Mohon tunggu...
Dwijo Weworo
Dwijo Weworo Mohon Tunggu... -

Menulis dengan angin. semoga sejuk semilir.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terbahak Bersama Langit

28 Maret 2011   05:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:22 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(untuk Donna Marie Campbell)

Aku masih minum cola dari kaleng dan memandangi senja hitam abu-abu dari katun

Aku Juga masih terbahak bersama langit

Ku kira kita tak akan berubah sebagai dua anak desa yang selalu bahagia terbaring di rumputan

Kalau kita tertawa cukup keras langit akan membalas memantulkan suara tawa kita

Tak jarang langit menjawab dengan tangis cucuran hujan

Kadang langit marah dan melempar kita halilintar

Kita berlari dalam kuyup sambil tertawa mengejek karena kilatan halilintar

Tak pernah benar-benar mengenai kita.

Di akhir lari aku selalu terbahak bersama langit mentertawakan kaki balerinamu

Yang bagi kami seperti kaki bebek betina.

Aku sering rindu: aku, kamu, dan langit saling mengejek dan terbahak bersama.

------------------------------------------------

Sumber gambar: http://www.vfxtalk.com/forum/outside-makes-sun-shine-kids-spot-new-t6651.html

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun