Mohon tunggu...
Dwiki Setiyawan
Dwiki Setiyawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

#Blogger #Solo #Jakarta | Penyuka #Traveling #Sastra & #Politik Indonesia| Penggiat #MediaSosial; #EventOrganizer; #SEO; http://dwikisetiyawan.wordpress.com https://www.facebook.com/dwiki.setiyawan http://twitter.com/dwikis

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Selintas Mengenang Taufik H Mihardja

27 Agustus 2014   22:21 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:21 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sebuah bahtera yang berlabuh bertahun-tahun lamanya mungkin akan kembali berlayar, tetapi cinta dan kematian adalah perjalanan tanpa kembali." [Hikmah Berserakan]

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un (انا لله وانا اليه راجعون). Bak disambar petir, hari ini Rabu (27/8/2014) saya dapat kabar salah seorang sahabat baik, Taufik H Mihardja, berpulang menghadap Sang Khalik dalam usia 52 tahun. Semoga arwah almarhum mendapat tempat layak di sisi-Nya. Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali.

Samar-samar terkenang pertemuan dan perkenalan kali pertama saya dengan mas Taufik sebagai jurnalis muda lebih dari 15 tahun silam. Tempatnya di kantor Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) Jalan Diponegoro No. 16-A Menteng Jakarta Pusat. Kala itu, pada kurun 1995-1997, saya mendapat amanah jadi Ketua Bidang Diklat Bakornas Lembaga Pers di era Taufiq Hidayat menjabat Ketua Umum PB HMI.

Sebagai wartawan Kompas peliput kegiatan organisasi kepemudaan masyarakat (OKP) tingkat nasional, Taufik Mihardja rajin berburu berita dari tokoh-tokoh pemuda atau mahasiswa. Mewawancarai sebagai narasumber atau sekedar ngobrol sebagai latar berita yang akan ditulisnya.

Tidak seperti era reformasi saat ini dimana informasi apapun dengan mudah kita dapatkan, masa Orde Baru itu informasi-informasi kategori A-1 atau sangat penting dari sumber terpercaya dan bernilai tinggi, sukar mengaksesnya. Hanya orang-orang tertentu saja yang memilikinya. Lantaran jaringan luas birokrasi hingga ring satu istana yang dimiliki HMI, dengan sendirinya ketua umum dianggap punya info A-1, dan kompeten menjadi sumber berita utama.

Selain Taufiq Mihardja, wartawan lain yang masih saya ingat di PB HMI kurun tersebut meliput kegiatan PB HMI antara lain M Adib (harian Suara Merdeka), Solemanto (harian Terbit) dan Sururi Al-Faruk (Jawa Pos yang kini pemred harian Sindo). Menjelang Kongres HMI Yogyakarta Agustus 1997, Taufik Mihardja sudah tidak meliput kegiatan OKP khususnya PB HMI. Posisinya diganti Elly Roosita.

Lebih dari satu dekade kemudian, tepatnya Sabtu 21 Februari 2009, baru saya bertemu muka kembali Taufik Mihardja di Kopi Darat (Kopdar) pertama Kompasiana di Bentara Budaya Palmerah Jakarta Barat.

Dalam kopdar itu, saya menyinggung masa-masa almarhum meliput kegiatan di PB HMI. Dia menanyakan kabar Taufiq Hidayat, Ketua Umum PB HMI Periode 1995-1997. Saya mengatakannya beliau kini anggota DPR dari Partai Golkar. Dengan bercanda saya berkata tidak banyak yang berubah dari sosok beliau. "Kecuali rambut mas Taufik saja," ujar saya diiringi tawa lepasnya.

Satu hal yang tak terlupakan dari kopdar pertama Kompasiana itu, saya bersama Wijaya Kusumah dan satu peserta lain mendapat doorprize menginap satu malam di hotel Santika. Lebih istimewa lantaran hadiah doorprize tersebut diserahkan oleh Taufiq Mihardja.

Semenjak kopdar pertama itulah, secara rutin apabila ada event penting Kompasiana saya berjumpa Taufik Mihardja.

***

Di mata saya, almarhum orangnya gaul. Bicaranya sopan, dan menguasai beragam topik kehidupan. Bercanda dengan lawan bicara hingga tertawa berderai-derai pun tak sungkan. Sekalipun ia menduduki posisi tinggi di grup Kompas, ia tak pernah membuat jarak dengan siapapun. Orang baru yang bersama dengan dirinya niscaya merasa nyaman di dekatnya.

Taufiq Mihardja juga sosok tekun. Seperti saya kemukakan awal mula perjumpaan dengannya. Ia rela menunggu Ketua Umum PB HMI berjam-jam hanya untuk mendapat secuil informasi atau klarifikasi atas suatu isyu aktual. Baginya ia pantang pulang sebelum menang mendapatkan verifikasi, salah satu elemen penting jurnalistik.

Di sela-sela menunggu yang membosankan itu, dengan santainya ia mengajak pengurus HMI lainnya berbincang tentang isyu-isyu apa saja yang aktual di tengah masyarakat. Berjalinkelindan dengan ketekunannya, jelas ia tipe seorang pekerja keras. Juga disiplin atas tugas yang diembannya.

Selama 5 tahun terakhir ini sejak saya aktif menulis di Kompasiana, jarang saya lihat Taufiq Mihardja yang juga Pemred KompasDotCom itu absen di acara-acara baik berskala kecil maupun besar yang diselenggarakan Kompasiana. Di setiap acara dimaksud, pembawaannya bersahaja. Apa adanya dia. Walau kadang nampak flamboyan. :-)

Terakhir saya kontak dengan almarhum pada 14 Agustus silam via jejaring sosial Twitter. Melalui direct message (DM), saya menanyakan ketersediaan stok t-shirt KompasDotCom. Jika ada, saya mohon bantuan beberapa untuk panitia HUT Kemedekaan RI ke-69 tingkat rukun tetangga (RT). Di DM tersebut juga saya utarakan, apabila dibantu maka sebagai kompensasi KompasDotCom mendapat hak memasang banner atau spanduk di sekeliling gelanggang olahraga di mana perlombaan-perlombaan akan diadakan.

Sempat berbalas pantun, namun nampaknya karena waktu permohonan mepet atau stoknya tidak ada, permohonan t-shirt itu belum sempat terealisasi.

Tweet-nya terakhir tentang Lampard, pesepakbola Timnas Inggris. Hanya beberapa jam sebelum ia dipanggil ke Rahmatullah. Kegemaran akan si kulit bundar itu pula dan komen-komennya atas jalannya pertandingan yang acap saya lihat di lini masa Twitter pada dini-dini hari tatkala banyak orang tidur terlelap.

Saya akhiri selintas kenangan ini dengan mengutip kata-kata penyair Lebanon, Kahlil Gibran, "Mengapa engkau sedemikian takut dengan kematian? Bukankah engkau sering mendambakan tidur lelap?" Selamat jalan mas Taufik H Mihardja.

*****

Kredit Foto: Wijaya Kusumah www.kompasiana.com/wijayalabs

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun