Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3: Coaching dalam Supervisi Akademik
Facts (Peristiwa):
Modul 2.3 mengenai Coaching dalam Supervisi Akademik dimulai pada tanggal 17 November 2023. Modul ini diajarkan melalui eksplorasi konsep yang dibagi menjadi 4 Sub Pembelajaran, yaitu:
Sub Pembelajaran 2.1: Konsep Coaching secara Umum dan dalam Konteks Pendidikan,
Sub Pembelajaran 2.2: Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching,
Sub Pembelajaran 2.3: Kompetensi Inti Coaching dan Alur Percakapan Coaching TIRTA,
Sub Pembelajaran 2.4: Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching.
Coaching adalah proses kolaborasi yang berorientasi pada solusi, hasil, dan sistematis. Dalam coaching, seorang coach membantu coachee untuk meningkatkan kinerja kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi. Selain itu, International Coach Federation mendefinisikan coaching sebagai bentuk kemitraan dengan coachee untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional melalui proses yang merangsang pemikiran dan kreativitas. Melalui tugas di Sub Pembelajaran, saya mendapatkan pengalaman berharga dalam memahami coaching. Tugas Ruang Kolaborasi, yang terdiri dari latihan dan praktik coaching, memberikan pengalaman menarik dalam memainkan peran sebagai coach dan coachee.
Feelings (Perasaan):
Modul 2.3 telah memberikan pencerahan yang luar biasa bagi perkembangan diri saya dalam dunia coaching dan supervisi akademik. Saya tidak hanya merasa senang, lega, dan termotivasi, tetapi juga merasa sangat yakin dan siap untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip coaching ke dalam praktik pendidikan di sekolah kami. Saya melihat coaching sebagai alat yang kuat untuk membantu kami sebagai pendidik menghadapi berbagai tantangan yang mungkin muncul dalam perjalanan pendidikan. Selain itu, saya merasa semakin percaya diri dalam berinteraksi dengan rekan sejawat, menciptakan ruang kolaboratif yang memungkinkan kita saling mendukung, berbagi ide, dan tumbuh bersama sebagai komunitas pembelajaran yang kuat.
Saya juga merasa semakin termotivasi untuk mencari solusi kreatif dalam mengatasi permasalahan yang mungkin timbul di sekolah. Modul ini mengajarkan saya bahwa coaching bukan hanya tentang memberikan jawaban, tetapi juga tentang memungkinkan coachee (yang sedang dibimbing) untuk menemukan solusi mereka sendiri melalui pemikiran dan refleksi yang mendalam. Ini adalah pendekatan yang sangat memperkaya dan mendalamkan pengalaman pembelajaran kami sebagai pendidik, dan saya sangat bersemangat untuk menjalankannya dalam praktik sehari-hari.
Findings (Pembelajaran):
Saya mendapatkan banyak pembelajaran berharga dari materi Modul 2.3 ini. Supervisi akademik bertujuan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid dan untuk pengembangan kompetensi diri pendidik di sekolah. Dalam hubungan antar guru, seorang coach dapat membantu coachee menemukan kekuatan dalam proses pembelajaran. Pendekatan komunikasi coaching melibatkan dialog emansipatif dalam suasana kasih dan persaudaraan.
Paradigma berpikir coaching melibatkan fokus pada pengembangan coachee, sikap terbuka, kesadaran diri, dan kemampuan melihat peluang masa depan. Prinsip coaching adalah "kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi." Kompetensi inti coaching mencakup kehadiran penuh, mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot. Alur percakapan coaching TIRTA mencakup perencanaan, pemecahan masalah, refleksi, dan kalibrasi. Umpan balik coaching melibatkan pertanyaan reflektif dan penggunaan data yang valid. Supervisi akademik adalah rangkaian aktivitas yang berdampak langsung pada guru dan pembelajaran mereka di kelas. Dua paradigma utama dalam supervisi akademik adalah pengembangan kompetensi berkelanjutan dan optimalisasi potensi individu.
Future (Penerapan):
Setelah menyelesaikan Modul 2.3, saya merasa sangat termotivasi dan siap untuk mengaplikasikan kompetensi inti coaching dalam praktik sehari-hari saya sebagai pendidik. Pertama, saya bertekad untuk menjadi lebih hadir secara penuh dalam setiap percakapan coaching. Saya memahami pentingnya memberikan perhatian sepenuhnya kepada coachee, sehingga mereka merasa didengar dan dihargai. Selanjutnya, saya akan aktif dalam mendengarkan, memberikan ruang bagi coachee untuk berbicara, dan benar-benar mencerna apa yang mereka sampaikan. Saya percaya bahwa mendengarkan aktif adalah kunci untuk memahami kebutuhan dan tantangan coachee.
Selain itu, saya akan mengembangkan kemampuan saya dalam mengajukan pertanyaan yang relevan dan berbobot. Saya akan memastikan bahwa pertanyaan-pertanyaan ini dirancang untuk merangsang pemikiran coachee, membantu mereka menggali solusi, dan mendorong refleksi yang lebih dalam. Saya juga akan memanfaatkan prinsip coaching, seperti kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi, dalam setiap interaksi saya dengan coachee. Saya yakin bahwa dengan menerapkan prinsip-prinsip coaching ini, saya dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang bermakna dan berdampak positif bagi coachee.
Selanjutnya, saya akan mengimplementasikan rangkaian supervisi akademik yang mengadopsi paradigma berpikir coaching. Ini melibatkan pendekatan yang berpusat pada pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan optimalisasi potensi individu. Saya akan menggunakan supervisi akademik ini sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dan memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid. Saya juga berkomitmen untuk terus mengasah kemampuan coaching saya melalui latihan dan praktek dengan rekan sejawat dan murid. Dengan demikian, saya dapat terus berkembang sebagai pendidik yang efektif dan mendukung pertumbuhan coachee saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H