Mohon tunggu...
Dwi Rahayu
Dwi Rahayu Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Andai Dilan Ikutan Mengaji

1 Februari 2018   16:05 Diperbarui: 1 Februari 2018   16:08 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.pikiran-rakyat.com

Demam film Dilan, yang diangkat dari novel remaja tahun 90-an yang konon katanya ditulis based story melanda remaja saat ini. Mereka terhipnotis dengan romantisme Dilan. Dengan rayuan mautnya, membuat siapapun yang mendengar akan klepek-klepek bak bak cacing kepanasan. ups! Apalagi mereka yang baperan, duh...serasa meleleh deh. Jadi pengen seperti Milea yang tiap hari dapat gombalan receh nya Dilan. Siapa coba yang gak suka dapat kata-kata romantis tiap hari?

Begitulah kiranya ungkapan beberapa remaja yang terdengar. Mereka mengikuti arus gaya 'pacaran' ala Dilan ini. Setiap saat mengumbar kata-kata 'receh' yang membuat kesengsem lawan jenisnya. Tidak sadar jika aktivitas tersebut adalah bagian dari bisikan setan. Bagaiman tidak? Allah sendiri sudah mengatakan dalam Firmannya Q.S. Al Isra' ayat 32 yang berbunyi: "Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah jalan yang buruk". Padahal aktivitas pacaran adalah salah satu jalan untuk mendekati zina. Lihatlah berapa banyak remaja yang terjerumus pada aktivitas ini yang akhirnya berakhir pada penyesalan. 

Penyesalan karena putus sekolah, hamil diluar nikah, aborsi dll. Pacaran bukan jaminan untuk mendapatkan jodoh bukan? Banyak sekali aktivis pacaran yang akhirnya putus dan menikah dengan orang lain yang notabene bukan pacarnya dulu. Contoh saja Dilan dan Milea yang akhirnya mereka tidak menikah. Justru akhirnya mereka menikah dengan orang lain dan menjalani hidup masing-masing.

Suka terhadap lawan jenis adalah fitrah yang tidak bisa dihilangkan. Karena setiap manusia diberikan garizah na'u (naluri jinziyah, red). Hanya saja penyaluran terhadap naluri ini yang harus diatur. Karena jika tidak, maka kehancuran generasi yang akan terjadi. Seandainya Dilan ini ikut mengaji, sudah pasti dia tidak akan se'receh' itu. Dia tidak akan menjadikan pacaran sebagai pilihannya. Karena jelas, pacaran adalah aktivitas yang bukan berasal dari Islam. Pacaran adalah budaya barat yang sengaja masuk melalui paham kebebasan. Adanya kebebasan berperilaku yang dijamin dalam sistem sekuler manjadikan setiap manusia bebas untuk mengatur hidupnya. Mereka memposisikan agama sebatas hungannya dengan Tuhan semata, tidak boleh urusan agama mencampuri kejidupan. Agaman hanya boleh mengatur urusan ibadah ritual saja.

So, jika ingin melampaiskan segala rasa baik cinta ataupun rindu yang kata Dilan itu 'berat', maka halalkan dulu dengan pernikahan. Dengannya segala aktivitas yang diharamkan saat pacaran akan menjadi halal ketika sudah menikah. Disamping mendapatkan pahala karena menikah merupakan ibadah, juga dapat menentramkan hati disaat gundah gulana. Istri adalah tempat 'pulang' bagi suami. Tempat berkeluh kesah disaat resah, tempat berbagi ketika sedang butuh teman. Karena istri adalah  penyejuk hati. Begitu pula suami, dia adalah pemimpin bagi istri dan anak-anaknya. Maka, sudah selayaknya memilih suami yang mengerti agama, yang pandai mendidik dan mengarahkan Istri menuju jannahNya. Bukan sekedar suami yang pandai mengumbar kata-kata romantis nan receh. Tidak. Tidak cukup hanya dengan ucapan "aku rindu padamu".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun