Mohon tunggu...
iza murtafiah
iza murtafiah Mohon Tunggu... Guru - iza

bismillah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Pendidikan Perennialisme

15 Mei 2020   14:44 Diperbarui: 15 Mei 2020   15:08 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Filsafat pendidikan perennialisme,

Perennialisme berasal dari kata perennial yang artinya yang kekal/ abadi.
Filsafat perennialisme mempunyai kepercayaan berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat abadi. Melihat dari realitas bunga yang terus mekar sepanjang musim, dapat disimpulkan bahwa tradisi dipandang sebagai prinsip abadi sepanjang sejarah.
Perennialisme menginginkan adat istiadat ini harus kekal dan abadi. Pendidikan harus didasarkan pada kultural-kultural masa lampau. Kehidupan modern saat ini banyak mengalami krisis diberbagai bidang, perennial mengambil jalan regresif karena mempunyai pandangan bahwa tidak ada jalan lain kecuali kembali kepada prinsip umum yang telah menjadi dasar perilaku zaman Yunani kuno dan abad pertengahan.
Tokoh dan pemikiran filsafat perennialisme
1. Robert Leonard H.
Ia mengembangkan kurikulum berdasarkan penelitian terhadap Buku besar bersejarah dan pembahasan buku-buku klasik.
2. Ortimer J Agler
Ia merupakan pendukung aliran perennialisme.
Ia berpendapat bahwa jika manusia merupakan makhluk rasional yang hakikatnya seperti itu sepanjang sejarahnya, tentulah manusia mempunyai gambaran yang tetap pula agr tidak mengikuti peradaban tertentu. Karakteristik khusus  manusia tidak lain adalah rasionalitas yang merupakan sifat manusia yang hakiki.
Aliran filsafat perennialisme ini berpendapat bahwa ilmu pengetahuan sebagai produk dan presentasi manusia, kapanpun dan dimanapun selalu sama.
Menurut Ortimer J agler manusia merupakan makhluk rasional yang memiliki kemampuan intelektual yang tampak dalam kapasitasnya sebagai subyek yang aktif yang dapat melakukan tindakan-tindakan seni, membaca dan mendengar, menulis dan berbicara, serta berpikir. Manusia juga makhluk sosial, sehingga mereka hidup pada komunitas yang akan menjadi eksis pada komunitasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun