Dalam koneksi antar materi modul 3.1 ini, saya akan membuat kesimpulan dan refleksi melalui pertanyaan pemantik sebagai berikut.
Bacalah kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya: "Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik" . Â "Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best". ~ Bob Talbert~
Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?
Kalimat ini mengandung makna bahwa pendidikan bukan hanya tentang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga tentang menanamkan nilai-nilai moral dan karakter yang baik pada anak-anak.
Mengajarkan anak menghitung adalah hal yang baik karena membantu mereka mengembangkan kemampuan matematika dan pemecahan masalah. Namun, yang lebih penting adalah mengajarkan mereka apa yang benar-benar berharga dalam hidup, seperti: Kebaikan, Kejujuran, Keadilan, Tanggung jawab, Empati dan Kasih sayang. Nilai-nilai ini akan membantu anak-anak menjadi manusia yang lebih baik dan berkontribusi positif bagi masyarakat.
Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?
Nilai-nilai dan prinsip yang kita anut dalam pengambilan keputusan memiliki pengaruh besar terhadap lingkungan. Dengan memilih nilai-nilai yang positif dan bertanggung jawab, kita dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan, adil, dan ramah bagi semua orang.
Setiap keputusan yang kita ambil, sekecil apapun, memiliki potensi untuk memberikan dampak pada lingkungan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mempertimbangkan nilai-nilai dan prinsip yang kita anut dalam setiap pengambilan keputusan.
Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?
Sebagai pemimpin pembelajaran, saya dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid dalam pengambilan keputusan saya dengan beberapa cara:
Menciptakan Lingkungan yang Aman dan Mendukung
Memberdayakan Murid untuk Membuat Keputusan
Menjadi Model Pengambilan Keputusan yang Baik
Memberikan Kesempatan untuk Belajar dari Pengalaman
Melibatkan Murid dalam Proses Pengambilan Keputusan
Dengan mengambil langkah-langkah ini, saya dapat membantu murid mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan yang penting dan menjadi pembelajar yang lebih mandiri dan bertanggung jawab.
Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.
Education is the art of making man ethical. Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Memahami kalimat tersebut, maka pendidikan merupakan suatu proses menuntun siswa dengan penguatan karakter , norma-norma  sehingga akan menjadi generasi yang memiliki nilai moral, kebajikan dan kebenaran untuk menjalankan kehidupannya. Generasi yang akan datang adalah cerminan pendidikan saat ini yang kita poles seperti membuat maha karya terbaik yang akan mewarnai negeri ini di masa depan.
Bagaimana loso Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Pratap triloka terdiri atas tiga semboyan yaitu Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. semboyan tersebut artinya adalah "di depan memberi teladan", "di tengah membangun motivasi", dan "di belakang memberikan dukungan". Setiap keputusan yang diambil guru sebagai pemimpin pembelajaran haruslah mengacu pada nilai-nilai kebajikan dengan menjiwai tiga semboyan yang dicetuskan oleh KHD tentang asas-asas pendidikan, karena guru adalah sosok yang diteladani oleh murid dan masyarakat sehingga suka ataupun tidak guru harus memantaskan diri untuk bisa digugu dan ditiru dengan berupaya membentuk nilai-nilai kebajikan dalam dirinya. Berdasarkan hal tersebut, sebagai seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran sudah sepatutnya menerapkan konsep-konsep pengambilan keputusan yang tepat dan berpihak pada murid.
Seorang pemimpin (guru) harus mampu mengambil sebuah keputusan yang tepat, arif, bijaksana, dan berpihak kepada siswanya. Seorang pemimpin (guru) harus mampu menjadi teladan bagi orang-orang yang dipimpinnya (siswa), seorang pemimpin (guru) harus mampu membangun semangat orang-orang yang dipimpinnya (siswa), dan seorang pemimpin (guru) harus mampu memberikan motivasi kepada orang-orang yang dipimpinnya (siswa) untuk dapat mengembangkan minat, bakat, dan potensi yang dimiliki. Dalam menjalankan peran sebagai guru, ada kalanya guru dihadapkan dalam situasi yang mengandung dilema etika dan bujukan moral. Dilema etika merupakan sebuah situasi dilematis yang terjadi Ketika seseorang harus memilih antar dua pilihan. Di mana kedua pilihan benar secara moral, tetapi bertentangan. Bujukan moral adalah sebuah situasi ketika pendidik harus memilih keputusan benar atau salah.
Dari uraian di atas pengaruh pandangan Ki Hajar Dewantara dengan loso Pratap Triloka terhadap sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran adalah guru menyadari bahwa dalam lingkungan sekolah akan ditemukan berbagai dilema etika dan bujukan moral. Maka dari itu  disinilah  guru harus memiliki kompetensi dan peran sesuai dengan loso Pratap Triloka dari KHD dengan cara menjadi sosok teladan yang positif, motivator, dan  sekaligus  moral support bagi murid untuk mewujudkan prol pelajar Pancasila dan merdeka belajar sehingga guru seyogyanya selalu mengacu pada 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan dalam situasi  yang  menantang dan bersikap reektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, tentu sangatlah berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. Dalam pengambilan keputusan, kita mengenal ada tiga prinsip yakni Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan tentunya berkaitan dengan nilai- nilai yang tertanam dalam diri kita. Misalnya, guru yang memiliki empati yang tinggi, rasa kasih sayang dan kepedulian cenderung akan memilih prinsip Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Sedangkan guru yang memiliki sikap jujur dan komitmen yang kuat untuk tunduk pada peraturan cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking). Dan guru yang reektif dan memiliki jiwa sosial yang tinggi cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking). Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik. Nilai-nilai positif mandiri, reektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi sosial emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial dan keterampilan berinteraksi sosial dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.
Materi pengambilan keputusan sangat berkaitan dengan kegiatan coaching. Coaching adalah ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apabila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil. Jika pada proses coaching kita membantu agar coachee dapat membuat keputusannya secara mandiri maka dalam modul ini kita kembali melakukan reeksi apakah keputusan yang dibuat tersebut dapat dipertanggungjawabkan bagi pembuat keputusan atau justru akan dapat menimbulkan masalah di kemudian hari. Dalam pembelajaran pengambilan keputusan ini penulis diberikan panduan berupa paradigma, prinsip, dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan yang tentu akan membuat suatu keputusan semakin tajam dan matang.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Pada saat pengambilan keputusan dilakukan, seorang guru perlu memiliki kemampuan dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional agar proses pengambilan keputusan dilakukan secara sadar penuh, sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Ketika seorang guru telah menguasai pengetahuan dan keterampilan serta sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional, maka di saat putusan diambil tujuan yang diharapkan adalah tujuan positif, putusan yang diambil juga bertanggung jawab. Kesadaran akan aspek sosial emosional di saat mengambl keputusan juga dapat menekan perilaku seorang pendidik terutama saat dihadapkan permasalahan yang mengandung dilema etika. Di saat guru dihadapkan pada kasus tertentu yang menuntutnya untuk memberi keputusan, guru juga akan mencari tau apa yang dirasakan murid dan mau mendengarkan denan penuh perhatian. Nilai-nilai positif mandiri, reektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi sosial emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial dan keterampilan berinteraksi sosial dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.
- Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pada pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika diperlukan kesadaran diri atau self awareness dan keterampilan berhubungan sosial untuk mengambil keputusan. Kita dapat menggunakan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan terutama pada uji legalitas untuk menentukan apakah masalah tersebut termasuk bujukan moral yang berarti benar vs salah ataukah dilema etika yang merupakan permasalahan benar vs benar. Apabila permasalahan yang dihadapi adalah bujukan moral maka dengan tegas sebagai seorang guru, kita harus kembali ke nilai-nilai kebenaran. Oleh karena itu, sangat penting sekali peningkatan nilai-niai kebajikan dalam diri seorang guru terutama sebagai pemimpin pembelajaran. Guru harus tegas mengatakan benar jika hal tersebut memang benar, dan salah jika kondisi yang ada dihadapannya adalah sebuah kesalahan. Melalui 9 langkah pengujian keputusan, seorang guru akan menerapkan nilai-nilai kebajikan yang ada dalam dirinya yang berkaitan dengan nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianut.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?
Keputusan yang dihasilkan melalui langkah-langkah yang tepat akan menghasilkan putusan yang tidak beresiko. Terlebih apabila jika masalah yang telah diidentikasi dengan baik apakah tergolong dilema etika atau bujukan moral. Ketika kasus yang dihadapi merupakan tindakan benar lawan salah atau dikenal dengan istilah bujukan moral, maka tidak perlu diragukan jika kebenaran perlu ditegakkan. Namun jika kasus yang dihadapi merupakan dilema etika yang mengandung dua kebenaran yang saling bertentangan, maka jika tidak di analisis dengan baik akan menghasilkan putusan yang tidak dapat mengakomodir kepentingan kedua belah pihak. Maka sangat penting dalam kondisi dilema etika ditentukan terlebih dahulu paradigmanya kemudian dikaji prinsip pengambilan keputusan hingga pada pengujian keputusan dengan menggunakan 9 langkah. Putusan yang diambil perlu diuji secara legalitas agar dapat dipastikan tidak melanggar hukum, diuji apakah bertentangan dengan kode etik hingga pada intuisi atau perasaan terkait dengan nilai-nilai yang dianut. Bahkan perlu dilakukan pengujian halaman depan koran yang apabila putusan diambil apakah menimbulkan rasa ketidaknyamanan apabila dipublikasikan di depan umum. Apabila pengujian dilakukan secara lengkap, maka keputusan yang diambil tidak akan beresiko, keputusan yang diambil akan menghasilkan keefektitasan yang dilihat melalui adanya dukungan dan penerimaan dari berbagai pihak yang berkepentingan. Dengan demikian, hal tersebut akan berdampak pada kondisi lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Dalam kasus dilema etika, pada dasarnya apapun keputusan yang kita ambil dapat dibenarkan secara moral. Namun dalam pengambilan keputusan akan menemui beberapa tantangan diantaranya mindset warga sekolah yang membudaya dan sulit untuk diubah, padahal mindset itu hendaknya harus diubah karena kurang sesuai dengan nilai-nilai kebajikan tertentu. Namun yang pasti untuk menghadapi tentangan tersebut, dalam mengambil keputusan haruslah memperhatikan 3 prinsip pengambilan keputusan. Kita harus berkir hasil akhir dari keputusan kita yang sesuai dengan prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end based thinking), kita juga harus melihat peraturan yang mendasari keputusan yang kita ambil (berpikir berbasis peraturan-rule based thinking) serta kita harus menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman sesuai dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (care based thinking).
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengambilan keputusan dalam pembelajaran akan berpengaruh terhadap pengajaran yang dipilih. Apabila seorang guru telah memutuskan dan memilih pembelajaran yang berdiferensiasi, dimana kebutuhan peserta didik dapat terakomodasi secara keseluruhan, maka dengan ini pengajaran yang memerdekaan murid-murid akan tercapai. Saat guru memutuskan untuk menggunakan game atau ice breaking pun berarti guru tersebut telah memilih memerdekakan murid dengan cara membahagiakan peserta didik melalui pembelajaran yang mennyenangkan.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus memahami dengan baik paradigma pengambilan keputusan, salah satunya seperti paradigma jangka panjang versus jangka pendek. Ketika dihadapkan dalam sebuah kasus, maka penting bagi seorang pendidik untuk mengkaji secara mendalam apakah keputusan yang diambil untuk peserta didiknya dapat mempengaruhi masa depan muridnya. Apabila dalam mengambil keputusan tidak memperhitungkan dampak jangka panjang, tentunya akan berpengaruh terhadap masa depan anak. Oleh karena itu, seorang pemimpin pembelajaran hendaknya mengkaji keputusannya tidak hanya berdasar pada dampak jangka pendek saja, namun juga dampak jangka panjangnya.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada loso Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran. Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being). Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju prol pelajar pancasila. Dalam perjalanannya menuju prol pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkan pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar. Dalam menjalankan proses pengujian keputusan yang diambil dapat didukung melalui kegiatan coaching agar penelusuran potensi atau informasi yang digali bisa di dapatkan dengan maksimal. Melalui kegiatan coaching, akan dapat dihasilkan analisis dan pengujian yang lebih mendalam. Segala bentuk keputusan yang diambil, sebagai pemimpin pembelajaran harus di dasarkan pada loso pendidikan yakni menuntun seluruh kodrat alam dan kodrat zaman agar peserta didik dapat menggapai kebahagiaan dan keselamatannya. Apabila keputusan yang diambil telah sesuai dengan loso tersebut, maka keputusan tersebut telah berpihak pada murid. Keputusan yang diambil dapat memerdekakan murid dengan tetap pada batasan yang jelas.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Saya cukup baik memahami konsep-konsep dalam modul ini. Dilema etika (benar vs benar) adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sedangkan bujukan moral (benar vs salah) yaitu situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar dan salah. 4 paradigma pengambilan keputusan terdiri dari:
- individu lawan masyarakat, Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Bisa juga konik antara kepentingan pribadi melawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil melawan kelompok besar.
- 2) Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty). Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema  etika. Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.
- 3) Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy). Dalam paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, di sisi lain.
- 4) Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). Paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi di level personal dan permasalahan sehari-hari, atau pada level yang lebih luas, misalnya pada issue-issue dunia secara global, misalnya lingkungan hidup dll.
Tiga prinsip pengambilan keputusan: Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).
9 langkah yang telah disusun secara berurutan untuk memandu Anda dalam mengambil keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai-nilai yang bertentangan, meliputi: Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, Pengujian benar atau salah, Pengujian Paradigma Benar lawan Benar. Melakukan Prinsip Resolusi, Investigasi Opsi Trilema, Buat Keputusan, Lihat lagi Keputusan dan Reeksikan.
Hal-hal di luar dugaan saya adalah ternyata beberapa kasus yang pernah saya alami merupakan kasus bujukan moral, dimana ketika saya uji dengan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan, keputusan yang saya ambil kuranglah tepat.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Pernah, misalnya ketika saya menemukan murid saya yang terlambat sekolah karena di jalan dia membantu orang yang jatuh. Kasus ini saya anggap sebagai situasi moral dilema karena sebenarnya si murid menyalahi aturan karena terlambut namun di sisi lain murid telah melakukan kebenaran karena membantu orang lain yang kesusahan. Maka saat itu saya lebih memilih untuk mengijinkan murid masuk kelas namun dengan mengingatkan agar jika terjadi hal yang serupa lagi, dia bisa menghubungi teman atau gurunya untuk meminta ijin. Hal yang berbeda dengan yang saya pelajari di modul ini adalah sebelumnya saya belum mengenal 9 langkah menguji dan mengambil keputusan, sehingga saat itu keputusan yang saya ambil hanya sekedar berdasarkan intuisi saya sendiri.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Bagi saya, dampak mempelajari modul ini adalah saya akan lebih cermat dan berpikir panjang dalam mengambil suatu keputusan untuk memperkecil resiko atas keputusan yang saya ambil. Saya akan menggunakan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan untuk menganalisis permasalahan yang harus saya putuskan untuk menghindari resiko yang  berat  sehingga  menimbulkan  perasaan aman dan nyaman serta kondusif bagi semua pihak yang berkepentingan.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Sebagai seorang individu, modul ini penting saya pelajari untuk menumbuhkan pemikiran diri yang reektif, kritis, dan terbuka dalam menganalisis nilai-nilai kebajikan yang terkandung dalam sebuah pengambilan keputusan yang akan saya ambil. Sedangkan sebagai seorang pemimpin modul ini penting saya pelajari untuk dapat belajar dalam pengambilan keputusan yang mengutamakan unsur berpihak pada murid, bertanggung jawab, serta berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal. Dengan belajar 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan akan membimbing saya dalam menganalisis kasus dilema etika atau kah bujukan moral.
Akhir kesimpulan seberapa penting mempelajari modul 3.1 tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai adalah modul ini telah membantu saya menjalani hidup yang lebih selaras dengan diri sendiri, membangun hubungan yang lebih kuat, dan belajar memimpin organisasi dengan lebih efektif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H