Nah, dengan  salah satu contoh pandangan diatas, kita harusnya mulai kembali berfikir, mengambil poin-poin yang dapat dilakukan namun tetap dengan pola yang menyenangkan, Seperti :
* Bagaimana yah cara bertani tanpa perlu lahan luas?
Kemudian dijawab dengan kehadiran Bertani ala Hidroponik, sebuah sistem yang dituliskan oleh Francis Bacon pada tahun 1627 dalam sektor pertanian yang menggantikan media tanah menjadi media air.
* Bagaimana yah cara Bertani tapi untuk sektor bisnis?
Dan dijawab dengan maraknya kegiatan import dan export, mengingat tanah Indonesia memiliki cakupan mineral yang cukup.
* Bagaimana yah cara bertani tanpa harus capek/membutuhkan banyak tenaga kerja?
Kemudian dijawab dengan hadirnya mesin matun, sebuah alat yang dibuat oleh mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian (STPP) Bogor, Jawa Barat, Aceng dan Dani.
Dilansir dari Republika.co.id News, Konsep pembuatan mesin penyiang dan pemupuk padi tersebut telah dimulai sejak bulan Oktober 2017 hingga Januari 2018. Proses pembuatan berlangsung kurang lebih dua minggu.
Mesin dilengkapi roda pertama yang berfungsi untuk membenamkan gulma yang telah terpotong. Corong pengeluaran pupuk berfungsi untuk menaburkan pupuk di dekat akar tanaman dan roda belakang berfungsi untuk membenamkan pupuk yang telah ditebarkan, mengombinasikan kegiatan penyiangan dan pemupukan. Prinsip kerjanya adalah pisau pemotong berfungsi untuk memotong gulma sampai pada akarnya.
Kreatif Bukan! Dengan niat mengembangkan apa yang sudah ada disekitarnya supaya dapat menghasilkan sesuatu yang lebih baik melalu cara dan pemikiran yang modern.
Dari contoh berikut kita harusnya sadar akan pentingnya terus belajar, terus beradaptasi, bahwa Suatu ilmu akan berguna dengan baik jika diletakan pada tangan yang tepat, layaknya pisau jika diberikan pada tangan yang tepat dia akan memiliki fungsi yang multi, tapi jika diberikan pada tangan yang salah dia akan mis bahkan dari fungi dasarnya sekalipun, sehingga melenceng jauh jadi niat awalnya dibuat.