Mohon tunggu...
Dwiki Setiyawan
Dwiki Setiyawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

#Blogger #Solo #Jakarta | Penyuka #Traveling #Sastra & #Politik Indonesia| Penggiat #MediaSosial; #EventOrganizer; #SEO; http://dwikisetiyawan.wordpress.com https://www.facebook.com/dwiki.setiyawan http://twitter.com/dwikis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Wawasan Pendidikan Imam al-Ghazali

30 April 2011   22:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:13 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Al-Ghazali berpendapat bahwa para guru hendaknya memiliki sifat kasih sayang terhadap murid-muridnya, dan memperlakukan mereka dengan lembut laksana mereka memperlakukan anaknya sendiri.

Lebih lanjut ia berkata, “Hendaknya guru senantiasa jujur kepada setiap murid. Jangan biarkan murid-murid bertingkah laku buruk. Dan jangan sekali-kali membicarakan keburukan teman guru lainnya di hadapan seorang murid… Hindarkan mengajarkan pelajaran yang berada di luar kemampuan berpikir murid.”

Ia kemukakan pula bahwa para guru hendaknya senantiasa memberi teladan yang baik dari apa yang diajarkan. Jika tidak demikian, katanya, maka perbuatan itu tidak sesuai dengan apa yang diajarkan. Al-Ghazali juga menekankan tentang pentingnya niat dan kebersihan hati para murid. “Perbaikilah niat mereka dan bersihkan hati mereka, agar pendidikannya dapat berfungsi dengan baik."

Sementara tentang pujian terhadap murid dan kesalahan yang dilakukannya, al-Ghazali berujar, “Pujilah dan doronglah murid-murid apabila perbuatan mereka patut mendapatkan pujian. Maafkanlah mereka apabila mereka baru melakukan kesalahan satu kali, tetapi manakala ia mengulangi kesalahannya, peringatkanlah ia secara tersendiri. Untuk membetulkan kesalahannya, janganlah mencaci-maki mereka. Serta jauhkanlah mereka dari ‘teman-temannya yang jahat’, lantaran ini adalah hal amat mendasar bagi pendidikannya.”

Wawasan pendidikan al-Ghazali dalam buku Fatihatul Ulum lainnya mencakup: Keutamaan Ilmu, Asas-asas Pengajaran dan Bimbingan, Bukti-bukti Rasional soal mengajar sebagai profesi yang mulia, Pembagian Ilmu, Tanggungjawab Guru dan Murid, dan lain sebagainya.

Pada karya pendidikan lainnya, Mizanul Amal (Kaidah-kaidah Perilaku), al-Ghazali mengembangkan psikologi asosiasional yang menarik. Pendapat yang dikemukakan al-Ghazali di bawah ini amat mengagumkan jika kita membayangkan situasi jaman tatkala ia hidup waktu itu.

Al-Ghazali berpendapat bahwa: (1). Akal terletak di pusat otak sebagaimana seorang raja tinggal di tengah-tengah kerajaannya, (2). Daya cipta terletak di otak depan seperti seorang kepala kantor pos yang mengumpulkan dan menyebarkan berita, (3). Ingatan terletak di bagian belakang otak seperti seorang pelayan yang berdiri di belakang majikannya, (4). Kemampuan berbicara adalah seperti seorang penerjemah (tentang gagasan-gagasan), dan (5). Panca indera dapat dibandingkan dengan mata-mata yang memeriksa sumber dan membuktikan kebenaran informasi.

Wawasan pendidikan al-Ghazali yang paling baik tentang asas-asas pendidikan praktis dalam buku Mizanul Amal yang telah kita singgung di atas terdapat dalam tulisannya bertitel 'Anakku'. Rangkaian goresan pena 'Anakku' tersebut dapat pembaca telusuri dengan mengunjungi situs web Pustaka Hidayah yang saya rekomendasikan ini: http://www.pustakahidayah.com. Di situs tersebut, tulisan 'Anakku' yang memukau buah karya al-Ghazali disajikan dalam 6 (enam) buah artikel sambung-menyambung.

Saya ambilkan contoh nasehat al-Ghazali dalam risalah 'Anakku' dimaksud mengenai pentingnya ilmu untuk diamalkan. Kata al-Ghazali, "Yakinlah bahwa ilmu semata tidak mungkin bisa diandalkan. Contohnya, seandainya seorang laki-laki gagah di tengah gurun sendirian memiliki sepuluh pedang India yang sangat ampuh dan beberapa pusaka lainnya. Laki-laki itu dikenal pemberani dan jago perang. Kemudian seekor singa yang sangat besar menghampirinya dan siap menerkamnya. Apa pendapatmu, apakah senjata-senjata yang hebat itu mampu mencegah laki-laki itu dari terkaman singa jika ia tidak menggunakan dan menghantamkannya kepada singa? Sudah pasti senjata-senjata itu tidak mampu melindunginya kecuali dengan digerak-gerakkan. Demikian juga jika seseorang telah membaca 100.000 masalah ilmiah dan berhasil menguasainya. Tetapi tidak mengamalkannya, maka ilmu-ilmu itu tidak akan memberinya manfaat kecuali dengan mengamalkannva. Contoh lain. Jika seseorang sakit kuning, dan ia mengetahui bahwa kesembuhannya hanya dengan ramuan obat tertentu yang telah dikuasainya, maka ia tidak mungkin sembuh kecuali dengan meminum obat itu... Seandainya kamu telah belajar puluhan tahun, membaca banyak buku dan menguasai berbagai macam ilmu, lalu kamu menyimpan kitah-kitab sebagai bahan koleksi pribadi, maka semua itu tidak akan menolong dan menjadikanmu mendapatkan manfaat kecuali dengan mengamalkannya."

***

Akhirnya saya sudahi tulisan lumayan panjang ini dengan menyimpulkan filsafat al-Ghazali tentang pendidikan dengan memperhatikan wawasan pendidikannya dalam “master piece” karyanya Ihya Ulumuddin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun