Mohon tunggu...
Dwiki Setiyawan
Dwiki Setiyawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

#Blogger #Solo #Jakarta | Penyuka #Traveling #Sastra & #Politik Indonesia| Penggiat #MediaSosial; #EventOrganizer; #SEO; http://dwikisetiyawan.wordpress.com https://www.facebook.com/dwiki.setiyawan http://twitter.com/dwikis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sebuah Karya Seni: Cerpen Anton Chekhov

9 April 2011   01:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:59 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Suatu karya seni yang indah," pikirnya, "dan menjadi sayang untuk membuangnya begitu saja. Tapi menyimpannya di sini amat tidak senonoh. Hal terbaik adalah menjadikannya barang hadiah untuk seseorang..... Aku tahu apa yang akan kulakukan! Aku akan bawa malam ini untuk Shashkin, si badut panggung. Komedian bajingan ini menyukai hal-hal seperti ini dan ia pasti menyukai barang semacam ini."

Setelah itu ia pun berangkat melaksanakan maksudnya. Pada malam itu tempat lilin dibungkus dengan hati-hati, dan dihadiahkan kepada aktor badut Shashkin. Sepanjang malam, kamar rias itu dipenuhi hiruk-pikuk puji-pujian penuh antusiasme dan tawa bagaikan kuda meringkik. Ketika salah satu aktris mengetuk pintu dan minta permisi masuk, "Boleh saya masuk?" suara serak badut itu terdengar sekaligus,"Tidak, tidak, sayangku, saya tidak berpakaian!"

Setelah pertunjukan komedian mengangkat bahu dan kedua tangannya, kebingungan dan berkata, “Mau kuletakkan di mana benda cabul ini? Bagaimanapun aku kan tinggal di apartemen pribadi –pikirkanlah aktris-aktris yang berdatangan mengunjungiku nanti! Ini kan bukan potret yang bisa disimpan di dalam laci!”

"Anda lebih baik menjualnya, Tuan," saran penata rambut yang yan membantunya melepaskan pakaian. "Ada seorang perempuan tua yang tinggal di sini yang suka membeli patung perunggu antik semacam ini. Hubungi saja Nyonya Smirnov... Semua orang tahu dia."

Sang aktor mengikuti nasihatnya. . . . Dua hari kemudian dokter Koshelkov sedang duduk di ruang prakteknya, dan dengan jemari menempel di kening dan sedang mempelajari tentang asam empedu. Tiba-tiba pintu terbuka dan Sasha Smirnov tergopoh-gopoh masuk ke dalam ruangan. Dia tersenyum, matanya berbinar-binar, seluruh kehadirannya mengekspresikan kebahagiaan. Tangannya memegang sesuatu yang terbungkus kertas koran

"Dokter!" ia memulai, nafasnya terengah-engah, "Saya sangat gembira! Dokter tak akan percaya betapa dokter beruntung –kami kebetulan menemukan tempat lilin pasangan milik dokter… Ibu gemetar terharu menemukannya. Saya satu-satunya anak ibu, yang nyawanya telah diselamatkan oleh dokter.

Dan Sasha, dengan penuh rasa syukur meletakkan tempat lilin itu di muka sang dokter. Mulut dokter itu tersekat, ia mencoba untuk mengatakan sesuatu, namun tak sepatah kata pun terucap dari mulutnya. Ia tidak bisa bicara apa-apa lagi.

*****

Tulisan ini tayang beberapa saat sebelumnya di blog personal Dwiki Setiyawan's Blog.

Sumber Ilustrasi Gambar: http://www.printersrowbooks.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun