Mohon tunggu...
dwi hatmoko
dwi hatmoko Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ken Arok dan Perjuangannya Menjadi Raja

27 April 2017   09:49 Diperbarui: 27 April 2017   19:00 1302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rajasa Sang Amurwabhumi. Itulah gelar dari Ken Arok. Slamet Mulyana berpendapat bahwa dinasti Rajasa, sebagai dinasti SIngasari dan Majapahit, berpangkal pada orang yang bernama Rajasa. Hal ini sama seperti maslah Dinasti Syailendra yang berpangkal pada nama Dapunta Selendra dari Prasasti Sojomerto, dan Dinasti Isyana yang berpangkal pada Mpu Sindok dengan gelar Isana di Prasasti Ngantang. Dengan demikian, Ken Arok adalah nama kecil, sedang Rajasa adalah nama disaat dewasa.

Kehidupan Ken Arok yang diceritakan di Pararaton cukuplah mengejutkan.  Deskripsi yang berupa tokoh nakal hingga kriminal. Namun dengan berbagai kejadian luar biasa, dia dapat menjadi seorang raja. Apabila dipikirkan lebih dalam, menurut pendapat saya, tindakan Ken Arok bukanlah tindakan sembarangan, tetapi merupakan suatu "big plan" darinya untuk meraih kedudukan sebagai raja. Raja yang berarti sesungguhnya, bukan bawahan. 

Perjalanan dan petualangan Ken Arok dari desa ke desa, seharusnya dilihat sebagai upaya untuk merajut kerjasama dan menggalang kekuatan. Terbukti setelah dia berhasil menduduki Tumapel, tidak ada satu pun yang menentang, bahkan sebaliknya mendukung mnejadi seorang raja besar. Kekuatan secara politik, militer, dan ekonomi telah benar-benar diperhitungkan. Kekuatan secara religio magis pun didapatkan. Ingat petualangan ke "kabuyutan/pemujaan" seperti Rabut Katu, Rabut Garontol. dan lainnya. Kemudian ditambah dengan datangnya para Brahmana kerajaan Kediri, semakin kuatlah sisi religio magis. Penundukkan sentra emas dan senjata logam di  Turyantapada dan Lulumbang yaitu daerah Mpu Palot dan Mpu Gandring, menjadi bukti.  Pembuatan dukuh di daerah Sanja, di sebelah Timur Saganggeng, dengan dibantu Tuan Tita, juga dapat dilihat sebagai daerah basis. 

Sejatinya, Ken Arok telah mempersiapkan segala sesuatunya. 

Cerita Ken Arok hampir mirip dengan Sanggrama Wijaya saat merintis Majapahit. Bedanya, Sanggrama Wijaya membuka hutan Tarik menjadi pedukuhan Majapahit dibantu oleh orang Madura, sedang Ken Arok membuka dukuh di Sanja dibantu Tuan Tita, anak kepala mandala Saganggeng. Jika Sanggrama Wijaya dibantu Arya WIraraja untuk bernegosiasi pada Jayakatwang, maka Ken Arok dibantu Dang Hyang Lohgawe dalam berkompromi dengan Tunggul Ametung.

Apakah kebetulan? Ingat, penyebutan Dinasti Rajasa juga saat Sanggrawa Wijaya menobatkan diri sebagai raja Majapahit dan kelanjutan dari Singasari. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun