Perlahan kuhapus air mata, berusaha ikhlas untuk menghapus cintamu juga. Sakit, bagaikan tertusuk duri kecil yang telah mendekam lama dalam palung hati, saat harus melepaskan dirimu pergi dan mencari cinta yang sebenarnya.
Dalam kekelaman langit malam, kupeluk semua sesal ini. Sendiri dan selalu ada air mata yang mengiringi setiap kisahku. Kepada---Nya aku bersimpuh memohon pertolongan, agar secepatnya hatiku di putar untuk melupakan dirinya.
Aku sadar, cinta ini terlarang, dimana dua insan yang berbeda keyakinan mencoba menerjang tembok besar dan kokoh yang berdiri di tengahnya, memisahkan dua raga agar tak saling menggapai dan bersentuhan.