"Filsafat Eksistensialisme dapat diterapkan pada permasalahan pendidikan dan dapat dijadikan rujukan/teori pendidikan"
Filsafat ini termasuk dalam kategori filsafat modern yang banyak dipengaruhi oleh filsuf sooren Kierkegaard dan Friedrich Wihelm Nietze sekitar abad ke 19 dan pada abad ke 20 di-booming-kan kembali oleh Martin Buber, Karl Jasper, dan Jean Paul Sertre.Â
Filsafat ini dapat diterapkan pada permasalahan pendidikan dan dapat dijadikan rujukan/teori pendidikan.  Secara harfiah, kata eksistensi berarti muncul, timbul, memiliki wujud eksternal, dan sister  menyebabkan berdiri.Â
Yakni sesuatu yang eksis sesuatu yang memiliki wujud, keberadaan sesuatu yang menekankan pada apa sesuatu itu dan bahwa ia adalah mahluk yang bertindak, memilih, menciptakan dan mengekspresikan identitas diri dalam proses bertindak dan memilih secara bertanggung jawab.Â
Exitenz dalam bahasa jerman memiliki arti, sesuatu yang paling berharga dan paling asli dalam diri manusia, yang sama sekali tidak obyektif, kemungkinan selalu untuk terbuka dengan hal-hal baru menyangkut kebebasan manusia. Selain itu juga eksistensi berarti "ada" atau "wujud".
Baca juga : Filsafat Pendidikan dan Konvergensi Pembelajaran di Masa New Normal
B. Tujuan pendidikan dalam filsafat
Tidak hanya menekankan pada dialog semata, namun pada bentuk penciptaan yaitu keberanian menciptakan gagasan, pikiran atau maksud dari keinginan dan ketertarikan masing-masing siswa.Â
Karena kedudukan manusia sebagai individu sangat penting sebagai pencipta dari pikiran ataupun gagasan, maka pendidikan yang berlandaskan pada eksistensialisme harus mempertahankan dan terfokus pada realitas kehidupan manusia.Â