Tapi, kali ini, bukankah Pak Prabowo sudah bermanis-manis dengan Pak Jokowi. Sehingga karenanya elektabilitasnya naik dan sangat pede maju Pilpres lagi.
Ada di pihak mana Rocky Gerung? Rasa-rasanya ada yang lebih penting dilakukan hari ini. Hinaan Bajingan Tolol dan Bajingan Pengecut yang ditujukan kepada Pak Jokowi itu harus dipertanggungjwabkan. Harus diproses secara hukum.
Jika kemudian hukum meloloskan ujaran kebencian dengan dalih seperti yang dikatakan oleh Rocky itu adalah notabene sebuah kritik. Maka menjadi hal mengerikan, karena akan banyak orang Indonesia memakai hinaan sarkas itu untuk diilontarkan ke siapa saja, hanya merasa tidak senang dan dianggapnya dungu. Padahal semua itu belum tentu. Karena hanya berdasarkan subjektivitas menjadi asumsinya.
Jika ujaran kebencian yang tidak berdasar dialamatkan secara sarkas kepada seorang kepala negara saja lolos, dan tidak kesentuh hukum. Maka, ujaran bajingan tolol itu bisa lolos juga, kapan pun bisa disemprotkan ke siapapun. Tak terkecuali kepada uztad, pendeta, guru, apalagi hanya kepada Pak Lurah dan Pak RT.
Penjarakan Rocky! Kalau saya, cenderung berpendapat begitu. Karena kebebasan berpendapat itu juga harus ada batasnya. Harus juga dilihat asas manfaatnya. Apa manfaat Rocky Gerung mencaci-maki dan menghina presiden?
(Dwi Klik Santosa)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H