Kembali kepada persoalan diplomasi budaya yang telah disinggung di atas, nampaknya dalam iklim keterbukaan dan "pasar bebas politik" saat ini, kesempatan bagi warga keturunan Tionghoa untuk aktif dan berkiprah di gelanggang politik nasional sangat terbuka lebar. Sekat-sekat politik atas nama primordialime sempit akan semakin kabur atau bahkan hilang sama sekali di panggung politik Indonesia, apabila para politisi keturunan Tionghoa dapat memainkan peran signifikan bagi kemajuan negeri ini.
Diplomasi budaya kue keranjang hanyalah satu cara kecil ke arah proses pembauran dan integrasi nasional yang kian nyata. Dimana jurang perbedaan antara "sini" dan "sana" kian menipis dan mencair. Peluang tersebut terbuka lebar di era ini. Semoga demikianlah adanya....
=oOOOo=