! Percuma dong celana besi pakai gembok, tapi masih ada lubang? ‘Burung’ tetap bisa masuk, dong?”

 

“Hehehehe…, jangan kuatir yang mulia, fungsinya bukan hanya untuk lubang pipis dan pup saja, juga bisa sebagai pelindung dari perkosaan, karena di dalamnya dikasih pisau yang tajam, yang bisa bekerja secara otomatis untuk memotong ‘burung’ yang nakal, yang berani coba-coba mencolok-colok wilayah pribadi permaisuri. Setiap ada ‘burung’ yang masuk, langsung putus. Ada yang masuk lagi, langsung putus. Itung-itung mengambil alih pekerjaan paduka dalam memotong ‘burung’ sebelumnya. Paduka juga bisa mengetahui pegawai-pegawai istana yang paduka percaya untuk menjaga permaisuri agar tidak pergi kemana-mana, pegawai mana yang bisa dipercaya dan mana yang tidak. Sangat efektif fungsi celana dalam anti perkosaan ini. Paduka tinggal diperiksa saja mereka nanti, kalau masih ada ‘burung’-nya, berarti dia adalah pegawai istana yang loyal dan bisa dipercaya. Jika tanpa lubang berpisau ini alias celana dalam besi polos saja, resikonya berat. Paduka harus menyerahkan kunci gemboknya kepada permaisuri paduka, supaya permaisuri bisa pipis dan pup. Tapi itu tidak mungkin, kan? Karena pasti paduka tidak akan percaya kepada permaisuri.”

 

“Hehehehe…, sungguh brilian ide kamu. Mulai bulan depan, saya naikkan gaji kamu 50 persen.”

 

“Terimakasih, yang mulia.”

 

“Oke baiklah, segera perintahkan ahli pembuat senjata dan pertahanan kita untuk membuat celana dalam besi anti perkosaan ini.”

 

“Siap, yang mulia!”

 

Singkat cerita, celana dalam anti perkosaan pun sudah jadi, kemudian langsung dipakaikan ke permaisuri. Dan raja pun pergi untuk tugas Negara selama seminggu dengan perasaan tenang. Pulang dari kunjungan, sang raja langsung memanggil para pegawai istana yang diberi tugas untuk menjaga permaisurinya, untuk memeriksa mereka, apakah masih punya ‘burung’ atau tidak?

 

“Doyok! Sini kamu!”

 

“Ya, yang mulia.”

 

“Buka celana kamu! Haaa…, sudah putus ‘burung’-nya…! Pengawal! Penjarakan dia!”

 

“Parto! Sini kamu!”

 

“Ya, yang mulia.”

 

“Buka celana kamu! Haaa…, sudah putus ‘burung’-nya…! Pengawal! Penjarakan dia!”

 

“Jojon! Sini kamu!”

 

“Ya, yang mulia.”

 

“Buka celana kamu! Haaa…, sudah putus ‘burung’-nya…! Pengawal! Penjarakan dia!”

 

“Komeng! Sini kamu!”

 

“Ya, yang mulia.”

 

“Buka celana kamu! Haaa…, sudah putus ‘burung’-nya…! Pengawal! Penjarakan dia!”

 

“Sulek! Sini kamu!”

 

“Ya, yang mulia.”

 

“Buka celana kamu! Haaa…, sudah putus ‘burung’-nya…! Pengawal! Penjarakan dia!”

 

“Azis! Sini kamu! Buka celana kamu! Waaahhh…, ini baru hebaaa…t! Masih punya ‘burung’! Masih utuh tidak terpotong oleh pisau celana dalam anti perkosaan permaisuri saya. Ternyata kamu memang pegawai istana yang loyal dan bisa dipercaya, hehehehe…, saya senang sekali. Oleh karena itu, untuk menghormati dan menghargai kesetiaan dan kejujuranmu ini, maka saya nyatakan, mulai hari ini, kamu langsung naik pangkat dua tingkat lebih tinggi dari yang sekarang, dan marilah kita merayakan kegembiraan ini bersama-sama. Bagaimana Zis? Apakah kamu senang? Zis…? Kok kamu tidak menjawab pertanyaanku? Zis… Azis…, kok kamu diam saja? Kok kamu malah murung? Seharusnya kan kamu merasa senang? Atau kamu sedang sakit? Azis…! Ayo jawab! Ayo ngomong!”

 

Karena didesak terus oleh raja, akhirnya Azis pun terpaksa buka mulut juga, dan menjawab;

 

“Euwweehhh… euwweehhh…, aawww… aawww..., haaewww… haaewww…, waaawww… waaawww…”

 

“Haahhh…?! Sialan kamu Ziii….sss! Pantas aja kamu dari tadi diam aja, nggak ngomong-ngomooo….ng! Nggak jawab-jawaaa…bb! Ternyata emang sekarang kamu udah nggak bisa ngomong lagi! Sama aja kamu dengan yang lainnya! Pengawal! Penjarakan dia!”*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun