Mohon tunggu...
Dwiki Setiyawan
Dwiki Setiyawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

#Blogger #Solo #Jakarta | Penyuka #Traveling #Sastra & #Politik Indonesia| Penggiat #MediaSosial; #EventOrganizer; #SEO; http://dwikisetiyawan.wordpress.com https://www.facebook.com/dwiki.setiyawan http://twitter.com/dwikis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ilham pada Proses Lahirnya Puisi "Rakyat" Karya Hartojo Andangdjaja

9 November 2009   09:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:24 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rakyat ialah kita
otak yang menapak sepanjang jemaring angka-angka
yang selalu berkata dua adalah dua
yang bergerak disimpangsiur garis niaga
Rakyat ialah otak yang menulis angka-angka

Rakyat ialah kita
beragam suara dilangit tanah tercinta
suara bangsi di rumah berjenjang bertangga
suara kecapi dipegunungan jelita
suara bonang mengambang dipendapa
suara kecak dimuka pura
suara tifa dihutan kebun pala
Rakyat ialah suara beraneka

Rakyat ialah kita
puisi kaya makna diwajah semesta
didarat
hari yang berkeringat
gunung batu berwarna coklat
dilaut
angin yang menyapu kabut
awan menyimpan topan
Rakyat ialah puisi diwajah semesta

Rakyat ialah kita
darah ditubuh bangsa
debar sepanjang masa

***

Sering dikatakan, sastra adalah cermin masyarakat. Puisi karya Hartojo Andangdjaja sebagai karya sastra diatas, hemat saya bukan saja cermin akan tetapi merupakan potret masyarakatnya. Sejatinya, melalui karya itu kita bukan hanya dapat memahami kontekstualisasi tatkala karya itu lahir, namun juga mampu melihat keterkaitan antara seorang pengarang dengan situasi dan kondisi yang melingkupinya.

Sehubungan dengan itu, Pamusuk Eneste, editor buku Proses Kreatif Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang, mengatakan bahwa sebuah karya sastra sudah barang tentu tidak mungkin lepas dari pengarangnya. "Sebelum karya itu sampai kepada pembaca, sudah pasti ia melewati suatu proses yang panjang (proses yang sering kali tidak diketahui pembaca awam dan sering pula disepelekan para penelaah sastra). Mulai dari dorongan untuk menulis, pengendapan ide (ilham), penggarapannya, sampai akhirnya tercipta sebuah karya sastra yang utuh dan siap untuk dilemparkan kepada publik." ungkapnya dalam kata pengantar buku jilid kedua yang diterbitkan KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Juli 2009.

Hartojo Andangdjaja sendiri, di harian Sinar Harapan edisi 13 Juli 1971, mengungkapkan bagaimana puisi Rakyat diatas lahir, sebagaimana dikutip oleh Aoh K Hadimadja dalam buku Seni Mengarang terbitan Pustaka Jaya Jakarta Cetakan Ketiga Tahun 1981.

Menurut Hartojo, puisi tersebut tidak ditulis sekaligus. Melainkan terputus-putus, diselang-seling hingga beberapa bulan antara satu bait dengan bait lain.

Penyair berasal dari Solo Jawa Tengah ini pernah menjadi guru di Simpangempat, Pasaman, Sumatera Barat. Di Simpangempat itulah ia turut bergotong royong membuka sebidang ladang ilalang menjadi lapangan olah raga dan tempat sekolah. Pada saat itulah timbul gagasan untuk menulis puisi, yang menggambarkan semacam kebanggaan rakyat. Akan tetapi ia tidak ingin menulis puisi yang dangkal, dan berisi propaganda dan bombasme seperti yang tampak pada puisi-puisi bertema sosial.

Beberapa bulan ide tersebut menguasai pikirannya, namun satu baris pun tidak ada yang tergores diatas kertas, hingga akhirnya ia merasa kehilangan kemampuan untuk mengerjakannya. Sampailah saatnya Hartojo berliburan ke Padang melalui jalur laut, naik motorboat, tetapi di tengah jalan juru mudi berteriak: "Badai." Maka diarahkannya kapalnya ke sebuah pulau dan berlindung di sana. Semua penumpang selamat, tetapi yang tetap dalam ingatan Hartojo, ialah:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun