Mohon tunggu...
Dwi Kartika
Dwi Kartika Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Simfoni Hujan

5 Juli 2024   20:58 Diperbarui: 5 Juli 2024   21:06 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixlr.com/id/image-generator/

Di balik jendela, gemuruh rintik menjelang,Mengetuk lembut, seakan kisah ingin disampaikan,Dalam derasnya, ada lagu sunyi yang bercerita,
Tentang hati yang pernah terluka dan kembali mekar.

Butir-butir hujan menari di udara,
Menembus gelap, membawa harapan yang baru,
Setiap tetes adalah pelajaran, setiap alirannya nasihat,
Bahwa setelah badai, pelangi pasti datang menyapa.

Lentera malam bersinar redup, dihiasi percikan air,
Mencipta bayangan, mengukir memori yang tak terlupakan,
Dalam gemerlap hujan, kita temukan renungan,
Bahwa hidup adalah tentang bertahan dan bangkit.

Hujan adalah sahabat dalam kesendirian,
Mengiringi tangis yang terpendam dalam diam,
Namun juga teman setia dalam kebahagiaan,
Menyulam kenangan dalam irama yang damai.

Di setiap sudut, aroma tanah basah menguar,
Menyentuh jiwa, mengajak merenung sejenak,
Bahwa seperti bumi yang disirami hujan,
Hati pun butuh penyucian dari luka-luka lalu.

Mari berdansa di bawah hujan, dalam kebebasan,
Merasakan sentuhannya, sejuk dan penuh kasih,
Karena hujan mengajarkan kita untuk terus berharap,
Bahwa setelah gelap, terang akan selalu datang.

Puisi ini menggambarkan hujan sebagai simbol dari berbagai aspek kehidupan manusia: tantangan, pembelajaran, refleksi diri, kesendirian, kebahagiaan, penyucian, dan harapan. Hujan mengajarkan kita bahwa setiap pengalaman, baik atau buruk, memiliki makna dan nilai yang membantu kita tumbuh dan berkembang. Setelah menghadapi badai, kita akan menemukan pelangi, menandakan harapan dan kebahagiaan yang menanti di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun