pada saat aku berusia 5 tahun, aku sudah mulai memasuki masa taman kanak-kanak. Aku 1 sekolah dengan saudara ku, dia satu tahun lebih muda dari aku. kita sering berangkat pulang bersama, makan siang bersama, bermain bersama bahkan jajan bersama. waktu itu, ada di satu hari dimana kami ingin jajan es krim tapi uang jajan aku sudah habis sedangkan uang jajan dia masih ada dan itu hanya cukup untuk 1 es krim
 "Teh, jajan es krim itu yuk"dia bicara sembari menunjuk penjual es krim di depan.Â
"Ayok, tapi uang aku udah habis" jawabku.Â
"gapapa, ini uang aku masih ada, makan bareng-bareng aja"jawab dia sembari lari ke penjual es krim.Â
Kami pun memakan 1 es krim itu yang dia beli dengan adil hingga habis. Â
  Satu tahun kemudian aku memasuki sekolah dasar, aku sekolah di dekat rumah nenekku di Ciamis. Saat itu aku bersekolah disana dengan kakak aku dia berada di kelas 6 dan aku di kelas 1.Â
semuanya berjalan lancar tetapi pada setiap ada mata pelajaran yang guru nya seorang lelaki aku selalu kabur lewat belakang sekolah menuju kelas kakak ku atau ke kantor dengan alasan ingin ke kamar kecil.Â
"pak guru, aku izin ke kamar mandi" ucapku.
 "oh iya silahkan nak" jawab pak guru sembari senyum.
 aku keluar dari kelas lalu berlari memutari sekolah untuk pergi ke kantor dan diam disanaÂ
"Neng, kenapa disini?" tanya wali kelas ku tiba-tiba karena terkejut dengan kedatanganku.
 "mau ke kakak" jawab aku sembari sedikit panik karena takut guru di kelas ku menjemput.
 "kan kakaknya lagi belajar, kamu balik ke kelas kamu aja ya?" bujuk bu guru dengan lembut.Â
aku menggeleng hampir menangis "gamau ke kelas, takut..." cicit ku sambil menunduk.
 Bu guru bingung dengar ucapan ku lalu dia membawa ku masuk ke dalam kantor lalu aku duduk disana sambil menunggu kakak. dan ternyata yang datang bukan kakak melainkan ayahku.Â
  aku sudah 2x melakukan hal itu dan keluargaku selalu tertawa saat mengingatnya. sayangnya aku bersekolah disana hanya selama 1 bulan lalu pindah lagi ke Padalarang dan melanjutkan sekolah disini. dan hal itu pun terulang kembali, setiap jam mengajar guru lelaki aku ingin kabur tapi disekolah ini aku tidak bisa kabur karena ada ibu aku yang menunggu aku diluar melarang aku untuk bolos
 "mamah, aku gamau belajar gurunya serem" ucapku sembari memegangi baju mamah dengan mata berkaca-kaca.
 "eh... serem dari mananya, belajar sana itu gurunya baik" jawab mamah dengan jelas agar aku tidak usah takut.
 "gamau gamau gamau, mau keluar..." aku merengek dengan kencang.Â
"gapapa bu bawa aja anaknya, kasihan" saut pak guru mensuport ku agar bisa keluar dari kelas
 "ah pak ini mah kebiasaan setiap yang ngajarnya guru laki-laki gamau belajar. belajar sana" ucap ibu aku jujur.
 "hahaha tidak apa-apa ibu namanya juga masih kecil" jawab pak guru memaklumi.Â
"nggak pak biar dia terbiasa, kamu duduk disana mamah kunci pintunya, jangan keluar!" paksa ibu biar aku ga keluar dari kelas.Â
"GAMAU HUAA... MAMAHH GAMAU MAU IKUTTT... MAMAH HUAAA" aku berontak aku gamau dikelas aku menangis dengan kencang tetapi pintunya dikunci dan aku menangis tersedu-sedu didekat pintu agar ibu aku iba dan membawa aku pergi tetapi hingga jam pelajaran selesai aku tidak keluar dari kelas itu dan mata ku bengkak karena air mata. setelahnya sebagai permintaan maaf ibu memberikanku minuman agar aku tidak marah.Â
  beberapa bulan berlalu, akhirnya aku terbiasa dengan guru laki-laki, aku tidak mencoba untuk kabur dari kelas lagi setiap ada jam guru laki-laki. Dan... pada satu hari ada suntik vitamin masal disekolah, saat itu aku tidak tahu ada acar suntik menyuntik. aku kira saat itu, tamu itu adalah tamu guru aku ingin memakan makanannya di kelas aku karena mereka membawa sebuah termos, mangkok yang membuat aku berfikir seperti itu. ternyata mereka itu dari puskesmas lalu aku meminta izin lagi ke ibu guru untuk pergi ke kamar mandiÂ
"ibu aku mau ke kamar mandi" ucapku dengan buru-buru.Â
"iya sana cepet ya" jawab ibu guru sembari melihat ke sekeliling kelas.Â
saat diluar aku bilang ke ibu ku aku takut di suntik tapi sama ibu ku, aku malah dibawa masuk lagi ke kelas agar disuntik lalu aku menangis kencangÂ
"gamau mahh takutt gamauuu hiksss ga mauuu" ucapku sambil nangis dipelukan ibu kuÂ
"gapapa gak sakit kok enggak, tenang ya.." ucap orang dari puskesmasnya.
aku nangisss dengan kejer karena sangat takut, setelah itu aku diajak ibu untuk jajan ke pasar hahaha.Â
  Tidak terasa aku sudah duduk di kelas 2 Sd, aku sudah mulai berani untuk belajar bersama guru laki laki, sudah tidak takut disuntik, takut tapi sedikit hahaha. Saat itu adalah saat-saat yang menyenangkan dan juga menyedihkan. aku kehilangan adik bungsu ku, dia pergi karena sakit. yang menyenangkannya aku memiliki banyak teman, kita bermain bersama di kelas menggunakan meja hingga bangku kelas untuk bersenang senang. Dan ada 1 pengumuman yang ibu guru sampaikan kepada kamiÂ
"anak-anak siang nanti kalian akan diberi suntikan imunisasi dan ibu harap kalian mengisi perut kalian terlebih dahulu" ucap ibu guru dengan keras kepada kami.Â
seisi kelas berisik karena akan disuntik, lalu
"ibuuuuu, awass lia nanti nangisss soalnya waktu kelas 1 juga dia nangisss" teriak temanku yang dibelakang, dia akhir2 ini sering bermain dengan ku.
ibu guru dan anak-anak yang lain hanya tertawa, aku sedikit malu dan kesal kepada temanku.
 Beberapa tahun kemudian aku mulai terbiasa dengan semuanya. aku sudah tidak pernah menangis saat bertemu dengan guru laki laki, aku sudah mulai tidak takut dengan suntikan. Takut sedikit tapi tidak setakut dulu, sekarang jika disuntik hanya gemeter aja ga sampe nangis kayak dulu.
   kejadian-kejadian itu bersejarah banget, setiap diceritakan ulang oleh keluarga mereka selalu tertawa bahkan teman ku saat SD saja mengingat kejadian itu, konyol sekali.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI