Mohon tunggu...
Dwi Klik Santosa
Dwi Klik Santosa Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis Dongeng Nusantara dan Menulis Apa Saja demi Memanja Kecintaan kepada Hidup yang Damai dan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rendra adalah Seorang Pandu yang Mumpuni

19 Agustus 2023   19:18 Diperbarui: 19 Agustus 2023   19:53 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rendra kecil jongkok kedua dari kanan (foto: burungmerakpress).


Masa kecil yang penuh petualangan. Tentunya sangat menyenangkan. Menjadi anggota pramuka dan melakukan kegiatan-kegiatan kepanduan, misalnya berkemah ke hutan, ke alam ruang terbuka, yang pendeknya jauh dari kemapanan di rumah adalah salah satu cara untuk mendidik, melatih dan menjadikan seorang pandu mandiri dan bisa mengatasi persoalannya dengan memakai banyak alternatif.

Seorang Rendra seperti yang pernah sampai ceritanya ke saya, masa kecilnya adalah seorang pandu yang brilian. Apa saja kegiatan kepanduan yang diikuti dan diujikan kepadanya selalu dikerjakan paling cepat, paling unik dan mendapat pujian kakak pembinanya.
Maka tidak heran, jika suatu saat kepada Pak Broto, ayahnya, ia pernah berkata, "aku ingin menjadi jenderal, ayah."

Dan mungkin mendapat anggukan dari sang ayah, meski pada suatu kali , orang tua itu kaget dan kecewa karena Rendra yang remaja berkata kepadanya dengan sungguh-sungguh, "aku ingin menjadi penyair saja, ayah."

Betapa menjadi penyair itu? Apakah wajar dan bisa menghidupi sebagai profesi? Toh, Rendra tidak pernah mundur dari minat dan keinginannya.

Merenungkan kisah ini bagi saya, membuktikan seorang Rendra yang mandiri dan punya sikap yang jelas. Keraguan ayahnya, sekalipun secara kecenderungan adalah benar belaka, tetapi, toh, Rendra geming dan menjadilah kemudian ia penyair.

Bahkan Remy Silado dalam sebuah pengakuannya di atas mimbar mengenang Rendra, sebagai seorang yang menerima sematan apa saja; baik penyair, cendekiawan, dramawan dsb. memberinya gelar "Aria Manggala" atau ksatria yang selalu di depan.

Apa hubungan kisah ini dengan kepramukaan? Ya, siapa tahu saja, ada hubungannya. Jika memang niatnya ingin membuka ruang-ruang yang mungkin untuk itu.

Salam Pramuka!

(Dwi Klik Santosa)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun