Kadangkala kita merasa dongkol sebuah tulisan yang diterbitkan dengan serius, dipersiapkan berhari-hari dengan riset njlimet dan ilustrasi foto jepretan sendiri hanya dibaca sedikit orang. Sebaliknya, tulisan yang dibuat spontan (maksudnya bombastis, hanya mengikuti tren dan agak asal-asalan), tanpa persiapan dan rampung hanya beberapa menit mendapat banyak kunjungan. Apa sebab? Ada banyak faktor sebab-musababnya. Tak perlu saya bahas soal ini lantaran dalam blogtips sudah acapkali disuarakan.
Di sini, saya hanya ingin menebalkan motivasi siapapun, kita tidak usah kecil hati manakala tulisan yang dibuat menuai sedikit pembaca. Teruslah menulis dengan tekun dibarengi dengan membaca buku-buku yang diminati, mengamati tulisan-tulisan lain yang dinilai bermutu, dan menajamkan analisa atas persoalan yang akan diangkat, sembari diiringi dengan observasi lingkungan sosial sekitarnya.
Selanjutnya, pernahkan kita menelusuri tulisan-tulisan yang pernah dipublikasikan, lantas mencatat dan memperhatikan perubahan yang terjadi atas tulisan lampau itu? Alih-alih, cobalah membuat perbandingan antara sebuah tulisan yang dipersiapkan secara matang dengan spontan yang pernah kita buat. Bisa saya tegaskan bahwa tulisan yang dibuat terencana, sungguh-sungguh dan kaya akan informasi maupun data mengalami peningkatan keterbacaan seiring perjalanan waktu ketimbang tulisan spontan.
Apabila mempersiapkan tulisan terencana, niscaya ada beberapa unsur yang kita pikirkan. Paling utama adalah tingkat relevansi antara judul dengan isi. Tulisan terencana mempertimbangkan unsur ini dengan saksama. Si penulis tidak ingin membuat suatu judul tulisan bombastis namun isi bak tong kosong berbunyi nyaring. Tulisan terencana juga menyajikan pendapat pribadi, informasi, dan data-data pendukung yang kesemuanya jalin-kelindan untuk memperkuat bangunan atas tulisan dimaksud.
Ganjaran atas jerih payah mempublikasi tulisan dengan tingkat relevansi tinggi antara judul dan isi di atas, adalah peringkat pengindekan di mesin pencari (Google, Yahoo, Bing). Sekarang ini, dan untuk waktu-waktu ke depan, mesin pencari memprioritaskan suatu tulisan dengan tingkat relevansi tinggi untuk tampil di halaman-halaman awal hasil pencarian.
Dengan sendirinya, suatu tulisan yang tampil di halaman awal mesin pencari (halaman 1 atau 2) berpotensi menangguk pembaca ketimbang tulisan tersebut ada di halaman kesekian. Apabila lama bertahan di halaman awal mesin pencari, sebuah tulisan yang pada awalnya hanya dibaca sedikit orang, maka perlahan-lahan ia akan banyak dibaca orang. Inilah salah satu alasan kita tidak usah kecil hati tatkala tulisan yang dipublikasi hanya dibaca sedikit orang.
Lantaran medan perang yang kita hadapi dalam persoalan mempublikasi tulisan adalah belantara internet, tingkat relevansi suatu tulisan saja ternyata tidak cukup untuk membuat tersungkur lawan (maksudnya tulisan dengan topik serupa yang dibuat orang lain). Untuk memenangkan pertempuran, salah satunya dibutuhkan amunisi kata kunci (keyword). Sebab, pengguna internet di seluruh penjuru dunia ini akan menemukan suatu tulisan kita dengan topik tertentu didasarkan oleh penggunaan kata kunci di kotak pencarian mesin pencari (search engine). Hal-hal yang terkait dengan soal kata kunci ini merupakan bagian dari ilmu search engine optimization (SEO). Mudah-mudahan, lain waktu akan saya tulis soal dasar-dasar SEO ini yang amat mudah dipraktekkan.
Pada intinya, kita tidak musti ikut-ikutan orang lain dalam langgam menulis. Tulisan spontan hanya akan memberi kepuasan si penulisnya dalam jangka pendek. Dibaca banyak orang dan dikomentari beragam kalangan sesaat setelah dipublikasi. Namun lantaran tulisan instan, kepusaan yang diterima sang penulis ternyata semu belaka.
Sebaliknya, jika kita membuat sebuah tulisan dengan terencana, memang kadangkala di awal publikasi kurang dilirik orang. Namun seiring perjalanan waktu, tulisan tersebut perlahan merangkak silih-berganti dikunjungi pembaca (tanpa kita sendiri menyadarinya). Lantaran, tulisan tersebut bukan hanya menjadi referensi tersendiri, akan tetapi mencerahkan. Kala kita menyadarinya, kepuasan hati yang tereguk tak terkatakan... dan berlangsung dalam jangka panjang. Bukankah salah satu motif kita menulis adalah mendapatkan kepuasan hati?
Dus, bukannya dilarang untuk menulis tema-tema aktual, misalnya, namun sekali lagi yang musti dilakukan adalah menulis dengan terencana. Sehingga menghasilkan suatu tulisan yang bukan saja berfaedah bagi pembaca namun terselip di dalam tulisan itu karakter yang berbeda dengan yang lain. Karakter dimaksud tercermin bahwa kita sebagai penulisnya akan dinilai mampu menyajikan sebuah tulisan yang kaya akan data, kebaruan, kejenakaan, optimisme dan perspektif akan masa depan....
*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H