Oleh : Dwi Garini Oktavianti
Mahasiswa Program Studi : Ilmu Komunikasi
Dosen Pengampu : Drs. Syafruddin Pohan, S.H, M.Si, Ph.D.
Email : dwioktavianti02@gmail.com
Siapa yang tak kenal Mozart dan Beethoven? Ya, kedua nama legendaris ini sudah pasti muncul ketika kita sedang berbicara mengenai musik Klasik. Namun, nyatanya masih banyak yang tak tahu mengapa tokoh-tokoh ini terkenal atau mengapa musik mereka abadi dan masih lazim hingga saat ini. Seperti Sonata No. 14 "Moonlight" in C-Sharp Minor yang merupakan salah satu lagu terpopuler di kalangan para pendengar musik Klasik. Terdengar asing, bukan?Â
Sudah menjadi rahasia umum bahwa musik Klasik memiliki pandangan kuno, membosankan, dan juga ketinggalan zaman. Dilansir dari Arts Journal oleh Jack Miles dan Douglas McLennan, genre musik Klasik menjadi jenis musik yang paling sedikit disukai oleh anak muda. Bahkan pada tahun 2008, hanya 3% tiket penampilan musik Klasik yang berhasil dijual.Â
Musik Klasik lahir dari budaya Eropa sekitar tahun 1750-1825. Musik ini tergolong dalam beberapa periodisasi, mulai dari periode Klasik, Barok, Rokoko, dan Romantik. Musik Klasik sering dikaitkan dengan tokoh-tokoh besarnya, yakni Mozart, Bach, Beethoven, atau Haydn. Banyak dari mahakarya mereka yang masih diperdengarkan sampai hari ini.
Keberadaan musik Klasik kerap diartikan sebagai genre musik yang penuh dengan keindahan serta intelektualitas tinggi pada semua zaman. Seringkali dikaitkan dengan klasikisme, gaya seni, sastra, maupun arsitektur dari Eropa terutama pada abad ke-18. Salah satu karakteristik utama dari genre musik ini adalah memberi lebih banyak arti pada musik instrumentalnya. Di dalamnya terdapat irama dan nada yang teratur, bukan nada-nada miring.Â
Musik Klasik sendiri masuk ke Indonesia dibawa oleh bangsa Eropa. Pada saat itu, nada dan bunyi mereka dinilai "eksklusif" karena hanya bisa dinikmati oleh segelintir bangsawan Belanda dan pejabat-pejabat kaya dalam pertemuan klub-klub elit serta pesta eksklusif mereka. Barulah memasuki pertengahan tahun 1930-an, industri musik dan film Indonesia mulai memainkan musik Klasik dan mengadakan pentas orkestra yang walau pada saat itu jarang diduduki oleh orang Indonesia, sudah dapat dinikmati oleh rakyat.Â
Dewasa ini, stigma bahwasanya musik Klasik hanya diperuntukkan bagi orang-orang dari kalangan tertentu masih melekat sehingga menyebabkan minat terhadap musik Klasik tergolong rendah. Berikut beberapa alasan mengapa musik Klasik kurang diminati, terutama di era modern:Â
1. Genre Musik yang Tersegmentasi
Fenomena ini mungkin sedikit mirip dengan musik Rock di jaman sekarang yang tidak lagi menjadi zeitgeist pada masyarakat umum layaknya era 90-an. Meskipun ada musik Rock baru, hanya segelintir orang yang mengapresiasi jenis musik tersebut sehingga terlihat seolah-olah penggemar musik Rock itu sedikit. Padahal faktanya, mereka hanya terpinggirkan dari hiburan jalur utama masyarakatÂ
Sama halnya dengan musik Klasik dalam opera dan teater. Dilansir dari jurnal Tamumatra oleh Daniel da Fretes, wadah hiburan musik Klasik di tanah air hanya menjangkau dua kota besar, yaitu Jakarta dan Bandung, di mana untuk bisa menjadi bagian dari genre musik utama diperlukan suatu keterjangkauan. Berpusat di kota besar membuat target demografinya juga berasal dari penduduk urban yang terpelajar, sejalan dengan etiket konser klasikal yang formal dan cukup kaku (pemusik tidak boleh berbicara ke penonton, melakukan improvisasi, bahkan batuk sekalipun).Â
Tak jarang musik Klasik dianggap sebagai musik yang rumit dengan ribuan chord serta membutuhkan teknik tertentu untuk mengolahnya. Hal ini secara tak langsung menjelaskan mengapa musik Trap Rap saat ini sedang tren meskipun hanya bermodalkan hi-hat, snare dan trap beat sederhana, juga durasi lagu yang pendek serta lirik yang super repetitif. Kebanyakan dari Generasi Z saat ini ingin segala sesuatu yang serba cepat dan di saat waktu yang sama merasa terpuaskan, yang mana hal tersebut adalah kebalikan dari musik Klasik.Â
2. Melebur dengan Genre Musik LainÂ
Disadari atau tidak, nyatanya musik Klasik itu terus eksis dan diminati sampai detik ini meskipun bukan dalam bentuk yang utuh. Jenis musik Pop Kontemporer masih banyak yang menggunakan elemen musik Klasik. Pada belantika musik Indonesia sendiri, Samsons dan Kerispatih paling sering menggunakan orkestra dalam musiknya. Bahkan untuk Pop yang bernuansa old school, seperti Baroque Pop dan Art Pop, musik Klasik justru menjadi nyawanya. Musisi Barok ternama saat ini seperti Lana Del Rey dan Florence and the Machine selalu mengandalkan latar musik Klasik pada karya mereka sebagai ciri khas.Â
Di samping itu, musik Klasik kini juga ikut berevolusi menjadi suatu sub genre baru yang turut meramaikan khazanah musik. Saat ini yang sedang banyak dibicarakan oleh penggemar musik kritis adalah sub genre Neoclassical Darkwave. Sub genre ini menggabungkan musik Klasik dengan elemen Opera, Industrial, Goth, Experimental, dan juga Extreme Metal.Â
3. Tergolong Musik NicheÂ
Musik Klasik dan opera tergolong dalam musik niche atau musik yang diperuntukkan bagi kalangan tertentu. Pada zaman dulu, musik Klasik merupakan hiburan seni yang ditujukan bagi kalangan bangsawan saja. Ketika rekaman dan pertunjukan bisa dibuat lebih murah, musik-musik tersebut pun mulai terbuka untuk umum dengan target pasar kalangan tersendiri yang memiliki minat terhadapnya. Karena itulah musik Klasik jarang diputar di radio, televisi, atau media-media mainstream lain. Pada dasarnya memang semua kategori niche tidak memiliki banyak peminat.Â
Ada beberapa hal yang mempengaruhi selera musik seseorang, salah satunya adalah kelas sosial. Jika berbicara tentang musik Klasik, pernyataan tersebut mungkin benar adanya. Karena sekarang ini di Indonesia orang-orang yang masih menyukai genre musik Klasik rata-rata merupakan kalangan tergolong kelas atas. Sebaliknya, masyarakat menengah ke bawah semakin asing dengan genre musik yang satu ini sebab terasa tidak membumi. Keberadaan musik Klasik kerap diartikan sebagai genre musik yang penuh dengan keindahan serta intelektualitas tinggi pada semua zaman. Seringkali dikaitkan dengan klasikisme, gaya seni, sastra, maupun arsitektur dari Eropa terutama pada abad ke-18. Salah satu karakteristik utama musik ini adalah memberi lebih banyak arti pada musik instrumentalnya. Tersusun irama dan nada yang teratur, bukan nada-nada miring. Tidak seperti musik modern yang cenderung easy listening, musik Klasik juga sulit dimengerti maknanya oleh khalayak umum lantaran kebanyakan musik Klasik tidak memiliki lirik.Â
Nah, itulah beberapa ulasan mengenai musik Klasik beserta faktor-faktor yang membuatnya tidak begitu diminati. Apakah kamu salah satu penikmat genre musik tersebut di era modern ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H