Hamka, diterbitkan pada tahun 1938 oleh penerbit nasional Hindia Belanda, Balai pustaka. Novel ini mengisahkan tentang kisah cinta dua sejoli yang gagal karena terbentur budaya masyarakat minang. Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang lebih dikenal dengan singkatan Hamka, adalah muslim asal Minangkabau yang dibesarkan dalam kalangan keluarga yang taat beragama. Ia memandang tradisi yang ada dalam masyarakat di sekitarnya sebagai penghambat kemajuan agama, sebagaimana pandangan ayahnya, Abdul Karim Amrullah. Setelah melakukan perjalanan ke Jawa dan Mekkah sejak berusia 16 tahun untuk menimba ilmu. Ia mulai bekerja sebagai guru agama di Deli, Sumatera Utara, lalu di Makassar, Sulawesi Selatan. Dalam perjalanan itu, terutama saat di Timur Tengah, Hamka banyak membaca karya dari ahli dan penulis Islam, termasuk karya penulis asal Mesir Mustafa Lutfi al-Manfaluti hingga karya sastrawan Eropa yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Pada tahun 1935, Hamka meninggalkan Makassar untuk kembali ke Medan. Di Medan, Hamka mulai menulis Di Bawah Lindungan Ka'bah ketika menjadi editor untuk majalah Islam mingguan Pedoman Masyarakat, yang dalam majalah tersebut untuk pertama kalinya nama pena Hamka diperkenalkan.Novel Dibawah Lindungan ka'bah ini ditulis oleh haji abdul  Malik Karim Amarullah atau yang lebih popular dengan nama pena Hamka, diterbitkan pada tahun 1938 oleh penerbit nasional Hindia Belanda, Balai pustaka. Novel ini mengisahkan tentang kisah cinta dua sejoli yang gagal karena terbentur budaya masyarakat minang. Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang lebih dikenal dengan singkatan Hamka, adalah muslim asal Minangkabau yang dibesarkan dalam kalangan keluarga yang taat beragama. Ia memandang tradisi yang ada dalam masyarakat di sekitarnya sebagai penghambat kemajuan agama, sebagaimana pandangan ayahnya, Abdul Karim Amrullah. Setelah melakukan perjalanan ke Jawa dan Mekkah sejak berusia 16 tahun untuk menimba ilmu. Ia mulai bekerja sebagai guru agama di Deli, Sumatera Utara, lalu di Makassar, Sulawesi Selatan. Dalam perjalanan itu, terutama saat di Timur Tengah, Hamka banyak membaca karya dari ahli dan penulis Islam, termasuk karya penulis asal Mesir Mustafa Lutfi al-Manfaluti hingga karya sastrawan Eropa yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Pada tahun 1935, Hamka meninggalkan Makassar untuk kembali ke Medan. Di Medan, Hamka mulai menulis Di Bawah Lindungan Ka'bah ketika menjadi editor untuk majalah Islam mingguan Pedoman Masyarakat, yang dalam majalah tersebut untuk pertama kalinya nama pena Hamka diperkenalkan.
Novel Dibawah Lindungan ka'bah ini ditulis oleh haji abdul  Malik Karim Amarullah atau yang lebih popular dengan nama penamengisahkan tentang kisah cinta dua sejoli yang gagal, karena terbentur budaya masyarakat minang. Kedua sejoli itu bernama  hamid dan zainab, dua orang yang saling mencintai tetapi tidak bersatu akibat perbedaan latar belakang keluarga dan derajat ekonomi. Kisah dibawah lindungan kabah ini telah diataptasi menjadi film layar lebar sebanyak 2 kali Pertama, film yang disutradarai oleh Asrul Sani dan dibintangi oleh penyanyi dangdut Camelia Malik sebagai Zainab, dirilis pada tahun 1977 dengan judul Para Perintis Kemerdekaan. Adaptasi film ini menggambarkan perjuangan dua tokoh yang saling mencinta dengan latar belakang perjuangan menghadapi kekuatan kolonial Belanda. Film ini berhasil meraih kesuksesan dengan memenangi dua Piala Citra dari total enam nominasi pada Festival Film Indonesia 1977. Film adaptasi kedua disutradarai oleh Hanny R. Saputra dan dibintangi oleh Herjunot Ali sebagai Hamid dan Laudya Cynthia Bella sebagai Zainab. Film ini dirilis dengan judul Di Bawah Lindungan Ka'bah pada tahun 2011. Adaptasi ini fokus pada kisah cinta Hamid dan Zainab. Film ini sempat diajukan untuk mewakili Indonesia pada Academy Awards ke-84 untuk nominasi Film Berbahasa Asing Terbaik, tetapi tak berhasil masuk nominasi akhir.
Kedua sejoli itu bernama Hamid dan Zainab, Â Dua orang yang saling mencintai, tetapi tidak bisa bersatu akibat perbedaan latar belakang keluarga dan derajat ekonomi. Perasaan cinta mereka terus disimpan di dalam hati masing-masing dan tak pernah terungkapkan. Ketidakberdayaan Hamid untuk mengungkapkan perasaannya semakin memberatkan perasaan dan hati Hamid saat Mak Asiah, Ibu dari Zainab, meminta dirinya untuk membujuk Zainab supaya mau menikah dengan laki-laki pilihan keluarga. Untuk mengobati luka hatinya, Hamid akhirnya memutuskan pergi dari Padang menuju ke Mekah. Hamid ingin memohon perlindungan kepada Allah SWT dengan terus beribadah di hadapan Ka'bah. Hamid merupakan muslim kelahiran Minangkabau, Sumatra yang hanya dibesarkan oleh ibunya sejak berusia empat tahun, karena pada saat itu ayahnya telah meninggal. Ketika berusia enam tahun Hamid disekolahkan oleh Haji Ja'far bersama anak perempuannya yang bernama Zainab di sekolah yang sama. Setelah menamatkan pendidikan masing-masing di sekolah Hindia Belanda, Hamid dan Zainab mulai jatuh cinta tetapi sama-sama tidak mengutarakannya hingga kemudian terpisah karena Hamid memutuskan pindah dari Padang ke Padang Panjang untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah agama. Namun, sejak ayah Zainab meninggal, yang disusul dengan meninggalnya ibu Hamid, mereka telah jarang bertemu. Dalam suatu pertemuan, Hamid dihadapkan oleh permintaan ibu Zainab, Asiah untuk membujuk anaknya menikah dengan sepupunya. Permintaan ibu Zainab itu dijalankan oleh Hamid mengingat ibunya semasa hidup juga tidak mengizinkannya menikahi Zainab karena perbedaan kelas sosial. Hamid kemudian mengalami patah hati akibat keputusan yang diambilnya, lalu memutuskan pergi ke Mekkah. Setelah setahun berada di Mekkah, Hamid yang mulai menderita penyakit bertemu dengan Saleh. Istri Saleh, Rosna, adalah teman dekat Zainab sehingga Hamid dapat mendengar kabar tentang Zainab, termasuk kenyataan bahwa Zainab mencintai dirinya dan Zainab tidak jadi menikah dengan laki-laki pilihan ibunya. Setelah mengetahui hal tersebut, Hamid berniat untuk kembali ke Padang usai menunaikan ibadah haji. Pada saat bersamaan Saleh melalui istrinya mengirimkan surat untuk diberikan kepada Zainab yang isinya menggambarkan pertemuannya dengan Hamid. Namun Saleh mendapat balasan dari istrinya bahwa Zainab telah meninggal dunia; Saleh tidak memberikan kabar tersebut kepada Hamid sebelum akhirnya Hamid mendesaknya. Kenyataan itu disusul dengan meninggalnya Hamid di hadapan Ka'bah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H