***
Berkenaan dengan cita-cita seseorang menjadi penulis sukses, asal muasalnya yang harus dilakukan (calon) penulis adalah memancangkan tonggak niat. Niat merupakan roh dan spirit untuk senantiasa menulis. Dalam situasi dan kondisi apapun. Ia ibaratnya landasan pacu terbentang lebar, luas dan panjang bagi pesawat terbang (aktivitas kepenulisan) untuk tinggal landas dan mendaratnya.
Sebagaimana acap kita dengar, banyak orang jika ditanya niatnya mengapa ia menulis, jawabannya sebagai berikuti: mau berbagi (sharing), mendapatkan dan membina persahabatan, belajar meningkatkan kualitas kepenulisan, mau menjadi penulis masyur dan sebagainya.
Saya tandaskan bahwa jawaban-jawaban tersebut hanyalah dekorasi saja, dan bukan esensi atas pertanyaan perihal "niat" cukup fundamental itu. Boleh jadi banyak orang setelah sekian lama menulis akan kecewa dan terluka karenanya. Niatnya mau berbagi, namun anda sangat kecewa tatkala merasa tulisannya dijiplak orang. Dan tulisan anda itu diterbitkan menjad buku oleh orang lain, tanpa anda dimintai ijin sebelumnya. Di sebuah blog personal, saya pernah membaca blogger yang "mencak-mencak" di blognya, lantaran merasa tulisannya dijiplak habis orang lain dan dijadikan buku; Anda mau membina persahabatan, namun bisa pula kecewa dan terluka tatkala lantaran kata-kata anda sendiri akhirnya memutus tali persahabatan itu; Anda mau meningkatkan kualitas kepenulisan, namun kecewa pula karena dalam pandangan anda sendiri tulisan-tulisan yang dihasilkan tidak beranjak mutunya. Sebabnya anda mengharap sanjungan dari pembaca, tanpa ada kemauan dan kerja keras lagi untuk meningkakan mutu tulisannya. Dalam hal ini bisa jadi anda juga anti kritik. Dan seterusnya.
Dengan demikian, kita perlu memurnikan, mensterilkan dan mensucikan tonggak niat sebelum terjun dalam dunia kepenulisan. Jadi sebagaimana hikmah di awal tulisan, amal perbuatan manusia tergantung niatnya. Jika kita pahami bahwa menulis bagian dari ibadah maka hendaknya niat itu adalah mencari ridho-Nya. Mengharap keberkatan Tuhan.
Sebab, jika Yang Maha Penulis tersebut telah meridhoi atau memberkati apa yang kita perbuat, maka apapun konsekuensinya pasti akan berbuah kebaikan. Dengan mendapat ridho-Nya, maka hati kita bersih dan pikiran menjadi jernih. Pula tulisan yang kita hasilkan juga baik. Ditanggung halal lagi. Sesuatu yang halal pastilah menyehatkan, baik buat jasmani maupun rohani kita.
Dengan semata-mata hanya mengharap ridho-Nya, maka tiada beban apa-apa tatkala kita menulis. Ikhlas lahir dan batin. Mau dicaci maki, disanjung atau apapun pasti akan menerima dengan lapang dada.
Kini semuanya berpulang pada anda. Sudahkan mensucikan dan mensterilkan niat tatkala akan menulis itu?
****
Bersambung Bagian 2: Menetapkan Pelabuhan Tujuan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H