Dalam rangka menghadapi permasalahan lingkungan akibat tidak tersedianya tempat pembuangan akhir (TPA) di wilayah Balumbang Jaya, sebuah inovasi baru berupa program budidaya maggot (KKNT) telah diperkenalkan sebagai langkah efektif dalam mengurangi beban sampah dan mendorong upaya pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
Menghadapi Krisis Sampah Organik
Seperti banyak kelurahan di kota yang mempunyai lahan terbatas, Balumbang Jaya juga menghadapi masalah sampah yang semakin meningkat. Tingginya jumlah sampah organik yang dihasilkan oleh rumah tangga dan industri menyebabkan beban sampah semakin berat bagi sistem pengelolaan sampah yang ada. Sampah organik yang terbuang begitu saja ke tempat pembuangan sampah biasa, tidak hanya menimbulkan bau tak sedap dan pencemaran lingkungan, tetapi juga mempercepat proses penguraian organik yang menghasilkan gas metana, gas rumah kaca yang sangat berbahaya bagi perubahan iklim.
Maggot sebagai Solusi Inovatif
Dalam upaya menghadapi tantangan ini, Mahasiswa KKNT Inovasi IPB mengusulkan solusi yang lebih ramah lingkungan. Hasilnya adalah Program Budidaya Maggot, yang menjadi inovasi menarik sebagai pengurang sampah organik.
Maggot merupakan tahap awal dari siklus kehidupan lalat hitam (black soldier fly) yang sangat efektif dalam menguraikan bahan organik. Maggot ini diketahui dapat mencerna dan mengubah limbah organik menjadi larva yang kaya nutrisi, yang kemudian dapat digunakan sebagai pakan ternak atau pupuk organik.
Bagaimana Program KKNT Bekerja?
Program KKNT Inovasi IPB di Balumbang Jaya berfokus pada melibatkan masyarakat  RW  12, terutama pemilik warung yang memiliki potensi limbah organik yang cukup besar, seperti sisa ikan, sayuran, dan bahan organik lainnya. Tahapan program KKNT meliputi:
- Pengumpulan Sampah Organik: Masyarakat mengumpulkan limbah organik mereka dalam wadah terpisah yang telah disediakan 2 tong sampah oleh mahasiswa KKNT.
- Uji Coba Budidaya Maggot: Sampah organik yang terkumpul kemudian diolah di pusat pengolahan khusus untuk dijadikan makanan bagi larva maggot. Lalat hitam yang telah bertelur di tempat pengolahan tersebut akan bertelur dan menghasilkan larva maggot yang kelak dapat digunakan sebagai pakan ternak.
- Kaderisasi Warga: dalam mendukung keberlanjutan program budidaya maggot ini, diadakan kaderisasi 3 orang warga yang akan melanjutkan program ini. Ketiga orang warga ini diberi pemahaman dan Pratik secara langsung budidaya yang benar sehingga mereka bisa mengembangkan lagi.
Dampak Positif ProgramÂ
Program budidaya maggot KKNT di Balumbang Jaya telah memberikan dampak positif dalam mengurangi beban sampah organik dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih. Beberapa dampak positif yang terlihat antara lain:
- Reduksi Sampah Organik: Melalui budidaya maggot, sampah organik yang tadinya berakhir di tempat pembuangan sampah, kini dimanfaatkan secara efektif dan berkelanjutan.
- Peningkatan Kualitas Pangan: Pemanfaatan larva maggot sebagai pakan ternak menghasilkan daging ternak yang lebih berkualitas karena nutrisi yang diperoleh dari larva maggot.
- Pengurangan Emisi Gas Metana: Dengan mengolah sampah organik menggunakan maggot, emisi gas metana yang dihasilkan dari pembusukan sampah dapat berkurang secara signifikan.
- Peningkatan Kesadaran Lingkungan: Program KKNT telah meningkatkan kesadaran masyarakat Balumbang Jaya tentang pentingnya pengelolaan sampah organik dan dampak positifnya bagi lingkungan.
Program budidaya maggot diharapkan menjadi contoh model inovatif dan berkelanjutan yang dapat diadopsi oleh kelurahan lain untuk mengatasi permasalahan serupa. Keberhasilan program ini menunjukkan bahwa dengan kolaborasi antara mahasiswa dan partisipasi aktif masyarakat, solusi untuk pengurangan sampah organik dan mengurangi beban sampah dapat diwujudkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H