Mohon tunggu...
Dwiki Setiyawan
Dwiki Setiyawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

#Blogger #Solo #Jakarta | Penyuka #Traveling #Sastra & #Politik Indonesia| Penggiat #MediaSosial; #EventOrganizer; #SEO; http://dwikisetiyawan.wordpress.com https://www.facebook.com/dwiki.setiyawan http://twitter.com/dwikis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Percayalah Buku Mbah Surip yang Ini Lain...

14 November 2009   16:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:20 1197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku yang tengah kita bahas ini banyak mengangkat obrolan-obrolan kecil Jodhi dengan Mbah Surip dan kawan-kawannya yang acap nongkrong di Warung Apresiasi, Bulungan, Jakarta Selatan. Keseharian Mbah Surip yang selama ini jarang diungkap, bisa ditemukan pada halaman-halaman buku ini.

Soal di atas, Jodhi menuturkannya dengan santai, "Status saya sebagai wartawan sungguh menguntungkan buat saya. Itu artinya, saya lebih leluasa dibanding kawan-kawan lainnya untuk bertanya-tanya kepada si Mbah. Kawan-kawan lain boleh saja lebih lama mengenal si Mbah, tetapi urusan mengorek "jeroan" si Mbah, bisa jadi saya lebih banyak kesempatan dan alasan."

Umpamanya mengenai asal usul jargon I love you full. Menurut Jodhi, kisah lahirnya jargon terkenal Mbah Surip tersebut bermula ia berada di Belitung. Kala itu, salah satu warung kopi yang menjadi favoritnya adalah warung kopi milik Maryati Cui. Bukan lantaran kecantikan Maryati Chui yang membuatnya betah berlama-lama di warung perempuan berdarah Cina itu. Melainkan kopi bikinan Maryati yang menurut Mbah Surip, "Kopinya, itu loh... buket, gandem, dan... nuiiiikmat."

Lantaran rasa kopi bikinan Maryati Chui yang nikmat itulah, yang buket itulah maka spontan dari mulut Mbah Surip yang hitam oleh nikotin, muncul jargon spektakuler: I love you full.

Dibagian lain, Jodhi menceritakan kisah mengenai "Mbah Surip Nemu Setan." Melalui tulisan ini, kita disadarkan hal-hal manusiawi dari seseorang yang memiliki rasa empati besar pada kejadian-kejadian kecil yang dialaminya. Tentang apa yang dibicarakan Mbah Surip saat menemukan "setan", silakan saja pembaca cari di buku yang tengah kita bahas ini.

Yang sudah jelas pasti, pembaca tidak akan rugi membaca dan mengoleksi buku karya Jodhi Yudono ini. Banyak hikmah tersembunyi yang akan pembaca dapatkan, pun sebelum menyelesaikan halaman-halaman akhir buku ini. Pembaca juga disuguhi lirik-lirik lagu Mbah Surip, yang apabila dihayati memiliki filosofi hidup sangat mendalam. Penyajian yang segar dan menggelitik dari buku karya Jodhi ini, hemat saya, menjadi kekuatan tersendiri dari buku ini.

Percayalah, buku Mbah Surip yang ini lain....

*****

Biografi Jodhi Yudono

[caption id="attachment_3048" align="alignleft" width="300" caption="Acara Bukber Kompasiana depan dari kiri Jodhi Yudono dan Linda Djalil (dwiki file)"]

[/caption]

Dilahirkan di Cilacap pada 16 Mei 1963. Mulai menulis tahun 1989 dimuat beberapa media di Semarang, Jakarta dan Yogyakarta. Tahun 1990 menjadi wartawan di Tabloid Citra, tahun 1996 bergabung di Majalah Jakarta-Jakarta, dan tahun 2000 hingga kini bekerja sebagai wartawan di Kompas.Com.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun