Bukan semata-mata lantaran lomba itu saya menulis mengenai hal yang berkaitan dengan keselamatan dan kenyamanan berkendara. Sebelumnya di blog personal sudah ada beberapa artikel yang membahas perihal tema dimaksud, namun tidak diikutkan lomba. Umpamanya, saya mempersoalkan mengenai Papan Informasi Data Kecelakaan Lalu Lintas yang kurang informatif di pingggir jalan tol (29/01/2009), berikut beberapa solusinya (Klik Sini). Sedangkan pasca lebaran lalu (28/09/2009), sebuah postingan juga muncul membahas soal pentingnya kaca spion standar, helm untuk anak dan menyalakan lampu siang hari bagi pengendara motor (Klik Sini). Kesemuanya juga saya share di situs dan milis.
***
Menulis apalagi bila akan diikutsertakan suatu lomba posting memerlukan suatu keseriusan tersendiri. Kita bukan hanya bermain-main dengan kata untuk dirangkai dan dituangkan dalam suatu tulisan, namun juga memerlukan data-data pendukung untuk memperkuat argumentasi atas apa yang dikemukakan. Di samping tentunya ketajaman pancaindera yang dimiliki atas suatu peristiwa yang kita tangkap. Agar penyajian atas suatu tulisan itu memiliki bobot tersendiri.
Saya sendiri mengistilahkan menulis itu dalam suatu postingan ibaratnya koki memasak (Klik Sini). "Kegiatan menulis, entah sebagai hobby atau profesi, bisa kita ibaratkan seperti halnya seorang koki membuat masakan. Enak, lezat dan bercita rasa tinggi atau tidaknya masakan itu, tergantung kepiawaian juru masak dalam meramu dan meracik serta mengolah bumbu-bumbu masakannya. Bahan dasar masakan yang akan kita sajikan, dalam sebuah tulisan, berupa tema yang akan diangkat, diungkap, dijabarkan, digambarkan, dinarasikan (apa lagi ya?) pada karya tulis itu."
Saya tegaskan pula bahwa bumbu-bumbu masakannya, hakikatnya berupa akumulasi pengalaman berdasarkan kisah-kisah yang dialami sendiri, kisah orang lain yang kita lihat dan amati, kisah yang didengar dari orang lain. Dan ketajaman pikir dari hasil olah intelektual (dari berdiskusi, seminar, simposium, lokakarya dan lain-lain) serta pengendapan hasil bacaan atau pustaka yang dikonsumsi. Seperti halnya dalam menulis, terkadang kita perlu referensi bacaan. Memasak pun demikian, terkadang kita membutuhkan sebuah buku resep masakan. Dan seterusnya.
***
Mengikuti jejak Kompasinaer Mbakyu Lintang, Pakde Umar Hapsoro, Uni Linda Djalil pada ajang lomba Ultah Kompasiana ke-1 dan Om Jay (Wijaya Kusumah) di lomba blog Balai Bahasa Bandung serta Bung Ahmad Zainul Ihsan Arif (Pemenang kategori Blog Baru Terbaik Pesta Blogger 2009) yang lebih dulu memenangkan lomba-lomba penulisan dan blog, akhirnya beberapa Kompasianers lain juga mengikuti. Berharap tentunya juga ke depan akan disusul oleh yang lainnya. Saya hanya ingin menekankan pada Kompasianers yang masih baru, muda dan produktif agar menekuni dunia tulis menulis dan senantiasa belajar. Siapa tahu dapat menjadi "ladang penghidupan" di masa depan.
Tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang lebih baik guna meningkatkan kapasitas dalam dunia kepenulisan. Oleh karenanya janganlah jemu untuk belajar teknis-teknis menulis secara terus menerus berdasarkan apa yang diminatinya. Tidak ada penulis manapun yang berani mengklaim bahwa dalam kapasitasnya sebagai penulis sudah pada titik akhir (dalam arti keahliannya sebagai penulis sudah khatam). Sebab, bila demikian halnya, berarti pula ia sudah mengakhiri karier kepenulisannya.
Akhirnya, ucapan terima kasih patut saya haturkan buat semua Kompasianers yang selama ini telah secara sengaja atau tidak sengaja, terang-terangan atau diam-diam mendukung dan menginspirasi dalam menuangkan gagasan pada suatu tulisan.
Tidak lupa pula ucapan terima kasih teruntuk Panitia Pesta Blogger 2009, Kompasiana, Politikana, Lintas Berita, dan milis-milis MediaCare, Jurnalisme, Koran Digital, Forum Pembaca Kompas dan Kahmi Pro Network yang selama ini memberikan ruang sebesar-besarnya untuk berkreasi.
Tanpa saya mereka tak mengapa, akan tetapi tanpa mereka saya bukanlah apa-apa.