Begitulah. Demi untuk sekedar penampilan, seseorang berupaya semaksimal mungkin ingin menunjukkan tentang "siapa dirinya". Banyak orang berela-rela mengejar "impian semusim" itu untuk mendongkrak penampilan kulit luarnya. Segala cara ditempuh dan diperjuangkan ---Bahkan yang tidak masuk akal, untuk tidak mengatakan haram hukumnya.
Budaya masyarakat kita memang masih mengagungkan tampilan-tampilan kulit luar (yang tampak, sekalipun mungkin menipu), dan bukan mengagungkan isi atau kemampuan apa dari seseorang.
Di sebuah bank swasta, saya pernah antri panjang bersama dengan seorang lelaki tua keturunan. Melihat tampilan luarnya, kita pasti akan "menyepelakannya". Bersandal jepit, memakai celana pendek dan kaos oblong, serta tidak menenteng-nenteng handphone keluaran terbaru sebagaimana layaknya trend yang berkembang.
Tahukan pembaca. Begitu dia mengeluarkan isi dari tas kresek hitam yang ditentengnya dihadapan petugas teller bank, banyak orang yang melihatnya terbelalak. Ratusan juta rupiah berjejer rapi didepan teller. Pecahan seratusan ribu rupiah. Sebagian uang itu lusuh.
Boleh jadi, si lelaki tua itu seorang pengusaha ulet. Dia tak perlu wangi parfum ditubuhnya. Barangkali pula di rumah dia sudah memakai balsem. Siapa tahu?
¹) Akan saya ceritakan pada postingan tersendiri.
*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H