Hampir semua orang yakin dengan istilah "life after death", ada kehidupan pasca kematian. Khususnya kaum muslim. Islam memandang bahwa kehidupan dunia hanya awal menuju akherat. Dunia hanya sementara dan tempat yang abadi adalah akherat.
Untuk itu diperlukan bekal yang cukup menuju kampung yang sesunghuhnya yaitu kampung akherat. Ada 3 pertanyaan mendasar yang harus terjawab oleh setiap muslim agar selamat menuju kehidupan selanjutnya. Jawaban inilah yang akan menentukan pola pikir dan pola sikap seseorang.
1. Dari manusia berasal
Setiap manusia ketika sudah baligh, maka wajib hukumnya untuk mencari tau tentang dirinya dan tentang Tuhannya. Dari mana asal-usul manusia dan siapa yang menciptakan? Tidak mungkin kan manusia ada dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan?Â
Orang badui ketika ditanya bagaimana kamu mengenal tuhanmu? Jawabnya: "adanya tahi onta menandakan ada onta sebelumnya, adanya tapak kaki menandakan ada orang yang lewat sebelumnya."Â
Hal ini berarti sebelum ada manusia pasti ada yang menciptakan manusia sebelumnya. Siapa yang menciptakan manusia? Allah. Ya, Allah. Dialah yang menciptakan alam semesta dan isinya, termasuk manusia. Dia juga yang mengatur alam semesta sehingga berjalan dengan harmonis. Tata surya, gunung, laut, langit, bumi, manusia, dan kehidupan.Â
"Dan dengan silih bergantinya siang dan malam terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang yang berakal."
2. Untuk apa manusia hidup
"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku" (Q.S. Adz-dzariyat:56)
Dari ayat diatas sudah jelas bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah kepada Allah. Bukan yang lain. Ibadah yang dimaksud disini adalah segala aktivitas yang dilakukan mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali dengan adanya dua syarat. Pertama dilakukan dengan ikhlas, semata-mata mengharap Ridlo Allah. Kedua, dilakukan dengan cara yang benar sesuai dengan hukum syara'.Â
Sebagai contoh ketika seseorang bekerja dengan niat mencari ridlo Allah karena untuk menafkahi istri dan anaknya serta dilakukan dengan jalan yang halal. Maka aktivitas bekerja tersebut bisa dinilai ibadah. Contoh lain ketika seseorang memberi makan tetangganya dari makanan yang halal dan semata-mata hanya menghatap ridlo Allah, bukan ingin dipuji. Hal itu juga termasuk ibadah.