Mohon tunggu...
Dwi Elyono
Dwi Elyono Mohon Tunggu... Freelancer - Penerjemah

Suka menjaga Lawu Email: dwi.elyono@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Presiden dan Alas Ketonggo

9 November 2023   19:59 Diperbarui: 9 November 2023   20:26 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kowe nyapo, Mbah, kok neng kene terus gak mulih-mulih?"

"Aku sudah gak kuat. Orang-orang di desaku pada sukses jadi pengusaha penyewaan alat-alat manten, termasuk terop sama sound, TOA. Lha yang sound ini bikin aku gak kuat. Setiap hari tetangga sebelahku, boss sound nomor satu se-kabupaten, mulai pagi sampai malam, sampe pagi lagi, sukanya nyetel sound, termasuk TOA, keras-keras. Katanya, "Latihan, biar tidak mengecewakan para manten." Lagunya sih asyik-asyik aja, kesukaanku, dangdut koplo, tapi kalau volumenya puol sampe njebolke kuping, trus gak ada mandeg e, ya bocor no kupingku. Ndrodok jantungku."

"Ketambahan, omahmu persis jejere jalan tol."

"Naah, jian ajurr kojurr. Budeg sound, budeg jalan tol, mulai bangun tidur sampe bangun lagi menghirup asap beracun. Makanya aku cabut, kabur neng Alas Ketonggo kene. Di sini aku bisa mendapatkan ketenangan dan keheningan, sehingga bisa kembali waras."

"Jagomu sopo, Mbah? Anies, Ganjar, atau Prabowo?"

"Nyapo takok? Semua bagus. Jujur wae, aku bingung milih yang mana. Ingat toh, dulu semua murid sekolah pada ketakutan saat menghadapi ujian nasional. Murid bisa gak lulus jika nilai mereka di bawah batas tertentu. Tapi Anies merombak ujian nasional yang bisa 'membunuh' itu, sehingga ujian nasional tidak lagi setan yang menakutkan."

"Iya, Mbah, aku dulu nyontek pas ujian nasional. Kalo gak gitu, gak lulus, Mbah."

"Ingat toh, mantan pemimpin Jawa Tengah itu, begitu dekat dia sama rakyat kecil. Suka ngontel ke kampung-kampung, dan ngobrol sama orang-orang kampung. Rosonya Ganjar itu lho."

"Kalau Prabowo, Mbah?"
"Aku hormat sama Prabowo. Dia orang Mojopahit."

"Maksudmu, Mbah?"

"Keluarga Prabowo itu ngopeni Mojopahit dengan cara yang luar biasa."

"Maksudmu, Mbah?"

"Mbah, Mbah Temu. Kopinya lagi, gulanya lima sendok!"

"Gak sak pabrik, Mbah."

"Bagiku, siapa saja yang jadi presiden gak masalah. Yang penting dia harus memenuhi tiga syarat. Syarat pertama menjaga kehidupan. Syarat kedua menjaga alam. Syarat ketiga menjaga roso dan nalar."

"Ngantuk, Mbah .."

"Turuo, aku tak ngonyang. Syarat pertama ... menjaga kehidupan. Kita semua bisa ada di dunia ini karena Tuhan memberi kita urip atau hidup. Oleh karena kita ada karena Tuhan memberi kita kahuripan atau kehidupan, kita harus menjaga kehidupan. Jangan sampai meniadakan kehidupan, termasuk menghukum mati seseorang. Oleh karena itu, aku akan nyoblos capres yang nantinya bisa menghapus hukuman mati."

"Mbahku jenenge Urip, Mbah."

"Syarat kedua ... menjaga alam. Presiden 2024 harus bisa memilih menteri kesehatan dan menteri lingkungan hidup yang bisa mengarahkan kepala-kepala daerah mengolah sampah dengan benar, meniadakan bakar sampah, dan memberi air bersih ke seluruh rakyat. Entah Anies, entah Ganjar, entah Prabowo ... semuanya harus bisa memberi udara dan air bersih ke kita semua. Percuma ada jutaan puskesmas, kalau masih ada udara kotor. Percuma kita makmur, dapat bansos, segala macam, tapi minum air kotor."

"Tapi kopinya Mbah Temu resik lho, Mbah, airnya. Lha wong dari sumber Umbul Jambe neng Alas Ketonggo kene, je."

"Syarat ketiga ... menjaga roso dan nalar. Dulu rumahku di pinggir sawah yang tenang, segar, banyak burung berkicau. Tapi sekarang, sawah itu jadi jalan tol. Mulai dari pagi sampe pagi lagi, jutaan truk, bus lewat di sebelah rumahku. Paru-paruku jadi bosok menghirup asap beracun. Otakku jadi edan permanen gara-gara suara keras parah dari mesin banaspati-banaspati dobol itu. Kalo yang mbangun punya roso, harusnya mbangun jalan tol itu juga mbangun hutan di kanan kirinya. Jadi gak ada warga yang stress gak sembuh-sembuh gara-gara hidupnya nempel di jalan tol. Presiden 2024 harus punya roso yang tinggi."

"Lha itu, Mbah, yang ... menjaga nalar?"

"Mbah, Mbah Temu, kopine kelegen. Jiangkrik! Mbok wenehi gula sak pabrik yo!"

Alas Ketonggo ~ 9 November 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun