***
Di mata saya, almarhum orangnya gaul. Bicaranya sopan, dan menguasai beragam topik kehidupan. Bercanda dengan lawan bicara hingga tertawa berderai-derai pun tak sungkan. Sekalipun ia menduduki posisi tinggi di grup Kompas, ia tak pernah membuat jarak dengan siapapun. Orang baru yang bersama dengan dirinya niscaya merasa nyaman di dekatnya.
Taufiq Mihardja juga sosok tekun. Seperti saya kemukakan awal mula perjumpaan dengannya. Ia rela menunggu Ketua Umum PB HMI berjam-jam hanya untuk mendapat secuil informasi atau klarifikasi atas suatu isyu aktual. Baginya ia pantang pulang sebelum menang mendapatkan verifikasi, salah satu elemen penting jurnalistik.
Di sela-sela menunggu yang membosankan itu, dengan santainya ia mengajak pengurus HMI lainnya berbincang tentang isyu-isyu apa saja yang aktual di tengah masyarakat. Berjalinkelindan dengan ketekunannya, jelas ia tipe seorang pekerja keras. Juga disiplin atas tugas yang diembannya.
Selama 5 tahun terakhir ini sejak saya aktif menulis di Kompasiana, jarang saya lihat Taufiq Mihardja yang juga Pemred KompasDotCom itu absen di acara-acara baik berskala kecil maupun besar yang diselenggarakan Kompasiana. Di setiap acara dimaksud, pembawaannya bersahaja. Apa adanya dia. Walau kadang nampak flamboyan. :-)
Terakhir saya kontak dengan almarhum pada 14 Agustus silam via jejaring sosial Twitter. Melalui direct message (DM), saya menanyakan ketersediaan stok t-shirt KompasDotCom. Jika ada, saya mohon bantuan beberapa untuk panitia HUT Kemedekaan RI ke-69 tingkat rukun tetangga (RT). Di DM tersebut juga saya utarakan, apabila dibantu maka sebagai kompensasi KompasDotCom mendapat hak memasang banner atau spanduk di sekeliling gelanggang olahraga di mana perlombaan-perlombaan akan diadakan.
Sempat berbalas pantun, namun nampaknya karena waktu permohonan mepet atau stoknya tidak ada, permohonan t-shirt itu belum sempat terealisasi.
Tweet-nya terakhir tentang Lampard, pesepakbola Timnas Inggris. Hanya beberapa jam sebelum ia dipanggil ke Rahmatullah. Kegemaran akan si kulit bundar itu pula dan komen-komennya atas jalannya pertandingan yang acap saya lihat di lini masa Twitter pada dini-dini hari tatkala banyak orang tidur terlelap.
Saya akhiri selintas kenangan ini dengan mengutip kata-kata penyair Lebanon, Kahlil Gibran, "Mengapa engkau sedemikian takut dengan kematian? Bukankah engkau sering mendambakan tidur lelap?" Selamat jalan mas Taufik H Mihardja.
*****