Puisi di atas diciptakan oleh Sutan Takdir Alisjahbana (STA) pada 4 Mei 1944. STA sastrawan garda depan Angkatan Pujangga Baru. Apabila kita melihat konteks terciptanya puisi tersebut, yakni kurang lebih satu tahun menjelang Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, maka nyata sebagai seniman ia telah melihat jauh ke depan melampaui jamannya. Seolah-olah STA lantang menyatakan bahwa kemenangan akan diraih bangsa Indonesia atas cengkeraman kuku-kuku kuat dan tajam para penjajah. Hanya soal waktu saja....
Dalam dunia seni, bukan hanya satu dua, seniman berkreasi atas apa yang disaksikannya dalam kehidupan sehari-hari. Seniman juga memiliki intuisi (politik). Dan intuisi untuk melihat suatu perkembangan sosial yang akan terjadi di kelak kemudian hari, kadangkala lebih kuat dari para politisi. Begitulah adanya.
***
Puisi dalam bahasa Inggris di atas, dikutip dari buku ‘Ketika Kata Ketika Warna’ yang diterbitkan oleh Yayasan Ananda Jakarta tahun 1995 halaman 65.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H