Mohon tunggu...
Dwiki Setiyawan
Dwiki Setiyawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

#Blogger #Solo #Jakarta | Penyuka #Traveling #Sastra & #Politik Indonesia| Penggiat #MediaSosial; #EventOrganizer; #SEO; http://dwikisetiyawan.wordpress.com https://www.facebook.com/dwiki.setiyawan http://twitter.com/dwikis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mahabbah Cinta Rabiah al-Adawiyah

29 April 2011   22:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:15 1825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi-puisi Sufi Mahabbah Cinta Rabi'ah al-Adawiyah. Puisi sufi atau bisa pula dinamakan puisi cinta adalah manifestasi seorang penyair yang sadar sebagai makhluk spiritual. Sebagai makhluk sosial, seorang insan senantiasa berusaha mengungkapkan kerinduannya akan nilai-nilai spiritual demi menciptakan keutuhan dirinya.

Sementara itu, kita sadari bersama bahwa nilai-nilai spiritual itu kian hari kian tergerus oleh peradaban modern yang lebih berorientasi pada materialisme dan hedonisme. Di mana orang berlomba-lomba berhasrat dan berusaha apa saja agar memperoleh "kepemilikan benda tertentu" dan mengejar kesenangan sesaat dengan bergaya hidup hura-hura.

Ternyata banyak orang menyadari pula, bahwa hidup dan kehidupan melulu berorientasi kebendaan dan kesenangan sesaat di atas tidak melahirkan ketenangan jiwa. Situasi dan kondisi kedahagaan seperti inilah yang membangkitkan banyak orang untuk mereguk kembali nilai-nilai spiritual dari keyakinan agama yang dianutnya. Yakni ajaran-ajaran yang dapat membawa kedamaian jiwa sebagai penawar dahaga di tengah teriknya padang peradaban manusia yang gersang.

Bergandengan tangan dengan masalah nilai-nilai spiritual dimaksud, para sufi dengan ajaran tasawuf-nya mendapat tempat tersendiri dari banyak orang yang tengah mencari "keutuhan" dirinya itu. Dalam konteks inilah, harapan saya posting ini dapat sedikit mengairi padang jiwa kita yang kering kerontang itu.

Mengenai tasawuf sendiri, Philip K. Hitti dalam buku History of The Arabs, mengatakan bahwa tasawuf bukanlah satu tatanan ajaran, akan tetapi lebih sebagai modus pemikiran dan perasaan dalam kerangka agama. Ia merupakan bentuk mistisisme dalam Islam.

Dikatakan lebih lanjut, pada awal kemunculannya mistisisme menampilkan suatu reaksi perlawanan terhadap upaya intelektualisme dan formalisme ajaran Islam dan Al-Qur'an yang berkembang sebagai konsekuensi.

Kata Philip K. Hitti, "Secara psikologis landasan tasawuf harus dicari dalam hasrat besar manusia untuk menyingkapkan kebenaran Tuhan dan kebenaran agama, upaya untuk mendekati Tuhan secara langsung, serta pengalaman yang lebih personal dan lebih mendalam tentang kedua kebenaran itu... Tasawuf menelusuri sumbernya dari Al-Qur'an dan Hadits."

***

Salah satu ciri utama para sufi ialah usahanya yang gigih untuk mencapai puncak makrifat, hingga "pertemuan" dengan Illahi Rabbi. Untuk menuju "pertemuan" itu, Rabiah al-Adawiyah menyebutnya ajaran Cinta Illahi. Cinta adalah perasaan yang menenangkan hati dan meramaikan kalbu. Cinta dapat ditingkatkan mencapai puncak. Dan puncak segala cinta adalah cinta kepada Yang Maha Mencinta, yakni Allah SWT.

Puisi-puisi Sufi atau Syair-syair Cinta Rabi'ah al-Adawiyah berikut, saya kutip dari buku Mahabbah Cinta Rabi'ah al-Adawiyah, terbitan Yayasan Bentang Budaya Yogyakarta, Cetakan Keempat Juni 1999. Editornya Asfari MS dan Otto Sukatno CR. Tentu saja tidak dikutip semuanya. Saya juga melakukan beberapa sentuhan bahasa, agar puisi ini lebih puitis. Selamat membaca.

I Alangkah sedihnya perasaan dimabuk cinta Hatinya menggelepar menahan dahaga rindu Cinta digenggam walau apapun terjadi Tatkala terputus, ia sambung seperti mula Lika-liku cinta, terkadang bertemu surga Menikmati pertemuan indah dan abadi Tapi tak jarang bertemu neraka Dalam pertarungan yang tiada berpantai

II Aku mencintai-Mu dengan dua cinta Cinta karena diriku dan cinta karena diri-Mu Cinta karena diriku, adalah keadaan senantiasa mengingat-Mu Cinta karena diri-Mu, adalah keadaan-Mu mengungkapkan tabir Hingga Engkau ku lihat Baik untuk ini maupun untuk itu Pujian bukanlah bagiku Bagi-Mu pujian untuk semua itu

III Tuhanku, tenggelamkan aku dalam cinta-Mu Hingga tak ada satupun yang mengganguku dalam jumpa-Mu Tuhanku, bintang gemintang berkelip-kelip Manusia terlena dalam buai tidur lelap Pintu pintu istana pun telah rapat Tuhanku, demikian malam pun berlalau Dan inilah siang datang menjelang Aku menjadi resah gelisah Apakah persembahan malamku, Engkau terima Hingga aku berhak mereguk bahagia Ataukah itu Kau tolak, hingga aku dihimpit duka, Demi kemahakuasaan-Mu Inilah yang akan selalau ku lakukan Selama Kau beri aku kehidupan Demi kemanusian-Mu, Andai Kau usir aku dari pintu-Mu Aku tak akan pergi berlalu Karena cintaku pada-Mu sepenuh kalbu

IV Ya Allah, apa pun yang akan Engkau Karuniakan kepadaku di dunia ini, Berikanlah kepada musuh-musuh-Mu Dan apa pun yang akan Engkau Karuniakan kepadaku di akhirat nanti, Berikanlah kepada sahabat-sahabat-Mu Karena Engkau sendiri, cukuplah bagiku

V Aku mengabdi kepada Tuhan bukan karena takut neraka Bukan pula karena mengharap masuk surga Tetapi aku mengabdi, Karena cintaku pada-Nya Ya Allah, jika aku menyembah-Mu karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya Dan jika aku menyembah-Mu karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya Tetapi, jika aku menyembah-Mu demi Engkau semata, Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajah-Mu yang abadi padaku

VI Alangkah buruknya, Orang yang menyembah Allah Lantaran mengharap surga Dan ingin diselamatkan dari api neraka

Seandainya surga dan neraka tak ada Apakah engkau tidak akan menyembah-Nya?

Aku menyembah Allah Lantaran mengharap ridha-Nya Nikmat dan anugerah yang diberikan-Nya Sudah cukup menggerakkan hatiku Untuk menyembah-Mu

VII Sulit menjelaskan apa hakikat cinta Ia kerinduan dari gambaran perasaan Hanya orang yang merasakan dan mengetahui Bagaimana mungkin Engkau dapat menggambarkan Sesuatu yang engkau sendiri bagai hilang dari hadapan-Nya, walau ujudmu Masih ada karena hatimu gembira yang Membuat lidahmu kelu

VIII Andai cintaku Di sisimu sesuai dengan apa Yang kulihat dalam mimpi Berarti umurku telah terlewati Tanpa sedikit pun memberi makna

IX Tuhan, semua yang aku dengar di alam raya ini, dari ciptaan-Mu Kicauan burung, desiran dedaunan Gemericik air pancuran Senandung burung tekukur Sepoian angin, gelegar guruh Dan kilat yang berkejaran Kini Aku pahami sebagai pertanda Atas keagungan-Mu Sebagai saksi abadi, atas keesaan-Mu dan Sebagai kabar berita bagi manusia Bahwa tak satu pun ada Yang menandingi dan menyekutui-Mu

X Bekalku memang masih sedikit Sedang aku belum melihat tujuanku Apakah aku meratapi nasibku Karena bekalku yang masih kurang Atau karena jauh di jalan yang ‘kan kutempuh Apakah Engkau akan membakarku O, tujuan hidupku Di mana lagi tumpuan harapanku pada-Mu Kepada siapa lagi aku mengadu?

XI Ya Allah Semua jerih payahku Dan semua hasratku di antara segala kesenangan-kesenangan Di dunia ini, adalah untuk mengingat Engkau Dan di akhirat nanti, di antara segala kesenangan Adalah untuk berjumpa dengan-Mu Begitu halnya dengan diriku Seperti yang telah Kau katakan Kini, perbuatlah seperti yang Engkau kehendaki

XII Ya Tuhan, lenganku telah patah Aku merasa penderitaan yang hebat atas segala yang telah menimpaku Aku akan menghadapi segala penderitaan itu dengan sabar Namun aku masih bertanya-tanya Dan mencari-cari jawabannya Apakah Engkau ridha akan aku Ya, Ya Allah O Tuhan, inilah yang selalu mengganggu langit pikiranku

XIII Ya Allah Aku berlindung pada Engkau Dari hal-hal yang memalingkan aku dari Engkau Dan dari setiap hambatan Yang akan menghalangi Engkau Dari aku

XIV Ya Illahi Rabbi Malam telah berlalu Dan siang datang menghampiri Oh andaikan malam selalu datang Tentu aku akan bahagia Demi keagungan-Mu Walau Kau tolak aku mengetuk pintu-Mu Aku akan tetap menanti di depannya Karena hatiku telah terpaut pada-Mu

XV Tuhanku Tenggelamkan diriku ke dalam lautan Keikhlasan mencintai-M Hingga tak ada sesuatu yang menyibukkanku Selain berdzikir kepada-Mu

*****

Referensi:

  • Asfari MS dan Sukatno CR (Editor), Mahabbah Cinta Rabi'ah al-Adawiyah, Yayasan Bentang Budaya Yogyakarta, Cetakan Keempat Juni 1999.
  • Philip K. Hitti, History of The Arabs, PT Serambi Ilmu Semesta Jakarta, Cetakan Pertama Oktober 2008.

Posting ini kali pertama tayang pada Jum'at (29/4/2011) di http://dwikisetiyawan.wordpress.com.

Sumber Gambar: modifikasi http://www.flickr.com/photos/dwikis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun