Setelah mengisi buku tamu dan dapat cinderamata, tidak lupa saya juga memberi selamat kepada kedua mempelai. Ikut beramah-tamah dengan beberapa tamu undangan resmi, dan makan hidangan secukupnya yang sangat melimpah.
Beberapa tamu menanyakan soal asal saya juga tentang tempat kerja. Untungnya tidak satupun ada yang menanyakan, hubungan apa saya dengan mempelai berdua atau keluarganya. Kalaupun, misal, ada pertanyaan seperti itu saya juga sudah punya jawaban bahwa, "Saya teman SMA-nya mempelai perempuan."
Bila dihitung saat postingan ini dipublikasikan dengan saat terakhir saya menghadiri pesta perkawinan sebagai 'tamu tak diundang' itu, rentang waktunya sudah hampir 10 tahun silam. Dan alhamdulillah, sekarang ini sudah insyaf dengan petualangan semacam itu. Tapi kalau ada pembaca ada yang mau mencoba sebagai 'tes mental' dengan menghadiri resepsi perkawinan sebagai tamu diundang juga tak apa-apa. Asalkan tidak keseringan saja. Dengan tak lupa menerapkan trik-trik yang saya kemukakan di atas.
*****
Dwiki Setiyawan, Kompasianer yang pernah tinggal di Solo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H